This is my life (One shoot)

1K 91 2
                                    

Aku menatap rintik-rintik hujan yang jatuh dari atas langit dari balkon kamarku. Mataku terpejam sesaat merasakan hembusan angin yang menembus pori-pori kulitku dan menerpa permukaan wajahku. Hujan sudah berlangsung selama 2 jam, dan sampai saat ini tak kunjung berhenti.

"Prilly,"

Sebuah suara berhasil membuka kedua mataku. Aku membalikkan tubuhku dan menatap ke asal suara.

Ya, namaku Gracella Prilly Mahendra, biasa di panggil Prilly. Usiaku 26 tahun, statusku single dan aku bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama di jakarta.

"Ya?"sahutku pada seseorang yang memanggilku yang ternyata adalah kak Dirga, kakak kandungku.

"Ada Ali di depan."Jawab kak Dirga.

"Bilang aja gue udah tidur, kak."Ujarku pada kak Dirga yang usianya terpaut 4 tahun dariku. Dia sudah menikah dan mempunyai anak satu.

"Kenapa? Berantem?"cerca kak Dirga. Aku mengedikkan bahuku sembari duduk di tepi ranjang.

"Prill,"

Kali ini bukan suara kak Dirga yang ku dengar. Tapi, suara dari Ali. Iya, Devano Aliand Wiratama. Dia adalah sahabatku dari aku duduk di kelas menengah pertama. Silahkan kalian hitung berapa tahun kami bersahabat!

"Gue keluar dulu!"ujar kak Dirga sembari berlalu keluar dari kamarku.

Aku melihat dari sudut mataku, jika Ali melangkah masuk ke dalam kamarku. Aku menoleh sekilas ke arahnya ketika dia sudah duduk tepat di sebelahku.

"Lo marah, Prill?"tanyanya. Aku merutuki pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya itu. Siapa yang tak marah jika seseorang menjanjikan untuk menjemput di sebuah tempat dan setelah hampir beberapa jam menunggu, tiba-tiba orang itu membatalkan niatnya untuk menjemput? Apakah kalian tidak marah atau kesal? Kalau aku 'sih iya.

"Enggak."Kilahku tanpa menatapnya. Aku masih duduk dengan bersedekap dada.

"Maaf, Prill. Tapi, tadi gue di panggil sama Jenderal Rey. Ada masalah kerjaan."Jelasnya.

Aku menghela nafasku dan beralih menatapnya yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dariku.

"Masalah apa lagi?"tanyaku yang mulai melunak.

Jika kalian bertanya apa pekerjaan Ali? Dia adalah seorang polisi. Usianya 28 tahun artinya hanya terpaut 2 tahun dariku. Dan statusnya sama sepertiku. Sama-sama single. Karena aku dan Ali masih fokus pada karier masing-masing.

"Ya, biasa. Penipuan plus penculikan. Makanya lo kalau keluar jangan sendiri! Karena dulu sampai sekarang kasus penculikan masih tetap marak dan akrab di Indonesia."Sahut Ali menepuk pelan pucuk kepalaku. Aku hanya mendengus kesal, memangnya aku anak kecil apa?

"Gue udah gede kali, Li. Lagian mereka nggak akan berani culik gue, karena gue bisa aja nyuntik mereka saat itu juga. Sekarang 'kan gitu kebanyakan badan doang yang gede, tapi nyalinya? Ciut, sama jarum suntik aja takut."Balasku.

"Heh! Bu dokter jangan nyepelehin kasus kayak gini. Nggak semua orang takut sama jarum suntik, lagian yang sering bu dokter liat itu cuma di sinetron doang. Dan satu lagi kayaknya ada yang nggak nyadar ya kalau dia takut juga sama jarum suntik?"ujarnya kepadaku. Dia menyindirku? Iya, Ali menyindirku? Memang benar 'sih awalnya aku sempat takut sama jarum suntik. Tapi, ingat! Itu dulu sebelum aku berprofesi sebagai dokter yang sukses seperti ini.

"Itu dulu ya, pak polisi. Jadi, please nggak usah di bahas terus gitu."Titahku mengerucutkan bibirku. Aku mendengar suara kekehannya darinya. Benar-benar tidak berperisahabatan dan berperikepolisian. Liat saja! Dia tidak benar-benar terlihat seperti seorang polisi saat ini.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang