"Dibilang gak mau, maksa ih! Cium juga nih."

Ali terlihat mengepalkan tangan kanannya. Lagi-lagi menahan amarah.

"Ayo dong Pak Bos, boleh ya boleh ya, please mau ikuttt, janji deh gak akan bikin malu Pak Bos apa lagi ngerepotin."

Ali masih bergeming di tempatnya.

"Aku penasaran kalau di luar Pak Bos ngapain aja. Jangan-jangan Pak Bos bikin surat perjanjian lagi ya biar bisa nikahin karyawan rendahan kaya aku? Oh tidakkk aku gak rela, cukup satu Prilly aja yang jadi korban Pak Bos Alibaba!"

Prilly tertunduk sebentar.

"Lagi pula aku tuh gak mau dimadu, aku kan udah manis, eh? Beda ya artiannya?"

Ali sudah sangat sabar mendengarkan celotehan Prilly.

"Pak Bos diem aja sih? Yaudah aku gak ikut deh, tapi nebeng boleh? Sampai rumah temen aku aja, soalnya mau ngelamar kerjaan bareng."

"Ganti pakaianmu, ikut saja denganku."

Prilly langsung tersenyum lebar. Pak Bosnya selalu diancam dulu baru mau menuruti keinginannya.

"Tapi aku udah janji sama tem--"

"Ganti pakaianmu!"

"Ahay! Pak Bos takut banget ya kalau aku kerja?"

"Prilly Dafina Harsya!"

"Ralat Pak Bos, Prilly Dafina Nathaniell Afrazanio."

Rasanya Prilly melihat wedus gembel keluar dari hidung dan telinga Ali melihat wajah lelaki itu merah padam menahan amarah.

"Iya iya ganti, tapi gantinya di depan Pak Bos ya?"

Ali kembali menatap Prilly dengan tatapan yang lebih tajam.

"Ampun Pak Bos Alibaba, hehe." Prilly langsung lari ke kamarnya.

***

Berkali-kali Ali menghela napas sambil melirik jam tangannya. Sementara jemarinya terus berkutat di atas keyboard laptopnya. Lima belas menit sudah ia menunggu Prilly tetapi Prilly belum juga menunjukan batang hidungnya. Dengan sabar Ali menunggu di dalam mobil padahal ia sendiri tak suka yang namanya menunggu.

Hingga akhirnya yang ditunggu pun datang. Ali melihat ke luar kaca mobil di mana ada Prilly sedang kerepotan memperbaiki sepatu heels hitamnya di depan pintu rumah. Gadis itu menggigit roti sandwich yang menyumpal mulutnya. Di tangan kirinya terdapat berkas-berkas yang tidak Ali ketahui. Penampilannya pun terlihat biasa saja dengan celana hitam panjang yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dia memakai blus biru muda dilapisi blazer kantoran. Rambut panjangnya yang biasa terurai itu digelung indah.

Ali tak berkedip menatap Prilly saat masuk ke dalam mobilnya. Wajah yang natural hanya dengan lipstick berwarna pink dan bedak. Ali tak berbohong mengakui Prilly itu sangat cantik.

"Pwak Bwos?" Prilly berkata dengan mulut yang terisi penuh oleh roti yang baru saja ia lepaskan.

Ali langsung mengalihkan tatapannya ke laptop yang ada di pangkuannya.

"Jalan!" Lelaki itu langsung menyuruh Radi melajukan mobilnya.

"Pak Bos udah sarapan? Nih istri Pak Bos yang baik hati udah bikinin sandwich daging." Prilly menunjukkan kotak bekal mungil pada Ali kemudian membukanya di hadapan lelaki itu.

Tanpa izin lebih dulu Ali sudah mengambilnya kemudian memakannya sambil kembali sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Pak Bos, boleh aku bilang sesuatu?"

Marry With BossWhere stories live. Discover now