"Keluar sebentar eonni, kau disini saja dengan Jimin oppa," Soomi melingkarkan tangannya kepinggang kekasihnya sementara kekasihnya tersenyum kearah kau dan Jimin.
"Jimin oppa, tolong jaga eonni-ku sebentar ya?" Serunya, sementara senyum ceria terukir diwajahnya.

"Soomi kau...ㅡ

"Tentu saja aku akan menjaganya, kau pergilah bersenang-senang." Jawab Jimin setelah memotong kalimatku.

Setelah kepergian Soomi, kau tau di apartemenmu hanya tertinggal kau dan Jimin, dan seketika suasana langsung terasa canggung.

Kau benar-benar tak tau akan melakukan apapun. Sementara bunga pemberian Jimin masih di tanganmu.

"Kau sudah makan?" Tanyamu sambil berdiri dari tempat dudukmu.

"Hah?"

"Apa kau menginginkan sesuatu? Aku akan mengambilkannya dari dapur." Kau sudah mulai beranjak ke dapur.

"Aku ingin minum saja." Balas Jimin setengah berteriak kearahmu yang sudah berada di dapur.

***

Setelah meletakkan bunga di vas yang di beri air, kau kembali keruang tv dengan membawa dua gelas coklat hangat. Selanjutnya kau membawa barang-barangmu ke kamar kemudian kembali ke ke ruang tv bersama Jimin.

Suasana di ruang tv sudah gelap, cahaya hanya berasal dari cahaya yang terpancar dari nyala layar tv.

"Ada apa?" Kau bertanya pada Jimin saat kau bergabung bersama dengannya di sofa.

Ada film bagus, kita menonton saja.

Film yang di putar adalah film Up! Kau sendiri sangat menyukai film ini jadi kau tak banyak protes.

Saat pertengahan film kau mulai menangis, kau selalu begitu ketika menonton Up!.

Tapi kali ini air matamu lebih deras dari biasanya. Tentu saja itu pengaruh patah hatimu.

Jimin yang melihat air matamu tiba-tiba bertanya.

"Hey. Kenapa menangis?" Tanyanya lembut.

Tangan Jimin terulur ke pipimu mengusap air matamu.

Kau menatap kearahnya sambil tertawa.

"Kuharap aku akan punya suami yang sangat mencintaiku seperti tuan Fredrickson." Kau memegang tangan Jimin yang ada di pipimu.

Mata Jimin mengunci matamu. Membuatmu tenggelam di dalamnya.

"Tentu saja ada, kau pantas dicintai sebegitu besarnya."

Perlahan wajah kalian kian dekat. Jarak kalian tertepis. Dan saat bibir kalian bertemu, kau merasakan mau melenguh.

Kau merasakan setiap inci bibir lembut Jimin yang sangat menggoda itu, dengan manis dan lembut dia mulai melumat bibirmu.

Kau semakin menikmati kegiatan kalian dan melupakan film yang tengah berlangsung.

Tanganmu tanpa sadar terkalung ke tengkuk Jimin dan kau mulai menutup mata.

Disaat itulah, saat kau menutup matamu, bayangan Taehyung yang tersenyum kearahmu muncul. Senyumannya yang biasa.

Ini salah.

Bagaimana bisa kau mencium Jimin sementara otakmu memikirkan Taehyung?

Sontak kau menarik dirimu, membuat tautan kalian terpisah.

Kau membelalak kearah Jimin, dadamu naik turun. Berciuman dengan Jimin terasa seperti melakukan lari matarthon.

"Maafkan aku." Ucap Jimin cepat. Tak lupa dia menempelkan jempolnya di ujung bibirmu untuk menghapus jejak saliva kalian disana.

Kau masih tak tau harus melakukan apa. Kau benar-benar salah tingkah jadi kau memilih untuk pergi dari situ, dan saat kau baru saja akan menarik diri dari Jimin. Tangannya menangkap kedua tanganmu manik matanya menyorot langsung kearahmu dan bibirnya mengucapkan sebuah kalimat yang tak bisa kau antisipasi.

"Jadilah kekasihku!"




_계속_

stupid ; kthWhere stories live. Discover now