"Kalian lagi mengagumi pria itu?" tanya Gatya sambil menunjuk pria berjaket merah itu. "Layani dia dengan baik. Tanyakan untuk siapa bunga itu dan dalam rangka apa?"

Kedua karyawannya pun mengangguk patuh dan Gatya kembali masuk ke dalam ruangannya. Ponselnya berkedap-kedip pertanda panggian masuk. Terpampang dari LCD ponselnya nama mama Lina. Segera saja dia menjawab telponnya.

"Ya ma ada apa?" tanyanya membuka percakapan.

"Mama kangen banget sama Gifty. Bolehkan kalau hari ini mama yang jemput dia di sekolah? Mama tau kamu pasti sibuk. Papamu juga sudah nanyain cucu kesayangannya itu" jelas mama Lina. Gatya mengangguk yang tentu saja tidak bisa dilihat mertuanya.

"Oh ya berhubung besok weekend, gimana kalau kamu sama Gifty menginap saja di rumah mama. Nanti kamu tinggal bawakan saja pakaian Gifty"

"Baiklah ma. Terima kasih sudah mau menjemput Gifty nanti. Oke nanti sepulang dari toko, aku langsung ke rumah mama"

"Thank you darling. Have nice day"

Sambungan terputus. Gatya melamun sambil tersenyum miris membayangkan kebaikan Lina dan Respati. Meskipun dirinya bukan lagi menantu mereka namun kasih sayang mereka tidak sedikitpun berubah. Terlebih kepada cucu satu-satunya. Yaitu Gifty.

❤❤❤❤❤

Gatya POV

Aku parkirkan mobilku di halaman lalu dengan wajah berbinar Bibip membukakan pintu pagar. Gadis ini masih setia menemaniku dan Gifty sampai sekarang.

"Mba Gatya, nyonya yang jemput Gifty ya?"tanyanya sambi membawakan tas laptopku.

"Iya Bip mama pengen Gifty menginap disana selama weekend ini"jawabku. Aku mengambil gelas lalu mengeluarkan sebotol air dingin dari dalam lemari es.

"Kenapa emangnya?" tanyaku setelah menghabiskan satu gelas penuh air es tadi

"Ah tidak apa-apa kok. Oh ya mba Gatya juga mau menginap disana? Kalau iya, aku juga ikut ya soalnya aku kangen sama ibu. Boleh kan?" tanya bibi malu-malu.

Aku berbalik sebelum menuju kamarku. "Tentu saja Bip. Aku tidak akan tega meninggalkanmu sendirian disini. Siapkan saja pakaianmu. Kalau sudah siap tunggu aku di bawah ya"

Bibip berlagak hormat padaku lalu berlari kecil menuju kamarnya. Sikap hormat Bibip mengingatkan aku kenangan saat masih bersama mas Galga. Selalu saja gadis itu berlagak hormat jika berhadapan dengan mas Galga. Ah, mengingat nama itu membuat rasa sesak itu kembali muncul.

Aku menoleh ke kamar Gifty. Gadis kecilku itu selalu rapi menata barang-barangnya meskipun dia baru berusia 6 tahun aku selalu menerapkan hidup disiplin padanya jadi aku tidak perlu marah-marah menyuruhnya membereskan buku ataupun mainannya. Perlahan aku langkahkan kakiku masuk ke dalam kamarnya.

Kamarnya yang di dominasi berwarna pink membuatku tergelitik saat pertama dia merengek minta kamarnya di cat warna ini. Ada ranjang ukuran queen size serta walking closet dan juga kamar mandi yang terletak di dalam kamar benar-benar membuat kamar ini luas.

Awalnya papa Respati yang memilihkan kamar ini untuk dipakai cucunya kelak. Pria gagah itu sangat menyayangi Gifty. Beliau selalu memanjakan putri kecilku itu. Aku duduk di pinggir ranjang dan mataku menangkap sebuah buku catatan yang terletak di atas meja belajar Gifty. Rupanya buku itu memang sebuah diary. Anakku masih sangat kecil untuk mengerti apa fungsi buku diary itu dan apakah dia sudah pintar menuangkan apa yang dirasakan di buku diarynya?

Perlahan aku buka bergambar mickey mouse itu. Aku tersenyum saat membaca halaman pertama buku itu disana tertera biodata lengkap tentang anakku.

Di halaman berikutnya alisku mulai bertaut. Disana anakku menulis selamat hari ayah. Dadaku berdebar kencang. Dan dengan kekuatan, aku pun membaca

"Selamat hari ayah, tapi aku tidak punya ayah. Aku hanya punya papi. Papiku hebat. Dia bisa membawa kapal besar. Sandra bilang, kalau papiku seperti popeye. Siapa itu popeye? Aku ingin bertanya pada mami tapi aku takut ditertawakan-" aku menahan tawaku. Tulisannya tidak begitu jelas namun masih bisa ku baca.

"..papi sering menemuiku saat aku tidur. Papi bilang kalau aku harus jagain mami. Papiku tampan dan tidak seperti papinya Flo yang berkumis seperti ulat bulu. Ih aku geli. Tuhan, aku mau ketemu papi. Apa papi tampan seperti Ken?"

Ken? Siapa itu Ken? Aku sedikit bingung siapa itu Ken? Kemudian aku kembali melanjutkan membaca halaman berikutnya.

"..Ken itu berbadan besar sama seperti papi. Jika papi seperti Ken, maka mami adalah Barbie. Aku suka sama Barbie"

Jadi Ken adalah kekasih Barbie? Astaga anakku mengetahui mereka sedangkan aku tidak?

Tok.. Tok.. Tok.. Ketukan di pintu kamar Gifty membuatku terkesiap. Ternyata Bibip. "Ada apa,Bib?" tanyaku lalu mengembaikan lagi buku diary itu ke posisi semula.

"Mba Gatya mau makan dulu nggak? Biar aku siapin sekalian"

"Nggak usah, Bip kata mama Lina disana ibu mu masak spesial" Bibip hanya mengangguk-angguk.

Sepertinya rumah mertuaku sedang kedatangan tamu karena sebuah mobil mewah terparkir di garasi. Aku tahu itu bukan mobil papa Respati. Bibip membawa tas besar milik Gifty dan aku bersiap mengunci mobilku.

"Assalamualaikum" salamku. Tidak ada sahutan karena yang ada hanya suara gemuruh dari arah teras belakang rumah. Sepertinya semua yang berkumpul di belakang sana sedang menikmati kebersamaan mereka.

Aku melihat bu Ai sedang sibuk di dapur dan aku langsung saja menghampirinya untuk membantu. "Eh mba Gatya sudah datang rupanya" kata bu Ai sambil menuangkan teh ke dalam 4 buah cangkir keramik.

"Ada siapa bu?" tanyaku.

"Teman bapak, mbak. Kenapa mbak? Berisik ya" kata Bu Ai cekikikan. Ya aku akui kalau sebenarnya papa Respati sangat humoris jadi tidak heran kalau beliau bisa kembuat suasana jadi ramai.

"Nggak apa-apa. Oh ya Gifty kemana? Dari tadi aku nggak denger suara cemprengnya" rasanya tidak kuat menahan rasa rindu pada gadis kecilku itu.

"Biasa mbak Gatya, si Gifty ikut-ikutan nimbrung sama nyonya dan tuan"

Ck..anakku itu selalu saja ingin tahu urusan orang dewasa. Lebih baik aku membantu bu Ai menyiapkan malam untuk kami.

"Mami, oma Cici mau ngajak Gifty main ke rumahnya. Mau ajak Gifty berenang. Boleh kan mami?" seru Gifty di sela-sela makan malam. Aku tersenyum sambil mengelus rambutnya yang terurai panjang. Oma Cici adalah istrinya om Rudi-teman papa Respati. Beliau wanita yang aku pikir seumuran dengan mama Lina.

"Saya suka sama anakmu, Gatya. Dia cerdas dan kritis sekali pikirannya" puji tante Cici sambil mencubit gemas pipi Gifty.

"Gifty memang begitu anaknya, tante. Saya saja sampai kewalahan kalo nanggepin ocehannya" kataku malu-malu.

"Oh ya, kata mama mertuamu, kalian tinggal di perumahan Galaxy ya? Kok sama? Tante juga tinggal disana. Kapan-kapan main lah ke rumah kami bawa Gifty juga"

"Iya kalau ada waktu, kami akan main kesana"

Gifty menarik ujung bajuku, aku menoleh. "Bagaimana kalau kita menginap di rumah oma Cici sekarang saja, Mi" bisiknya. Namun aku yakin semua orang di ruang akan ini mendengarnya.

Mama Lina dan papa Respati saja sampai tertawa. "Gifty, oma Cici dan opa Rudi kan mau pergi besok jadi nginepnya kapan-kapan ya sayang" kali ini papa Respati menimpali.

Dengan gaya sok ngambeknya, Gifty memanyunkan bibirnya. Kami semua tergelak. Sungguh suasana makan malam yang ramai. Dan itu karena Gifty. Sesuai namanya, dia seperti pemberian dari Tuhan untuk melengkapi hidupku.

◾◾

My Last WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang