MLW - 6

6.9K 322 8
                                    

Gatya POV

Aha! Itu pasti mas Galga. Dia pasti baru pulang jogging seperti yang sering dia lakukan. Aku bergegas menuju pintu. Namun aku terkejut yang datang adalah mama dan papa mertuaku. Di belakang mereka ada Bu Ai dan juga Bibip.

"Sayang, bagaimana kabarmu?" mama merangkulku namun aku hanya diam tak bergerak. Mataku mengedar mencari sosok mas Galga.

"Mas Galga..dia..mama liat mas Galga diluar tidak?" tanyaku. Semua orang memandangiku dengan tatapan yang aku pun tidak tahu. Seolah mereka melihatku seperti orang gila.

"Gatya" kali ini papa memanggilku. "Tenang dulu, nak. Kita bicarakan di dalam saja. Ajak Gatya masuk, ma" papa berjalan di depan meninggalkan kami yang masih mematung di depan pintu

Disinilah aku, duduk sendiri berhadapan dengan mama dan papa mertuaku. Bu Ai dan Bibip sibuk membuatkan minuman untuk kami. Wajah mereka terlihat lelah dan panik. "Apa benar kata Bibip, Galga sudah kembali?" papa bertanya padaku dengan nada hati-hati. Lalu aku mengangguk mantap.

"Dimana dia sekarang, sayang?" tanya mama menambahkan.

Aku terdiam dan hanya mengulin ujung dasterku yg dibelikan mas Gatya sebelum dia berangkat tempo hari. "Saat aku bangun tadi, mas Galga sudah tidak ada di sebelahku. Aku mengira pasti dia sedang jogging di lapangan komplek" jawabku tak yakin.

Papa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Dengarkan papa, ini belum tentu pasti karena kami pun belum mengecek kebenarannya.." kemudian mama berpindah duduk ke sebelahku. Ia mengusap perut buncitku seolah menyalurkan kekuatannya untukku. "Polisi mengabarkan kalau kapal Albion II yang berada di dekat Samudera Hindia hilang kontak"

Tubuhku menegang seketika. Albion II? Itu nama kapal yang dikemudikan suamiku. Ini pasti suatu kesalahan. Iya, ini tidak mungkin. Aku menggeleng untuk memberikan aura positif pada calon anakku. Aku menoleh ke arah mama. Wanita yang telah melahirkan mas Galga ini pun hanya tertunduk. Namun aku merasakan kalau beliau pun..menangis.

"Tidak mungkin pa, Gatya sadar kok kalau mas Galga memang ada beberapa hari ini. Disini. Dia..menyentuhku, mengusap perutku, membacakan dongeng. Dia.."

Gelap.

"Mami, ini Gifty. Mami bangun dong. Ayo kita main. Mamiii.." mimpi ini lagi. Gifty? Calon anakku kah? Aku menggeliat pelan dan mulai menyesuaikan mataku dengan cahaya lampu yang berada di kamarku.

"Syukurlah kamu sudah sadar, sayang" kata mama mengusap keningku.

"Aku kenapa? Mas Galga kemana?" tanyaku. Bukannya menjawab, mama membawaku ke dalam pelukannya. Beliau menangis. Perlahan tanganku mengusap punggungnya. "Mama kenapa nangis? Ada apa?"

"Mama mohon kamu tenang ya. Apa yang dibicarakan papa semuanya benar. Kapal suamimu.. hilang kontak di perairan Samudera Hindia. Polisi dan tim SAR sana sudah menemukan kapalnya"

"Mas Galga tapi masih bisa selamat kan, ma?" Jauh di dasar hatiku, aku mengamini pertanyaanku ini.

Namun sayang, mama menggeleng. "Hampir dipastikan semua yang berda di kapal itu, tidak ada yang selamat. Polisi sudah merilis nama-nama penumpang kapal yang meninggal"

Apa yang paling aku takutkan terjadi. Dia..laki-laki yang paling bertanggung jawab kini sudah tidak ada. Dia..pembimbingku. Guardian angel untukku. Kenapa secepat ini Tuhan mengambilnya?

"Aku tidak percaya sebelum aku melihat mas Galga. Tolong antar aku ma ketemu sama mas Galga. Aku mohon, ma. Aku mohon demi anak yang aku kandung" tenagaku sudah melemah. Mas Galga tidak boleh meninggalkanku.

"Papa sedang menuju ke kantor dimana suami mu diberangkatkan. Mama mohon bersabar sedikit sayang. Demi anakmu. Kuatlah sayang" Aku menangis di pelukan mama. Ya Tuhan, apa yang selanjutnya terjadi jika anak ini lahir tanpa kasih sayang seorang ayah?

"Makan dulu mba Gatya. Ini ibu buatkan sup ayam kesukaan mba. Makan yuk selagi masih hangat" kata bu Ai menawarkan. Mataku tidak berhenti mengeluarkan air mata sambil memeluk foto pernikahanku dengan mas Galga. Pernikahan yang terlalu singkat untuk aku rasakan.

"Mba Gatya, mau ibu pijitin kakinya?" bu Ai tetap saja mengajakku berbincang. "Ibu mengerti apa yang dirasakan mba Gatya saat ini. Mas Galga orang baik mba, pasti dia akan dilindungi sama Tuhan" aku melirik dengan ekor mataku kalau bu Ai menangis. Aku pun berharap seperti itu bu, berharap suamiku kembali dan melihat calon anaknya lahir.

♦♦♦♦♦

Samar-samar Gatya mendengar suara dua orang yang tengah berbincang di ruang tamu rumahnya. Itu pasti mertuanya. Dengan langkah berat, dia mendengarkan dari balik pintu kamar.

"Lalu bagaimana langkah selanjutnya, pa? Kita tidak bisa menunggu lama untuk kepastiannya. Kasihan Gatya dan mama pun tidak bisa tenang kalau anak satu-satunya tidak jelas keberadaannya, pa" Gatya menutup mulutnya agar isakanya tidak keluar.

Apa maksudnya dengan 'tidak jelas' yang dibahas mereka? Gatya mengusap perutnya. "Doakan papi mu ya, nak. Dia pasti kembali ke kita" Gatya kembali ke tempat tidurnya dan meringkuk seperti bayi.

Tidak lama sepasang tangan merangkul tubuhnya.

Saat dia berbalik, sosok Galga tersenyum padanya.

"Mas Galga? Ini beneran kamu, mas? Ya Tuhan mas baik-baik saja kan?" Gatya memeluk erat Galga. Aroma tubuh Galga masih saja sama. Aroma laut yang tenang.

"Mas, jangan tinggalin aku ya? Aku takut sendirian" Galga masih diam. Dengan sekali kedip, Galga menghilang. Membuat Gatya histeris.

"MASSS.. KAMU DIMANA? MAS GALGAAA!!!" teriak Gatya. Tidak lama Lina datang berusaha menenangkan menantunya itu.

"Gatya, kamu kenapa sayang?" tanya Lina sementara sang suami berdiri di depan pintu.

"Tadi ada mas Galga, ma. Dia dateng, dia baik-baik saja kok" Lina dan suaminya hanya saling berpandangan. Menurut mereka, tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain mereka bertiga. Bu Ai dan Bibip pun sudah kembali ke rumah orang tua Galga.

Dalam diam, Respati menitikkan air matanya. Bukan hanya Gatya dan istrinya saja yang menangis. Dia pun sebagai ayah merasa kehilangan. Anak laki-laki satu-satunya dinyatakan meninggal oleh polisi setempat.

Awalnya dia menolak menerima kabar duka itu, namun sebuah tas milik Galga yang ditemukan polisi membuatnya mau tidak mau sedikit menerimanya. Dia hafal betul dengan tas coklat milik anaknya itu. Tas itu adalah miliknya dulu sewaktu masih muda lalu diwariskan untuk Galga.

Respati mendekat ke arah Gatya kemudian memeluknya. "Kamu tahu, bukan hanya kamu yang kehilangan, nak. Aku sebagai seorang ayah yang terkenal tegas dan gagah, akan kalah dengan air mata"

❤❤❤❤❤❤

Aiim kambek egen, gaes!!!

Aku terharu bisa balik lagi nuangin ide yg udah lama terkubur di dasar bumi #plakk

Happy reading and vomment please. Dont be silent reader ya?

Lophe,

221092❤

My Last WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang