SEPULUH

3.8K 204 10
                                    

Sudah hampir satu minggu aku berkuliah. Dan itu tandanya satu minggu lagi aku akan melaksanakan pernikahan, tapi aku tak memikirkan persiapan itu semua, karena ka hafidz dan ibu yang mengurusnya. Disaat aku sedang berbaring di kasur tiba-tiba saja aku rindu sosok mereka ya sosok inaya, syifa dan humaira. Mereka pasti sibuk dengan belajar, sedangkan aku sibuk mempersiapkan pernikahan. Semenjak lulus SMA kami tidak pernah berkomunikasi, susah sekali rasanya kami bertemu. Disaat aku memikirkan dan membayangkan betapa dekatnya kami dulu. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

"Zah, hafidz sudah menunggumu dibawah, kalian akan melaksanakan fitting baju pengantin" ucap ibu yang berdiri didepan pintu kamar.

"Iya ibuku yang paling cantik, tapi aku ganti baju dulu masa iya aku pakai baju tidur gini " ucapku dan langsung berjalan kearah lemari untuk memilih pakaian .

Kuambil gamis polos berwarna biru muda dan memakai kerudung yang senada, aku hanya memoles muka ku dengan tambahan fondetion dan bedak tipis seta lip ice sedikit. Aku pun berjalan turun kebawah untuk melakukan fitting baju.

"Ayo ka" ajak ku kepada ka hafidz.

"Sudah selesai zah" tanyanya.

"Seperti yang kakak lihat" jawabku.

Aku dan ka hafidz langsung berpamitan kepada ibu. Dan langsung pergi ke butik. Sesampaianya di butik kami langsung disambut oleh pegawai butiknya.

"Mas hafidz dan mba zahra ya" tanya pegawai butik.

"Iya mba"jawab ka hafidz

"Mari kita langsung fitting mas, mba" pegawai butik pun langsung membawa kami keruang fitting.

"Mba mau model yang seperti apa?" Tanya pegawai butik.

"Saya mau yang simple gak ribet, dan gak terlalu banyak hiasan. Oh yaa sama yang gak terlalu ketat ya mba" ucapku karena aku tak suka dengan baju yang berlebihan.

"Seperti ini mba?" Tanya pegawai itu sambil menunjukan gambar baju yang simple dan sesuai dengan permintaanku. Kulirik ka hafidz dan ka hafizd mengangguk dan itu artinya ia menyetujui dengan pilihanku.

"Ya sudah mba saja ambil yang ini saja" ucapku.

"Mas nya mau yang seperti apa?" Tanya lagi pegawai butik tersebut.

"Yang sesuai dengan baju pengantin wanita saja mba" ucapnya. Apapun yang dipakai ka hafidz tetap saja ia terlihat tampan hehe.

Setelah selesai fitting kami pun langsung menuju di sebuah restoran.

"Aku lapar sekali sepertinya" ucapku ku sambil membersihkan sisi bibirku dengan tisu.

"Aku kalah dengan tenaga makan mu itu yaa " ledek ka hafidz. Aku baru tersadar ternyata makananku sudah habis duluan dibanding ka hafidz.

"Maaf aku sepertinya kelaparan karena fitting baju tadi ka" ucapku polos sekali hehe.

"Zah" panggilnya

"Iya" yang tadinya aku tertunduk , mendengar suara yang memanggilku aku pun langsung menaikan kepalaku.

"Kamu sudah siap dengan semuanya ?" Tanya nya serius.

"Aku tak pernah siap untuk menerima semuanya, tetapi aku akan belajar untuk menjadi siap,ini hanya masalah waktu saja ka, kupikir ini sudah suratan tanganku dan kakak lah tulang rusuk ku, padahal dulu aku tak pernah terpikir bahwa kakak yang akan menjadi pendampingku, bahkan aku tak percaya" jelasku dengan santai dan halus.

"syukur lah , ku kira kamu akan menolak dan mengancam kabur dari rumah seperti drama-drama indonesia" ucapnya yang sedikit bergurau dan membuat ku tertawa kecil.

Entah ini yang remaja sana rasakan ketika mereka jatuh cinta. Aku tak pernah merasakan perasaan ini, perasaan nyaman didekatnya, malu bila menatap matanya dan rindu bila tak melihat nya. Aku baru merasakan ini semua, aku harap ini fitrah dari allah.

Kumenatap jendela restoran, fan aku melihat wanita yang sedang hamil tetapi wajahnya tak asing bagiku, aku berpikir dengan cepat dan sekali lagi aku melihat wanita itu dengan inters dari kejauhan. Satu nama yang ada dipikiran ku.

"Huma" kata yang terucap dari bibirku.

"Siapa zah?"tanya ka hafidz

"Kamu lihat deh wanita hamil itu, itu humaira ka yang dulu sahabatku" ucapku menunjuk wanita itu yang membuka pintu taxi.

Aku tersenyum melihatnya , dari kecil aku menyukai wanita yang sedang hamil.

"Kamu juga nanti akan seperti itu zah" ucap ka hafidz sejak kapan dia menjadi genit seperti ini.

"Tidak" tolakku.

"Pasti kan kita akan melakukan first night" ucapnya nakal. Aku merindimg memdengarnya dan bertutup kuping.

" hahaha"tertawanya. Aku tak tau dia menjadi seperti ini atau efek dari seminggu lagi kita akan menikah.










TERIMA KASIH READERS
JANGAN LUPA VOTE & COMENT ^.^

MenunggumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang