"Papa mengatakan yang sejujurnya, kamu lincah seperti Mama. Mama kamu itu juga selalu terlihat ceria, orangnya lucu, penyayang, sama seperti kamu ini."

"Ah Papa ... aku jadi malu," Prilly menangkup kedua pipinya yang memanas. Terlihat menggemaskan di mata Dani.

"Kok malu sih?"

"Malu dong Pa disamain sama orang spesialnya Papa. Aku sama Mama itu beda. Mungkin Mama gak mengesalkan seperti aku, hehe."

"Mama kamu juga mengesalkan, Papa mengakuinya lho. Tapi, cuma sedikit, dan kamu banyak." Dani tertawa, sementara itu Prilly mencebikkan bibirnya. Artinya dia banyak mengesalkannya dong?

Mobil Ali yang hanya menimbulkan suara deruman pelan rupanya tidak mengalihkan obrolan Ayah dan Anak di halaman itu. Mereka berdua asik sekali dengan canda dan tawa yang hangat, bahkan Ali datang mendekat pun mereka tidak menyadarinya.

"Apa aku menganggu?" Tanya Ali.

"Ya, ganggu banget! Hus hus sana!" Prilly mengibaskan tangan, namun ia mengigit bibir bawahnya menyadari suara siapa yang baru ia dengar. "Eh? Hehe my hubbiy, kamu di sini ..." Sambil cengar-cengir seperti biasanya saat menoleh ke arah Ali.

"Nah, Ali sudah datang. Duduk Al," kata Dani. Ali mengambil kursi di sebelah Prilly.

Ketika jarak dengan Ali sudah dekat, barulah Prilly menyadari ada yang berbeda dari wajah Ali.

"OMAYGAT! NO! HUBBIY! MUKA KAMU KENAPA? ITU MATA KAMU KENAPA ADA LINGKARAN HITAMNYA?! KADAR KEGANTENGAN KAMU BERKURANG TAU GAK! INI GAK BISA DIBIARIN!"

Yeah, Ali anggap barusan merecon lewat.

"Bagaimana kesehatan Papa?" Ali mengalihkan pembicaraan Prilly. Menatap Dani yang sedang mengusap daun telinganya karena suara Prilly.

"Alhamdulillah, lebih baik. Papa sudah tidak duduk di kursi roda lagi." Dani tersenyum hangat.

Prilly menangis membuat Dani dan Ali sama-sama menoleh ke arahnya. Sama-sama menaikkan satu alis. Aneh saja mereka bisa terlihat kompak seperti itu.

"Ini gara-gara aku. Harusnya aku nurutin perkataan Papa buat ngabarin Ali kalau aku menginap di sini. Gara-gara gak ngabarin, Ali jadi gini deh. Ali gak bisa tidur karena gak ada aku di sampingnya."

Kepercayaan diri Prilly naik 99,9%

"Maafin aku, lain kali aku gak gitu lagi deh. Aku pasti ngabarin kamu kalau aku mau menginap atau bepergian."

"Percaya diri sekali," kata Ali.

Dani tidak bisa menahan tawanya melihat Prilly melototkan matanya pada Ali.

"Kamu aja yang gak mau ngaku. Tadi Mama telepon aku kok, bilang kalau kamu gak bisa tidur, terus peluk foto aku semalaman."

Ali terdiam.

Mang enak luh muka tembok!

Prilly pun tersenyum jahil. "Ayo ngaku ayo ngaku," ledeknya.

"Sudah selesai? Apa kamu sudah siap? Kita pergi sekarang."

"Pinter banget ngalihin pembicaraannya," dengus Prilly sambil menghapus air mata buayanya.

"Pa, aku pergi sama Ali dulu ya," pamit Prilly pada Papa nya. Dani menyambut tangan Prilly hingga punggung tangannya dicium. Ali melakukan hal yang sama.

"Aku pasti akan sering ngunjungin Papa. Papa harus jaga kesehatan Papa ya. Rumah kita gak terlalu jauh, kalau Papa butuh aku, telepon aku, aku pasti langsung nemuin Papa."

"Iya sayang, seperti yang kamu bilang." Dani mengusap rambut Prilly. Setelah itu Prilly pergi bersama Ali.

***

Marry With BossWhere stories live. Discover now