Nine

1.5K 95 9
                                    

Kalau ada yang protes kenapa saya gak konsisten pakai sudut pandang pertama atau orang ketiga, harap maklum, ya... Karena emang lapak ini jarang banget saya buka, jadi sering lupa kemarin-kemarin gimana hahaha. Untuk yang setia nungguin, terima kasih banyak dan saya minta maaf karena gak bisa update rutin. Semoga kedepannya bisa rutin hehe. Jadi, silahkan menikmati hari bersama Arga dan Kintan! :)

***

"Kin... a..aku mau..." suara Arga yang terdengar serak dan terbata membuat sisi kemanusiaan Kintan pada bos-nya hadir. Ditambah suhu badan yang panas, Kintan sungguh tidak tega membiarkan makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini merana.

"Mau apa, Ga?" tanyanya sambil kembali duduk disamping sofa.

"Aku..."

"Iya, kamu mau apa? Kelamaan aku tinggal lho ini," sambung Kintan tidak sabar.

"Sebenernya... Aku mau makan," Hening, tidak ada jawaban dari Kintan.

"Serius, laper banget, Kin... Dari pulang kantor belum makan..." Kintan hanya memasang ekpresi datar saat Arga mengeluarkan keluh kesah seperti anak TK yang mendapat nilai C di ulangan membaca.

"Hehe." Tambah Arga yang membuat wajah Kintan semakin keruh.

"Udah? Gitu aja?"

"Ada sih, kebelet pup—"

"Astaga Argaaaaa! Kamu tuh, kekanakan tau gak sih!? Rumah aku sama apartemen kamu tuh jauh! Butuh waktu setengah jam! Dan ini malem, terus aku nyetir sendiri! Mikir gak sih kamu itu hiiihhhh!" Akhirnya giliran Kintan yang mengeluarkan uneg-uneg sambil memukul badan Arga dengan bantal cinta. Bantal berbentuk hati, maksudnya.

"Maaf ya, serius aku gak bisa berdiri habis tepar disini..."

"Kebiasaan tau gak!" dumel Kintan sambil mencoba mengangkat lengan Arga untuk berdiri.

"Ya badan kamu digerakin juga dong, Gaaa. Kalo Cuma aku yang angkat, kamu kira aku kuli beras!?"

Arga hanya bisa tersenyum geli melihat Kintan yang mengomel panjang sambil berusaha mengangkat badannya. Biar saja, kapan lagi melihat Kintan kesusahan seperti hamster yang akan meledak.

Setelah berhasil duduk diatas closet, tanpa aba-aba Arga bersiap melepas celananya.

"Hoi! Cewek ini cewek!"

"Oh iya lupa, Kin. Masakin sesuatu ya? Laper banget Kin serius, aku gak berani bohong sekarang."

"Kamu kira aku buka warteg? Jadi sebenernya bisa jalan ke kamar mandi?"

"Jangan debat disini dong, Kin... Mau kentut ini—"

"JOROK BANGET SIH GAAAAA" setelah berteriak sambil menutup hidungnya—karena Arga terlanjur membuat polusi—Kintan langsung menutup pintu kamar mandi dengan keras dan langung menuju dapur sambil mendengar suara tawa Arga dari dalam.

"Dia sakit beneran apa enggak, sih."

Setelah berdebat dengan diri sendiri, akhirnya Kintan memutuskan untuk membuat sayur bening dengan bahan seadanya di kulkas Arga. Heran, bagaimana bisa Arga hidup sehat bila banyak makanan dan minuman instan dikulkasnya?

Setelah selesai dengan masakan seadanya, Kintan iseng melihat-lihat kepenjuru apartemen Arga yang sunyi senyap—seperti tidak ada kehidupan. Dan bibirnya sukses tersenyum tipis saat mengingat bahwa apartemen Arga tidak berubah—sedikit pun.

Menggelengkan kepala untuk menghilangkan kenangan masa lalu, Kintan segera berjalan kearah kamar mandi dan mengetuknya.

"Ga, kamu udah lama banget lho, didalem. Gak ketiduran, kan?"

"Udah selesai, Kin. Tapi gak bisa berdiri lagi..." Astaga nagaaa, Arga benar-benar menguji kesabaran malam ini! Kintan yang gemas langsung saja membuka pintu kamar mandi dan seketika menyesali perbuatannya.

"Manja banget—HIIHHH PAKE BAJUUU!" teriaknya sambil menutupi kedua matanya begitu mendapati Arga yang hanya memakai boxer.

"Apasih Kin lebay banget, ini masih pake kolor batman, nih liat," pamer Arga bangga sambil menunjukkan kartun favoritnya.

"Jorok banget sih, dih," dumel Kintan sambil mengangkat satu lengan Arga—untuk kembali dibopong hingga ruang tamu.

"Ada sensasinya, 'kan? Angkat lengan aku gak pake baju gini?" tanya Arga sambil menaik-turunkan alisnya.

"Gelo abis!"

Arga hanya bisa tertawa melihat Kintan yang risih padanya. Semakin risih Kintan, semakin bahagia si Arga.

"Duduk!" bentak Kintan tidak sabar.

"Yang sabar dong, Kin..."

Kintan yang tidak menggubris langsung berjalan ke dapur sambil membawa nampan sayur bening dan baskom kecil untuk mengompres dahi Arga. Semoga otak mesumnya bisa menciut setelah dikompres air hangat.

"Cuma bisa sayur bening, nih,"

Setelah menerima mangkuk panas dari Kintan, Arga yang merasa senang karena ini masakan Kintan cuy!—segera menyendok dan terbakar sudah lidah manis tak bertulang miliknya.

"AH AH AH PANAS KIN!"

"Ditiup dulu, namanya juga baru dimasak,"

"Ini ini ini, nemplok di dada aku kubisnya, ah panas Kiiin," tunjuk Arga di dada telanjangnya—yang memang kejatuhan sayur kubis.

"Makanya pake bajuuu, manja banget sih kamu astaughfirullah ya ahli kubuuur,"

"Ambilin bajunya di kamar mandi, dong..."

Kintan yang sudah dongkol setengah mati langsung beranjak dari tempatnya untuk mengambil kaos Arga sambil mendungus kasar. Heran juga, kenapa harus melepas baju saat BAB?

"AH AH AH AH!"

Dan Arga kembali menumpahkan kubis didadanya.

"Ampun deh, Gaaaaaaa!!!"

Mungkin, hari ini memang hari sialnya Kintan, dan hari bahagia buat Arga.

Tau kenapa? Kintan—ya walaupun sadis, dia peduli. Dia masih peduli dengan menyetir malam-malam ke apartemen Arga dan membuatkannya makanan, bahkan membopong Arga ke kamar mandi. Kintan baik 'kan? Itu versi Arga.

Setelah menghabiskan semangkuk sayur bening—disuapi Kintan tentunya, karena Arga sudah mengeluh dan mengatakan dadanya akan cekung bila terus kejatuhan kubis panas, Kintan kembali mengompres dahi bayi besar yang satu ini.

Sebenarnya Kintan ingin sekali tertawa, tapi tertawa hanya akan membuat Arga menjadi jadi. Kintan sudah pernah bilang, 'kan kalau Arga tukang cari muka?

"Gue pulang, ya? Udah malem ini, nanti Mama khawatir."

"Nginep deh, Kin. Besok aku anter kalo udah mendingan,"

"Mendingan gimana kayak orang teler gini kamunya,"

"Ya ini karna sayur kamu bikin dada aku melepuh,"

"Jangan mulai,"

"Eh iya iya, sori. Jadi nginep sini, ya?" tanya Arga sambil mengelap ingus dengan sapu tangannya.

"Tidur sana!"

"Nginep sini, ya?"

"Aku tidur dikamar kamu kalo gitu, kamu di sofa aja."

"Iyadeh, nginep sini ya?"

"Bawel banget sih hihhh,"

Setelah Kintan pergi menjauh, Arga hanya bisa tersenyum lega. Sebentar lagi, dia akan membuat Kintan kembali seperti dulu. Ya, sebentar lagi.

"Kin, aku kangen kamu..."




*to be continue*

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 17, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

More Than WordsWhere stories live. Discover now