I Love You, Yash (2)

47.4K 2.7K 75
                                    

Semakin lama, gadis itu makin memikatku. Entah apa yang Hamika lakukan pada Yash, yang pasti semakin lama aku semakin menginginkannya. Aku suka memandangi caranya berjalan, caranya mengunyah makanan, caranya bertutur.

"Kau tidak mendengarku, Ken," kurasakan tepukan di bahuku.

Aku sedikit tersentak. Alka menyeringai memandangku. Seolah ia sedang memergoki Hamika telanjang di hadapannya. Hmm.... apa Hamika sudah telanjang di hadapan Alka? Huuuft, Hamika mana mau menurut padaku. Ia satu-satunya perempuan yang paling berani kurang ajar padaku. Selain ia kakak kembarku, ia juga sok mengatur meskipun dengan seenaknya ia memberikan hampir semua saham miliknya untuk kukelola sedangkan pekerjaannya hanya traveling dan menggoda Alka.

"Apa kau bilang?" kutautkan kedua alisku, mengalihkan tatapanku dari Yashinta.

"Kau menyukainya," kata Alka lebih menyerupai tuduhan.

"Dasar kurang kerjaan! Kau sudah terkontaminasi oleh Hamika!" sahutku membuang pandang. Kulihat Yashinta sedang membawa setumpuk pakaian ke kamarku.

"Susul sana. Dari pada kau jadi batu," Alka mendorong bahuku pelan. Heh, sejak kapan ia berani padaku? Ckckckck.... virus Hamika benar-benar sudah merasuki Alka!

Aku melotot memandang Alka yang buru-buru berdiri dan menghampiri Hamika yang sedang asyik dengan gadget-nya. Rupanya ia ingin menyelamatkan diri dariku. Hamika tersenyum, meraih tengkuk Alka dan mulai mencium laki-laki pendiam itu dengan penuh gairah.

Aku mendengus kesal. Hamika selalu atraktif menunjukkan cintanya pada Alka. Hmm.... laki-laki yang beruntung. Hamika tidak pernah bisa berpaling pada laki-laki lain. Ia sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada pria dengan pipi berbekas luka memanjang itu. Hamika memang tidak pernah melihat fisik. Ia mencintai Alka apa adanya, seperti Alka mencintai Hamika dengan segala sifat ajaibnya.

Aku berdiri hendak menyingkir dari ruang tengah yang mulai memanas itu.

"Hei kalian! Ke kamar sana!" dengan setengah berteriak aku mengganggu keduanya. Tapi seperti biasa, Hamika tidak akan melepas Alka semudah itu. Ia justru mengeratkan pelukannya dan memamerkan kemesraannya di depanku. Dasar saudara gila!

Aku masuk ke kamarku. Kulihat Yash sedang berusaha meletakkan handuk yang baru saja di cuci ke rak paling tinggi. Tubuh mungilnya membuat ia kesulitan memasukkan handuk itu. Rok pendeknya terangkat menggoda mata dan adik kecilku di bawah sana.

Tanpa bicara kudekati dia. Kuambil handuk itu dari tangannya. Tanpa sengaja, aku menyentuhnya. Ia menunduk sementara aku meletakkan handuk itu pada tempatnya. Sentuhan ringan itu seperti sebuah sengatan listrik berdaya tinggi. Aku makin menginginkannya.

Aku memutar sedikit tubuhku hingga berhadapan dengan Yashinta yang terkurung antara tembok dengan tubuhku. Yashinta menunduk makin dalam. Kuangkat dagunya dengan jemariku hingga ia sekarang mendongak memandangku gugup. Wajah meronanya membuatku harus mati-matian menahan diri untuk tidak menerkam dan memasukinya.

"Kau cantik Yash," gumamku sebelum aku terkejut dengan perkataanku sendiri. Suaraku terdengar aneh di telingaku sendiri. Ada dorongan kuat dari dalam diriku yang memerintahku untuk memeluknya.

"Sa....saya.... eh....maaf tuan... sa-"

"Kau membuatku gila, Yash," potongku. Kurundukkan kepalaku hingga aku bisa merasakan kegugupan di antara hembusan nafas pendek-pendeknya.

Mata indahnya berkilau memukauku. Demi apapun, aku tidak bisa lagi bertahan. Kusentuh bibir ranum merah muda itu perlahan. Kucium dengan dada penuh hampir meledak. Bibirnya manis, memabukkan, serupa candu yang membuatku terus menginginkannya. Kueratkan pelukanku dengan melingkari pinggangnya dengan lenganku. Dapat kurasakan tubuhnya kaku.

I LOVE YOU, YASH! (Repost)Where stories live. Discover now