Part 18 : Kebahagiaan dan Petaka yang Bersembunyi

Mulai dari awal
                                    

Hotaru semakin cemas, ia merasakan firasat yang tidak baik. Apa yang sedang terjadi di kalangan elit sedikit mencurigakan. Semoga saja dugaannya salah.

---**---

"Kita jadi pergi kan Ryu?" tanya Freya.

Ryu tersentak, "Iya? Eh itu ...."

"Jangan bilang tidak jadi, aku ...." Freya tidak melanjutkan kata-katanya, ia ingin sekali keluar dari tempat ini, jika terlalu lama terlena dalam mimpi indah ini maka ia akan melupakan ibunya yang entah keadaanya seperti apa.

Melihat Freya yang tampak hampir menangis, Ryu tidak tega membatalkan janjinya untuk menemani Freya keluar. Jujur, ia tidak ingin pergi ke mana pun untuk saat ini, tapi apalah dayanya di hadapan kekasih hatinya, Freya.

"Jangan berwajah seperti itu," Ryu mengecup mata Freya, membingkai wajah mungil istrinya dan melumat bibir merah muda nan menggoda yang sangat ia sukai dengan lembut. "Aku kan sudah berjanji padamu, ayo." Ryu mengulurkan tangannya, yang kemudian disambut gembira oleh Freya.

"Kau memang yang terbaik Ryu!" ucap Freya sambil bergelayut dengan manja.

"Apa yang tidak kulakukan untuk istriku tercinta," jawab Ryu. Ia memandang wajah istrinya, dan selalu dipenuhi rasa bahagia luar biasa memandang senyum yang terkembang di wajah tersebut.

"Hm ...." Freya berpikir, "Mungkin ...."

"Apa?" tanya Ryu ketika Freya tak kunjung melanjutkan perkataannya.

"Tidak Ryu, kau pasti melakukannya."

"?" Ryu tidak mengerti sama sekali.

Freya menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badan dan menatap Ryu lekat-lekat.

"Kau tentu ingat dengan semua janji kita kan?"

"Iya," jawab Ryu.

"Begitu juga dengan janjimu yang akan terus hidup apapun yang terjadi padaku, kau ingat kan?"

Mata biru Ryu bersinar dengan dingin, "Kau tidak mencoba melakukan sesuatu yang gila bukan."

"Tentu tidak, aku sangat ingin kita bersama-sama selamanya. Hanya ... ingin memastikan ini saja."

"Hah ...." Ryu menghela napas panjang, "Tolong jangan berkata seperti itu lagi, kurasa jantungku berhenti berdetak tadi."

"Iya, iya ...." Freya meraih sesuatu dalam kantungnya dan memasangkannya pada tangan Ryu. "Aku memodifikasi ornamen lotus ini, jadi seperti gelang, lihat aku juga memakainya." Freya menunjukkan gelang yang ia pakai.

"Dasar," Ryu mencubit pelan hidung Freya dengan gemas.

"Hehehehe."

"Yasudah, mari kita berangkat."

"Iya."

---**---

"Bagaimana keadaannya saat ini?" tanya seorang pria dengan ekspresi datar.

"Yah, tidak ada kemajuan sama sekali, keadaannya masih sama seperti saat ia mengalami kecelakaan, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan sadar," jawab sang dokter sambil melihat kertas hasil diagnosisnya.

"Hm ... baiklah, terima kasih," pria itu mengulurkan tangan.

"Sama-sama Tuan William, jika ada kabar terbaru pasti akan kami segera kabari."

"Ya. Tolong beritahu aku."

"Baik, saya permisi dulu." Sang dokter pergi meninggalkan ruangan dan meninggalkan William bersama seorang pasien wanita yang tengah koma selama tiga belas tahun itu.

Lama William menatap sosok yang sangat mirip dengan wanita yang ia cintai. Sekarang wanita ini tidak berharga lagi, Sarah sudah mati, dan wanita ini telah kehilangan nilai berharganya.

Tiba-tiba William tersenyum dengan kejam. Tidak, wanita ini masih berguna untuk satu hal. Segalanya akan sempurna. Lily akan membayar semua perbuatannya selama ini.

Dan ketika saat itu tiba, maka itu akan menjadi kemenangan bagi William. Ia akan mendapatkan apa yang harusnya ia miliki dengan mutlak.

"Seharusnya kau tidak pernah menemuiku Ly, seharusnya kau membujuk saudaramu untuk kembali padaku, setidaknya mungkin itu keputusan yang memiliki akhir lebih baik untuk keluarga kecilmu."

---**---

To Be Continued

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang