"Lo mau mati?" bisik gue pelan di kupingnya Lay. Dia benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

"Ini rumah gue kalo lo inget, lo bikin gue mati, di saat itu juga lo mati," ujar Lay pelan jadi kita berdua doang yang bisa denger.

Sialan!

Dia mengakhiri pelukan itu dengan ciuman singkat di leher gue yang bikin gue merinding.

Dasar sinting!

Kita semua akhirnya ngumpul di lantai dua. Di ruangan di mana ada banyak sofa dan sebuah layar besar.

Ternyata isi rumah ini nggak kalah dari home teather punya Suho, tempat yang biasa kita jadiin tempat untuk nonton

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Ternyata isi rumah ini nggak kalah dari home teather punya Suho, tempat yang biasa kita jadiin tempat untuk nonton.

Semua udah ngambil posisi enak masing-masing di sofa yang tersedia. Yang punya pasangan sih enak bisa ketek-ketekan atau peluk-pelukan. Kalau yang nggak punya pasangan sih saling mengeteki satu sama lain.

Gue sengaja ngambil tempat duduk yang agak jauh dari Lay karna takut dia bertingkah seenaknya lagi, walaupun gue sekarang harus jadi kambing congenya rara sama Chanyeol yang lagi asik peluk-pelukan di samping gue.

"Gue ada barang baru," ucap Tao tiba-tiba sambil ngeluarin sebuah kotak dari tas yang dia bawa.

Ini bukan narkoba atau sejenisnya kan? Kok gue deg-degan ya...

Semua langsung ngeliat ke arah Tao dan memfokuskan perhatian mereka. Tao membuka sebuah kotak kayu dengan ukiran rumit, dan ada sebuah pistol di dalam sana.

"Baru dikirim kemarin," ucap Tao.

Kai langsung ngelepasin Iim yang lagi ketekan sama dia dan ngambil pistolnya. "Ini bukan barang sembarangan," ucap Kai seraya mengagumi pistol yang ada di tangannya.

"Bokap gue mesen khusus," jelas Tao. Gue yang nggak ngerti tentang senjata menganggap pistol itu nggak ada bedanya sama pistol-pistol lainnya. Orang bentuknya gitu gitu aja.

"Perijinannya belom diurus sih, tenang Min nanti bokap gue mau nemuin bokap lo kok," jelas Tao ke Xiumin.

"Udah lama nggak latihan nembak," kata Luhan yang diiyakan sama yang lainnya.

"Lisensi kalian masih berlaku semua kan?" tanya Lay tiba-tiba.

Ini lisensi apaan? Nembak?

"Yang expired baru Kai, Kris, Chanyeol sama lo Bos," timpal Baekhyun.

"Punya gue masih dua tahun lagi," ucap Kris heran sambil memastikan lisensi menembak di dalam dompetnya.

"Situ emang mau nembak yang lain lagi? Ntar yang dipelukan lo pada narik pelatuk semua mampus udah. Kelar idup lo pada," ucap Baekhyun sambil ngakak.

Hanya orang berselera humor rendah seperti Chen, Kai, Tao dan juga Luhan yang tertawa dengan bercandaan Baekhyun. Sisanya hanya diam tidak menanggapi.

"Geng sebelah mulai bikin ulah," kata Suho tiba-tiba yang bikin semua hening.

"Ulah apa lagi?" tanya Xiumin.

"Kemaren geng motor di bawah pimpinan mereka nyelakain orang yang lagi lewat, bawa senjata tajem."

"Nggak dididik dulu emang sama mereka?" tanya Kris.

"Gue nggak tau sistem mereka gimana, yang jelas kayaknya mereka nggak tau kalau sebenernya anak buahnya yang ngelakuin," jelas Suho.

"Kita ributin aja apa nih?" tanya Chanyeol.

"Kita bahas nanti," kata Lay tiba-tiba, dia langsung ngeliat ke arah cewek-cewek yang ada di ruangan ini, termasuk gue.

"Kalian bisa pergi ke tempat lain," usir Lay secara halus.

"Lo ngusir?" tanya gue sarkas.

Dia menganggukan kepalanya mantap sebagai jawaban. Tidak ada cengiran maupun seringai jahil seperti biasa. Kayaknya Lay lagi serius nih sekarang. Buktinya yang lain kini menatap tegang ke arah kami berdua.

"Ayo Git," ajak Joana sambil narik gue untuk keluar dari ruangan itu.

Akhirnya kita pergi ke belakang rumah Lay yang ada taman bunganya. Di sana udaranya segar dengan wangi bunga yang masih bisa tercium dengan samar.

"Bang Lay kalo lagi serius emang gitu, jangan sakit hati ya," kata iim.

"Enggak kok," udah biasa, tambah gue dalem hati. "Itu mereka mau ribut beneran?"

"Roman romannya iya. Kalo mau ribut kita pasti nggak diijinin buat ngedenger rencana apapun," sahut Rara.

"Kalian udah lama gabung sama mereka?" tanya gue penasaran.

"Semenjak jadian sama cowok kita masing-masing aja. Udah dua tahunan lah..." jelas Joana.

"Oh, jadi udah berapa cewek yang Lay giniin?"

"Giniin gimana maksud lo?" tanya Rara bingung.

"Ya gini... dibawa main sama kalian."

"Bang Lay cuma punya satu mantan, dan dia pergi setengah tahunan setelah kita gabung. Dulu cewek itu satu-satunya yang ada di gerombolan ini," kini Iim yabg menjelaskan.

"Terus kenapa mereka putus?" tanya gue penasaran.

"Gue nggak yakin sih Git, kita takut salah ngomong. Mending lo tanya sama orang yang bersangkutan deh," timpal Jojo.

"Bang Lay setia kok orangnya, dia kalo udah sama satu ya udah pasti sama yang itu aja. Gak pernah macem-macem deh selama dia pacaran sama orang. Lo tenang aja... " kata Iim mencoba menenangkan.

"Tapi.... gue bukan pacarnya."

BAD SERIES (Eternal Love)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora