Keduanya terduduk lemas ditempat masing-masing.

***

"SIAL!!" Trey berteriak tertahan sambil menatap keadaan disekelilingnya.

"ini rumah atau WC umum sih...kecil amat" sambungnya kesal.

Tempat tinggal baru mereka ternyata hanyalah berupa petak kamar kecil disebuah wisma murah.

Kayna menatap ruangan itu dengan mulut terbuka "Astaga" serunya heran "Sepertinya papa benar-benar marah sampai tega menaruh kita disini"

"Nggak ada AC lagi,"

"Nggak ada wastafel juga," Mereka mulai meninjau kesana kemari.

Mendadak Trey merangkul bahu Kayna dari belakang. Saking kagetnya Kayna tak mampu bergerak. "Tau nggak yang lebih parah" bisik Trey ditelinga Kayna dengan nada usilnya "Ranjangnya cuma satu".

Kayna membeku tersadar. Astagaaaa!!!! Cepat dia menepis tangan Trey dibahunya lalu berbalik menatap cowok itu dengan tatapan marah. "Ini semua gara-gara kamu sih!"

"Kok gara-gara aku?" protes Trey heran.

"Iya! Coba kalau kamu nggak ngajakin aku ke pesta sialan itu, aku nggak bakal ketemu sama si brengsek Cero dan kamuu nggak perlu harus mukulin dia sampai mampus gitu jadi kita nggak perlu dihukum tinggal disini"

"Eh, yang mau ikutankan kamu sendiri, kenapa sekarang balik nyalahin aku"

"Arrrrgggg ... dieeemmm! Bikin tambah stres aja!"

"Eh kamu kira aku nggak stres apa?"

"Aku mau pulang! Aku nggak mau tinggal disini"

"Ya sama dong! Tapi memangnya kamu punya uang untuk ongkos balik? Kalo aku, jangankan buat balik sekarang buat makan aja aku sudah nggak punya uang lagi."

Kayna langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang tempat tidur mendengarkan jawaban itu. "Jadi kita terpaksa harus tinggal disini?" tanyanya sambil menatap Trey yang sudah duduk manis disofa dekat jendela kamar.

"Yah mau bagaimana lagi" sahutnya sambil merebahkan tubuhnya disana.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kalau mau terus hidup kita harus cari pekerjaan Kay," Trey menyahuti pelan, kedua lengannya terlipat dibelakang kepalanya matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Tatapannya kemudian teralih pada Kayna yang masih diam sambil memasang wajah cemberut. "Jangan khawatir, salah satu temanku pasti mau kasih aku kesempatan untuk jadi DJ di night club miliknya, kalau nggak minimal aku masih bisa jadi tukang cuci piring di beach club juga. Gampanglah diurus itu."

Kayna menatap Trey penasaran, "Memangnya kamu bisa nge-Dj?"

Trey mencibir istri-nya dengan kesal "Yeeee ... ngeremehin ya!"

Kayna nyengir lalu menggelengkan kepalanya, "Nggak! Soalnya akukan benar-benar nggak tahu apa-apa soal bakat kamu selain sebagai tukang gonta-ganti cewek." Kata-kata sindiran itu dibalas Trey dengan lemparan kotak rokok yang diambilnya dari saku baju, lelaki itu tersenyum tipis ketika melihat Kayna dengan sigap menangkap apa yang dilemparnya dan balik mengembalikan benda itu.

"Sepertinya ... aku juga harus cari kerja ya, Trey."

"Memangnya kamu mau kerja apa?"

"Nggak tahu, tapi mesti dicoba kan."

Trey mengangguk setuju dengan kata-kata Kayna, "Eh Kay, kamu beneran ingin kuliah ke Paris ya?"

My Story Book (One Shoot)Where stories live. Discover now