Chapter 9 ; Kamu itu Harus Diubah

1.2K 127 6
                                    

Sudah sekitar lima belas menit Ninda bercerocos ria tentang Lando yang kemarin mengantarnya ke tempat les bahasa inggris sekitar jam lima sore dengan tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah sekitar lima belas menit Ninda bercerocos ria tentang Lando yang kemarin mengantarnya ke tempat les bahasa inggris sekitar jam lima sore dengan tiba-tiba. Mengendarai motornya dengan masih mengenakan celana sekolah dan kaus berwarna--entahlah, Reina tak menyimaknya.

"Iya, Rei, padahal gue cuma becanda doang mintanya. Tapi dia tiba-tiba main dateng aja pake motor."

"Hm," sahut Reina yang matanya udah merem-melek karena ngantuk.

Lalu, Ninda bercerita lagi tentang Lando yang bandel lah, Lando yang suka merokok lah, Lando yang malas lah, dan masih banyak lagi. Reina hanya mendengarkan tanpa menginterupsi apapun. Sesekali matanya tertuju pada layar ponselnya yang kebetulan sedang menampilkan pesan dari Alvan yang menanyakan dirinya sudah pulang atau belum. Padahal Alvan sudah tahu kalau sekarang jamnya Reina berada di tempat bimbel. Lah, emang Reina prioritas Alvan? Kalau bukan prioritas, jadwal Reina mana Alvan ingat sih? Dia paling juga cuma basa-basi aja.

Van : udh pulang?

Reina Liana : belom

Reina Liana : kan bimbel dulu baru balik ntar malem

"Reiii, gue harus gimana dong?" tanya Ninda diakhir ceritanya. Bertepatan dengan tangan Reina yang usai membalas pesan Alvan.

Reina diam cukup lama. Mencoba mengingat apa saja yang Ninda ceritakan. Sedangkan Ninda sudah dengan tatapan serius. Bersiap untuk mendengar saran dari Reina. "Hah?" hanya kata itu yang mampu lolos dari bibirnya.

"Anjeng." umpat Ninda. "Udah cape-cape ngomong malah hah hah doang nih orang."

Reina menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Setelah itu menampilkan cengiran bersalahnya. "Hehe, maaf ya, Nin.."

"Tai kucing."

Reina menaruh ponselnya diatas meja kemudian mengetuk-ngetukkan pulpennya. "Hmm, kalo udah badung, bakal susah ngerubahnya sih," ucapan refleks Reina membuat Ninda kembali menatapnya dengan lekat.

Nggak nyimak gini, Reina masih bisa nyimpulin sedikit dari masalahnya. Agak nyangkut sedikit. Lagi pula, masalah Ninda juga bisa Reina tebak. Gak bakal jauh-jauh dari Lando yang kerjaannya cabut sekolah atau gak ngerokok.

"Gue pengen dia berhenti ngerokok walau gue tau gak segampang itu dia ngejauhin rokok." ujar Ninda mengisi hening.

Reina mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya. Tapi setidaknya dia bisa ngurangin." sahut Reina.

"Terus, gue harus apa dong?"

Reina diam sejenak. Kemudian mengangkat pulpennya dengan terlalu semangat hingga pulpen itu terlempar begitu saja. "Eh, anjer." umpat Reina pelan sambil mengambil pulpennya itu. "Nih, gue pernah baca di internet terus juga di wattpad-wattpad teenfict gitu kalau perokok bisa diatasin dengan makan permen." ujarnya setelah kembali duduk di kursinya. "Mm, i mean, kalau dia mau ngerokok, rokok itu diganti sama permen. Pokoknya, dia harus bisa ngurangin kecanduannya itu," jelasnya.

Reina diam sejenak. Lalu, ia kembali berujar, "Dulu bokap perokok. Beliau bisa berhenti karena setiap pengen ngerokok langsung ambil permen. Terus ngurangin rokok itu perhari. Misalnya, setiap satu hari, harus ngurangin sebatang. Ya, kalo gabisa, setiap dua hari sekali kek atau apa gitu. Tergantung dari kecanduannya dia segimana, Nin." ujarnya dengan panjang lebar.

Ninda mengangguk perlahan. Lalu, alisnya tertaut, "Terus?" tanyanya sambil menopang dagunya menggunakan tangan kanannya.

Reina terlihat berpikir sejenak. Lalu bergumam sebentar sebelum akhirnya kembali membuka suara. "Setiap seminggu lo kasih permen karet per-pack. Setiap kali ngasih, tempel sticky notes yang isinya kode-kode itu. Kalau digabungin bakal bentuk sebuah kalimat. Terserah lo kalimatnya apaan," Reina diam sejenak. "Kalo dia beneran sayang sama lo, dia bakal pecahin kode itu dan bakal berhenti. Lo juga harus wanti-wanti dia buat ngurangin rokoknya perhari." katanya.

Setelah itu, Ninda mengambil kertas kosong dan mulai menuliskan sesuatu. Menghitung huruf yang sudah ia tulis. "Ada tiga puluh. Berarti, gue ngasihnya selama 30 minggu dan itu sampai UN."

"Yaudah, let's do it." kata Reina seraya tersenyum.

Ninda juga ikut tersenyum menampilkan lesung pipinya. Setelah itu ia meminta Reina untuk menemaninya membeli permen yang langsung diangguki oleh Reina.

Pokoknya, Ninda harus bisa mengurangi kebadungan Lando. Harus bisa.

*

cie pada masuk sekolah. cie ketemu temen2 lagi. cie ketemu doi AHAHA.

happy monday every1! walaupun gue ga suka senin. but, it's okay.

seperti biasa, jgn lupa tinggalkan jejak setelah membaca yaa! thanks.

Intuisi [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang