MLW - 8

4.7K 267 0
                                    

Maaf ya kalo aku ngilangnya kelamaan. Sebenernya MLW ini udah di post sampe part 9 di akun aku yang satu lagi. Tapi berhubung akun aku yang ini udah kembali di akses, jadinya aku bakal nyelesaiin semua disini. Sekali lagi mohon maaf ya para readers. Makasih ya udah setia nungguin. Hatur nuhun pisan sadayana..

Oke, back to topic. Kita tinggalkan masa kelamnya Gatya. Part ini alurnya sudah enam tahun kemudian. 

Readers : " Sudah lah, mbak jangan kebanyakan cincong,"

Paprika : " Hahaha oke. Aku persembahkan part ini buat kalian semua. Happy reading!"

-----------

"Mami, Gifty punya cerita. Mami dengerin ya"

"Oke princess. Mami dengerin" Gatya menopang dagu dengan kedua tangannya lalu mendengarkan cerita Gifty Syfila Heinardus, putri semata wayangnya.

"Dahulu kala ada seorang anak yang tidak mau membantu ibunya. Dia hanya bermain saja setiap hari.." bibir, mata dan alis milik Gifty sama persis dengan Galga. Matanya tidak berkedip saat putri kecilnya yang berusia lima tahun itu mendongeng untuknya. Samar-samar dia terbayang wajah suaminya saat melihat Gifty. Tingkahnya pun hampir sama. Jika ada maunya, mereka akan merengek dan bersembunyi di balik ketiak Gatya.

"Mami, ini kan ceritanya belum selesai, kenapa mami nangis?" tanya Gifty polos. Gatya terkesiap. Buru-buru dia mengusap air matanya.

"Kemarilah sayang" Gatya merentangkan kedua tangannya lalu Gifty menyambutnya. "Kamu tahu, maksud dari cerita yang kamu dongengkan untuk mami?"

Gifty mengangguk semangat "Tau dong mami. Kita tidak boleh melawan orang tua. Iya kan?"

"Anak mami pintar. Sayangi kedua orang tua dan buatlah mereka bangga" kata Gatya.

"Gifty mau buat mami dan papi bangga. Oh ya mami, kira-kira papi lagi apa ya disana? Apa jangan-jangan papi lagi sama malaikat cantik?" mungkin bagi Gifty pertanyaan itu sederhana. Namun sebagai seorang ibu, Gatya tidak mau salah menjawab.

"Yang pasti papi lagi bahagia disana. Papi lagi jagain kita" hanya Gifty sumber kekuatannya selama ini. "Come on, princess. Kita hampir terlambat untuk pergi ke sekolah"

Setiap hari Gatya mengantar jemput Gifty di sekolah. Mereka kini tinggal di sebuah rumah milik Respati yang khusus diberikannya untuk cucu pertamanya. Mereka pun meminta Bibip untuk tinggal bersama.

"Sayang, mami tinggal kerja dulu. Nanti mami jemput. Ingat pesan mami apa?"

"Jangan pulang sebelum mami jemput. Menunggu mami harus di ruang bu guru. Gifty selalu ingat dong" ujar bocah kecil itu dengan semangat.

Gatya mencium pipi merah putrinya lalu berangkat menuju Gifty Florist miliknya. Sebuah toko bunga yang dia dirikan sendiri. Awalnya mantan ibu mertuanya melarang Gatya untuk bekerja. Namun Gatya bukan tipe wanita yang bisa berdiam diri. Maka dari itu, dia memilih membuka toko bunga untuk menghidupi dirinya dan Gifty. Toko bunga ini sudah berdiri sejak tiga tahun yang lalu dari uang asuransi yang ditinggalkan suaminya.

"Sstt..ganteng banget. Aduh kayak bintang film Hollywood. Oh my God" samar-samar Gatya mendengar kegaduhan di luar ruangannya. Itu pasti Meta dan Diana kedua karyawannya. Rasa penasarannya pun muncul. Dia keluar dari ruangannya lalu benar saja kalau kedua karyawannya yang masih ABG itu tengah mengagumi sesosok pria muda nan tampan yang terlihat sibuk memilih bunga lily putih.

"Ehem" Gatya berdehem membuat Meta dan Diana berbalik. Keduanya salah tingkah melihat kedatangan Gatya.

"Eh ibu. Sudah lama ya dibelakang kita?" tanya Diana dengan cengiran kudanya. Gatya menggeleng.

My Last WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang