"Ren kau memilih mati dengan cara apa?" Ren mengernyitkan dahinya, ia menatap bingung ke arah Vier. "Kenapa kau tanya seperti itu!?" Vier menyeringai menampakkan senyum sadisnya. "Cepat beranjak atau kuseret kau!" kata Vier cukup membuat Ren merinding.

"Ayo!"

Vier menarik tangan Ren, seperti biasa tarikannya pasti meninggalkan bekas warna merah. Yang bisa dilakukan Ren hanyalah 'pasrah'. Menurutnya menghadapi orang 'aneh' seperti Vier butuh ketabahan ekstra.

"Lain kali jangan keluar malam-malam sendirian, kau ini perempuan." Vier kembali mengoceh. "Tak ada yang tahu aku perempuan selain kau kan?" kata Ren santai. "Tidak sebaik dugaanmu." Ren menatap Vier penuh selidik. "Apa?" Vier merasa Ren menatapnya yang membuatnya tak nyaman. "Apa maksudmu?" Vier menghela nafas. "Bukan apa-apa, cepat tidur aku akan membunuhmu jika kau terlambat." kata Vier lalu berbalik meninggalkan Ren di depan kamarnya.

"Dasar Psychopath atau bipolar disorder aku gak tahu harus panggil dia apa?"

.
.
.
.
.
Kelas Ren 10:20am......

"Setelah ini begini hah selesai..." Ren mainkan bolpennya seraya membaca soal matematika. Ia melirik kursi di seberangnya, kosong. "Vier izin lagi kemana dia?"

Kring.....

Akhirnya bel istirahatpun berdering. "Ren!" seperti biasa Syira datang tepar waktu. "Syira jangan teriak-teriak!" Syira hanya tertawa melihat ekspresi Ren. "Ayo ke kantin!" Syira menarik tangan Ren keluar kelas.

"Pelan-pelan Syira!" Ren terlihat kewalahan mengimbangi langkah Syira, yang mungkin terlalu bersemangat. "Ayolah Ren, lebih cepat sedikit. Kita akan kehabisan waktu istirahat." kata Syira tanpa menghentikan langkahnya.

"Ayo kejar aku Ren!" Syira berlari lebih cepat lagi. "Ah, dasar Syira."

Bruk!

Syira menabrak seseorang hingga terjatuh. "Kau tak apa?" kata orang itu seraya mengulurkan tangannya. "Ah, iya. Aku tak apa." Syira menyambut tangan orang itu lalu berdiri. Berdiri seorang laki-laki dengan surai pirang kecoklatan dengan manik keemasan. "Maaf aku tak melihatmu." kata Syira menahan malu. "Haha, tidak papa kok"

"Apa kau murid baru? aku tak pernah melihatmu," tanya Syira menyelidik. Dia memang paling hafal wajah-wajah siswa Royal High School. "Bukan, aku hanya sedang ada tugas disini," jawan laki-laki itu. "Maknanya kau seorang anggota elit?" laki-laki itu mengagguk. "Yah, bisa dibilang begitu."

"Jadi siapa namamu?" tanya laki-laki itu membuyarkan lamunan Syira. Ia kebiasaan ngelantur jika sedang bicara dengan orang. "Ah, sampai lupa. Namaku Syira Mirenta, kau bisa memanggilku Syira. Dan kau?" tanya Syira balik. "Namaku Eldeaz Stoffen." jawab laki-laki yang namanya adalah Deaz. "Sepertinya aku agak sibuk, sampai jumpa," kata Deaz berpamitan. "I-iya, sampai jumpa," balas Syira seraya melambaikan tangan.

"Syira!"

Ren memegang pundak Syira sehingga membuat Syira terkejut. "Kau mengejutkanku Ren," keluh Syira. Ren tertawa melihat mimik wajah Syira ketika terkejut. "Hey, jangan marah," goda Ren. "Ya ya, ayo ke kantin!" Syira kembali menarik tangan Ren, mungkin untuk jaga-jaga agar tak menabrak orang lagi. 

.
.
.
Kantin Royal High School...

"Sering-sering ya Ren kau temani aku habisin voucer makannya." Syira memulai percakapan setelah menelan suapan pertamanya. Ren tersenyum. "Yah, jika si mata safir itu tak memadatkan jadwalku," dengus Ren seraya menyeruput minumannya. "Sepertinya Vier perhatian sekali padamu, kenapa ya?" Ren menaikkan bahunya. "Aku tak peduli, dia itu menyebalkan." Syira terkekeh mendengar jawaban Ren.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Where stories live. Discover now