TM 1

21.1K 600 72
                                    

Brukk.

"Aww shit", umpatku.

"Kalo jalan pake kaki, ngliat pake mata. Dasar abg", umpatnya dan berlalu pergi.

"Ck. Dasar tante-tante labil, disenggol dikit udah marah", gerutuku sambil berjalan kedalam kelas.

Pagi ini sangat menyiksa, mobil dibengkel, zia yg katanya mau jemput eh ternyata sakit, dan tadi udah kena semprot tante-tante, ashh.

Kulempar tasku diatas meja, dan kulihat kedua temanku sibuk dengan ponsel mereka.

"Ntar kerumah zia deh, katanya dia sakit", ucap fera.

"Serah lo sih, kan lo yg bawa mobil", ucapku.

Fera mengangguk setuju dan pelajaran pun dimulai.

Hari ini terasa cepat, buktinya sekarang aku dan kedua trmanku sudah ada dirumah zia.

"Lo beneran sakit zi, tumbenan?", tanya fera.

"Iya, biasanya kan elo yg paling strong?", tambah anna.

"Kalian mau jenguk apa nyinyir, gue beneran tepar tau", sarkastik zia.

Mereka sibuk dengan obrolan itu, dan aku fokus dengan chat sosmedku.

"Serius amet neng, dari siapa tuh", tanya zia.

Kubalas dengan cengiran saja, karna aku harus mengangkat telfon dari karin.

Aku keluar kamar dan berbicara sebentar diruang tamu, setelahnya aku kembali ke kamar zia.

"Gue pinjem mobil lo ya, mobil gue di bengkel. Pinjem ya zia cantik", kuberi dia senyum termanis dari gue.

"Cih, nggk usah pasang muka puppy lo deh, jijik gue, bawa sono tapi awas kalo lecet", ucap zia sambil melempar kunci mobilnya.

Aku menangkap kunci itu dengan baik, kuberitahu fera dan anna untuk tidak menungguku. Akupun pergi dari rumah zia.

Kulajukan mobil zia kearah sekolah karin. Karin memintaku untuk menjemputnya karna pacarnya nggk bisa jemput.

Kenapa aku mau saja menjemputnya? Karna karin cinta pertamaku.

"Sorry lama ya nunggunya? Masuk yuk", ucapku sambil membukakan pintu mobil untukknya.

Dia hanya menggelemg dan duduk manis disampingku. Setelah dia memakai seatbelt akupun mulai melajukan mobil ini.

"Tumben minta aku yg jemput, biasanya supir?", tanyaku memecah keheningan.

"Kangen kamu aja", jawabnya santai dengan terus memandangiku.

Ini salah satu yg membuat angkat bicara duluan, karna dari tadi dia menatapku dan tak memalingkannya sedikitpun.

Bagaimana dengan gampangnya dia bicara seperti itu. Bukankah dia tau kalau dia cinta pertamaku, perasaanku seperti dijungkir balikkan sekarang. Seperti ada yg melilit didalam perutku dan tubuhku menegang dengan cucuran keringat dingin.

"Kamu sakit der?", tanyanya dengan mengusap peluh yg ada didahiku.

Ini semua karna mu, karna tatapan dan sentuhanmu.

"Kamu masih bereaksi seperti ini kalo aku ngomong gitu?", tanyanya lagi.

Aku hanya bisa mengangguk, dan untungnya sekarang kami berdua sudah sampai dirumahnya.

"Turun dulu yuk, ada yg mau aku omongin nih", ajaknya.

Deg. Kenapa perasaanku nggk enak.

Kami berdua jalan memasuki kamar karin yg ada dilantai atas. Dia langsung ganti pakaian didepanku, tanpa ada malu atau risih.

TRUST ME (hiatus)Where stories live. Discover now