Gerakan ini luar biasa indah dan beraninya hingga Tan Bu sama sekali tidak menduga dan pundaknya kena terpukul tertotok oleh ujung hudtim yang tiba-tiba berubah keras, sedangkan tubuh Pek I Toanio terbawa oleh dorongan toya dan mencelat ke atas kepalanya hampir tebentur kepada tiang yang melintang di atas!

Pek I Toanio tak kalah kagetnya. Totokannya tadi telah mengenai tempat di tubuh lawan dengan tepat sekali, akan tetapi Tan Bu kelihatan biasa saja seakan-akan tak pernah terpukul, apa lagi terluka! Cepat nyonya ini meluncur turun dan ia merasa bahwa melawan terus takkan ada gunanya, karena harus ia akui bahwa kepandaian lawannya dalam memainkan senjata sungguh-sungguh hebat dan lebih tiggi daripada kepandaiannya sendiri. Maka ia lalu menjura dan berkata,

"Terima kasih atas petunjuk Ciang-kun."

Tepuk sorak ramai terdengar dari pihak para perwira yang merasa senang sekali betapa dalam dua pertempuran berturut-turut, Tan Bu telah berhasil mengalahkan lawan! Dengan dua kali kemenangan itu, sekaligus Tan Bu telah membersihkan muka mereka dan menebus kekalahan Tan Song tadi.

"He, Kwee In Liang, kalau kau sudah tidak mempunyai jago lain lagi, majukan saja pemuda tolol itu!" Tiba-tiba Boan Sip berseru keras dengan suara menghina. Semua penonton memandang ke arah Kwee In Liang dengan cemas karena setelah kedua jago itu kalah, siapa lagi yang hendak maju?

Kwee In Liang tidak berani minta tolong kepada Kwee An. "Sekarang kau, Lin Lin, atau aku sendiri yang maju dan herternpur mati-matian, membela nama kita!"

"Kwee-enghiong, sabar dulu. Biarkan pinni maju menghajar mereka," kata Biauw Suthai, akan tetapi tiba-tiba Ang I Niocu yang merasa marah sekali mendengar Cin Hai dimaki tolol, segera berdiri dan setelah berkata cepat-cepat tanpa menanti jawaban, "biarkan aku saja yang maju!" lalu sekali melompat tubuhnya telah berada di hadapan Tan Bu! Orang tidak melihat bagaimana ia mencabut pedangnya, akan tetapi tahu-tahu tangan kanan nona itu telah memegang sebatang pedang yang tajam berkilau.

"Manusia sombong yang membuka mulut besar, kau keluarlah dan mari kaurasakan tajamnya pedangku!" katanya sambil menggunakan telunjuk kiri menuding ke arah Boan Sip!

Tan Bu maju selangkah dan mengangkat kedua tangan sambil berkata,

"Bukankah engkau ini Ang I Niocu? Ah, sudah lama aku mendengar namamu yang besar, maka alangkah beruntungnya hari ini dapat menyaksikan kelihaianmu. Jangan kauhiraukan Boan-sute yang memang berdarah panas, dan marilah kita mencoba-coba kepandaian!"

Ang I Niocu terpaksa menghadapi Tan Bu.

"Orang she Tan! Sungguh harus disesalkan bahwa orang yang memiliki kepandaian seperti engkau ini telah berlaku sembrono dan mengacau pesta orang lain."

"Ang I Niocu kita sama-sama orang luar dan peduli apa sama segala urusan remeh? Yang terpenting bagi kita sekarang ialah mencoba kepandaian masing-masing pada kesempatan yang baik ini, untuk meluaskan pengetahuan."

"Baiklah, kalau engkau menghendaki demikian. Nah, engkau majulah!" Ang I Niocu lalu membuat gerakan yang indah dan lemah gemulai dengan pedangnya hingga semua penonton bertepuk tangan kagum. Tan Bu maklum akan kelihaian lawan, maka ia segera mendahului, dan mengirim serangan kilat dengan toyanya yang hebat. Akan tetapi, dengan menari indah Ang I Niocu mudah saja menghindarkan diri dari serangan dan menghadapi lawan tangguh ini dengan tenang dan dengan tarian indah sekali hingga keduanya merupakan dua orang mahluk yang sangat berbeda.

Para penonton merasa kagum sekali dan belum pernah seumur hidupnya mereka menyaksikan seorang gadis cantik menghadapi ilmu silat toya yang ganas itu dengan hanya menari-nari, akan tetapi sedikit pun tidak kena terpukul! Tidak hanya para penonton yang kurang paham ilmu silat, bahkan Lin Lin, Pek I Toanio, Kwee An, dan yang lain memandang dengan melongo dan kagum. Juga Biauw Suthai nampak mengangguk-anggukkan kepala sambil menggunakan sebelah matanya memandang dengan penuh perhatian.

Serial Pendekar Sakti / Bu Pun Su Lu Kwan CuWhere stories live. Discover now