01. '500k Won' Girl

153K 14.1K 1.8K
                                    

"Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna."
- Andrea Hirata -



Musim gugur yang sangat mendebarkan di kamar hotel. Aku katakan mendebarkan karena Levin memandangiku habis-habisan from top to toe. Kurasa, ini pertama kalinya jantungku berdegup kencang di depan teman kencanku. Demi lapisan atmosfir Bumi, ia sangat tampan.

Ah, bukan!

Dia tampan, manis, cute dan bahkan cantik di saat bersamaan. I think, he has unique features on his face. He's adorable, absolutely.

God... aku berusaha menenangkan diri melihat wajahnya yang rupawan.

"Aku memang cantik. Terima kasih, tidak usah memuji," ucapku tersenyum melihat reaksinya yang berlebihan.

Senyum manisnya ikut merekah, membuat ketampanannya meningkat dua kali lipat. I swear, he could kill me with that adorable smile!

Ia pun berujar santai, "Aku tidak memuji."

"Iya, silahkan mengelak. Tapi tatapan matamu jelas-jelas mengagumiku. Jadi... aku anggap kau sedang memujiku dengan tatapan itu," ucapku bersikukuh dan berpegang teguh pada sifat narsisitik. Memang kurang ajar aku ini. Tapi itulah tugasku: sok akrab, sok manis, dan sok manja.

Levin kembali tersenyum sembari melingkarkan kedua tangan berototnya di perutku. Ia sukses membuat jantungku semakin berdebar saat wajahnya perlahan mendekat.

"Tidak salah Lay memilihmu jadi asisten pribadiku selama di Seoul," ucapnya nyaris berbisik dengan hembusan napas hangatnya yang menjamah kulitku.

Darahku berdesir.

Asisten pribadi seorang Levin. Terdengar sangat elegan dan berkelas, bukan? Apalagi Levin adalah salah satu ahli waris jaringan bisnis perhotelan dan pariwisata di Tiongkok sana. Bisnis keluarganya menggurita. Tidak hanya di mainland China, tapi juga tersebar di berbagai negara termasuk Korea Selatan ini.

Tapi tunggu!

Aku penasaran, apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata "asisten pribadi"?

Well....

Jika kalian berpikir bahwa tugasku adalah mencatat hasil pertemuan, sebagai juru bicara, atau sejenisnya, kalian salah besar.

Pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya padaku. Aku menatapnya, kagum dengan fitur wajahnya. Bahkan dalam jarak sedekat ini pun, wajahnya justru terlihat semakin memukau. Percayalah, aku harus berjuang keras meredam debaran jantungku yang mendadak mengkhianati ritme alaminya yang normal dan teratur.

"Bola matamu sangat indah. Kau sangat menggoda. Bisakah aku mencicipimu sedikit sebelum meeting?" Ia berbisik sambil mengusap ujung bibirku yang berlipstik merah dengan jarinya yang lembut.

Darahku berdesir lagi. Jantungku semakin berdegup kencang. Senyum pervert-ku perlahan merekah. Tanganku membelai pipinya yang tirus dan membalas perkataannya dengan manja.

"Itu sudah tugasku, Tuan Levin yang tampan."

Aku tidak perlu menjelaskan keahlianku dalam mencium seorang pria. Yang jelas, pemuda ini benar-benar sangat menikmati setiap sentuhan yang aku berikan. Sebaliknya, aku juga sangat menikmati perbuatan nistaku dengan Levin. Biar aku beritahu, kejadian seperti ini jarang terjadi. Pemuda ini hebat juga....

ANOMALYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang