Chapter 14

2K 147 5
                                    

Pagi ini Feli benar-benar tak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Terlebih di hari Senin. Patah hati karena melihat hal yang seharusnya tak dilihatnya. Ditambah isi chat dari grupnya bersama Ari dan Azka tadi malam membuat hatinya makin sakit.

Ari : Gue udah jadian! Wohaaa.

Azka : Ha ha, jayus.

Ari : Gue serius anjir

Ari : send a picture

Azka : Anjir, anjir, anjir.

Azka : Mantap jiwa.

Ari : Lo kapan dong sama Aqilah?

Azka : Otw boorrr.

Azka : Btw, keluar lo, Fel. Gue tau lo baca

Feli : .

Azka : Kampret

Ari : Kampret (2)

Ya, kira-kira seperti itu. Ari terlihat bahagia, atau mungkin sangat bahagia saat ternyata rencana di hari kemarin berhasil.

"Doorr!"

Feli tersadar dari lamunannya. Melihat siapa yang mengagetkannya.

"Apaan sih." ucapnya saat tau ternyata Azka yang mengagetkannya.

Di hadapannya Azka menaruh tas dengan sembarang. "Kenapa sih lo?"

"Kenapa apanya?"

"Ditanya malah balik nanya. Yaudahlah yang sabar." ujar Azka sambil menepuk-nepuk bahu Feli.

Feli melepaskan tangan Azka yang ada di bahunya. "Maksud lo?"

Azka menatap Feli, ada kesedihan yang terpancar dari diri perempuan itu. Dan Azka yakin betul penyebab kesedihan itu.

"Cowok masih banyak, Fel. Ikhlasin dia. Mungkin dia bukan yang terbaik buat lo."

Feli terkejut mendengar ucapan Azka. Bagaimana bisa Azka mengetahuinya, padahal ia sudah sangat menutupi semuanya.
"Lo ... tau?"

Azka mengangguk. "Gue tau."

Feli tersenyum kecut. "Kebaca banget ya, Ka?"

"Jujur sih iya, gue bingung harus bilang kaya gimana sama lo. Tapi lo, cewek tangguh yang gue kenal. Jadi inget pesen gue, lo gak boleh  terpuruk dan jadi lemah."

Air mata yang sejak kemarin tertahan, akhirnya tumpah.

"Sakit, Ka, sakit. Gue coba buat ilangin tapi nyatanya rasa itu tetep ada."

Azka berdiri di samping Feli. Menepuk puncak kepala perempuan itu. Mencoba menenangkannya.
"Sebenernya lo boleh aja sih nangis, tapi dua menit lagi bel, dan kita harus ke lapangan."

Bugh.

Pukulan mendarat di perut Azka.
"Kok gue dipukul sih?" ujar Azka sambil memegangi perutnya.

"Pikir aja sendiri."

• • •

Layar ponsel Ari menyala setiap saat menampilkan notifikasi. Penasaran, ia mengambil ponselnya. Ari mengscroll isi grup kelasnya. Hari Kamis nanti akan diadakan ulangan akhir semester.

"Kenapa Ri?"

Ari mendongak melihat siapa yang bertanya. Lantas bercerita, saat tau ternyata asistennya yang bertanya.

"Jadi, kira-kira cuti satu minggu bisa gak, Ka?" tanya Ari pada Kak Obi–asisten Ari yang mengurus jadwalnya.

"Bisa kayanya, Ri. Kamu cuman dapet beberapa scene lagi, paling besok atau lusa juga udah beres. Diluar itu gak ada janji lain." jelas Kak Obi sambil mengingat-ingat jadwal Ari.

Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang