Alternatif Ending

28.6K 788 66
                                    

Adrian Pov

Hari ini mandor perkebunan teh  kami memberikan kami jatah libur setengah hari. Bonus panen raya kemarin katanya. Aku bersyukur sambil memasukan alat-alat kerjaku dan bekal makan siangku ke dalam tas. Tak sabar rasanya bertemu Alea dan tiga juniorku.

Ku tenteng tas tangan itu dengan tangan kiriku. Ku lihat rekan-rekan petani teh lainnya masih asik bersandar di bawah pohon.

"Kang Ujang, saya pulang duluan ya. Mari Bu Leni, Pak Asep, " pamitku kepada rekan-rekan petani lainnya.

"Aaiiihhh, pasangan pengantin muda mah gitu, maunya pulang cepet terus, berdua terus, yang lain mah ngontrak," ucap Kang Ujang mencandaiku yang disambut gelakan tawa rekan petani lainnya.

"Ia lah Kang, yang lain mah ngontrak. Jadi Kang Ujang harus bayar perbulannya ke saya." ucapku menanggapi.

"Ehh... Jangan gitu atuh. Cicilan panci si ibu aja belum kebayar, masa mau nambah cicilan lagi."

Hahaha

Rekan petani kami yang lain ikut tertawa dengan gurauan kami berdua.

"Udah ah, mari Kang, mari Bu, mari Pak Asep, saya pulang dulu." pamitku untuk terakhir kalinya. Mereka tersenyum dan mengangguk mempersihlakan aku pulang.

Aku tak pernah menyangka hidup sederhana ternyata semenyenangkan dan senikmat ini. Kehadiran Alea di dalam hidupku benar-benar suatu anugrah yang patut aku syukuri. Aku memang tidak menikah resmi dengannya. Pernikahan kami hanya tercatat di sebuah kertas yang bahkan kertas itu pun ilegal kudapatkan.

Alea benar-benar Ibu yang baik untuk putri kandungku, sepasang putra dan putri kembarnya yang lain. Alea tidak pernah membedakan kasih sayangnya. Keluarga kecil kami memang tidak sempurna, tapi kami bahagia. Aku harap itu cukup. Tujuanku saat ini hanya untuk membahagiakannya, ketiga anakku dan calon buah hati kami yang saat ini ada di dalam rahimnya, hanya itu.

Aku tersenyum sendiri sambil memikirkan ini semua.

Buggggggg !!

Kurasakan sesuatu yang tumpul menghantam belakang kepalaku. Kupegang bagian belakang leherku yang ternyata mengucurkan darah. Pandanganku gelap, aku tak melihat apa-apa lagi.

*****

Bagas Pov

"Bagas, please, aku mohon, jangan begini, aku istri orang," tak kupedulikan permintaan Alea kepadaku. Aku tetap memojokannya ke ujung tembok.

"Jangan memohon kepadaku sayang, jika kamu menanam benihnya, maka kamu harus menanam benihku." ucapku memaksa.

"Bagas please, jangan," ku lihat Alea menutupi selangkangannya dengan rapat. Aku menggendongnya dan membawanya kepangkuanku. Ku rasakan perlawanan dari kedua tangan dan kakinya.

"Jangan melawan sayang, itu hanya akan membuatmu sakit. Aku tahu kamu merindukan ini. Bukankah begitu?" ucapku sambil menggesekan kejantanku yang mengeras dalam balutan celana jeansku pada selangkangannya.

"Bagas jangan, aku gak bisa." Alea berusaha melepaskan kedua tangannya yang aku cengkram di belakang punggungnya. Sialan. Kegiatan perlawanan itu hanya membuat hasratku bertambah padanya. Daster tipis yang Alea kenakan ini hanya semakin menggodaku. Aku tak mau memperkosanya. Aku ingin dia menerimaku dengan sukarela. Aku yakin Alea masih mencintaiku. Tak bisa kufikirkan petani teh itu menjamah tubuh wanitaku.

"Pilihanmu hanya dua sayang, kamu melayaniku dan menanam benihku dirahimmu, atau aku membunuhnya. Kamu tahu aku bisa melakukan semua itu sayang." ucapku sedikit mengancam. Ku lihat keragu-raguan tersirat pada wajahnya.
Apakah wanitaku ini mulai terangsang dengan jamahanku, atau dia ragu karena memikirkan petani teh itu? Tidak. Pasti karena jamahanku. Ku gerakan kejantananku dengan intens pada selangkangannya,  menggodanya.

Bertukar Suami - TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang