PJM

5.5K 85 12
                                    

Ciuman itu menjalar. Dari mulai kening, pipi, hingga beralih ke bibir. Hanya sebuah kecupan panjang, layaknya ciuman anak kecil.

Satu menit tanpa pergerakan berarti. Aku berkedip sekali, dua kali, sebelum kemudian tersadar.

"yah!"

Jimin tertawa dengan polosnya, menanggapi nada protes yang baru saja kukeluarkan.

Protes? Ya.

Aku merengut sebal kemudian mengalihkan wajahku, disusul pergerakan tubuh telanjangku menjauhinya. Kubiarkan tubuh bagian atasku terpampang begitu saja.

Sedetik kemudian Jimin memekik panik. Beringsut mendekat lalu mengguncang bahuku pelan.

"nunaaa, jangan seperti iniiii, apa salahku?"

"kau tidak tahu apa kesalahanmu? Astaga," aku memijat keningku, melirik dengan sengaja ke arah miliknya yang tak ada perubahan sama sekali semenjak terlihat olehku beberapa jam yang lalu.

"aku sudah menuruti perkataan nuna, melepas bajuku, melepas baju nuna, kemudian mencium nuna, kukira tadi nuna menyukai apa yang kulakukan makanya aku tertawa, tapi ternyata tidak ya? Maaf," Jimin menunduk, memainkan jemarinya di ujung selimut yang menutupi separuh tubuhku. Melihatnya seperti itu aku hanya menghela napas. Seharusnya aku tak berharap banyak.

"dengar" aku mengangkat dagunya, memaksa manik polosnya balik menatapku. Dia tidak menangis, untungnya.

"pertama, aku dua tahun lebih muda darimu, Jimin oppa. Kau salah jika memanggilku nuna. Kedua, aku ini istrimu. Ketiga, aku ingin bertanya. Apa yang dilakukan suami dan istri saat malam pertama, kau tahu?"

"tidak"

Mendengarnya, aku hanya memejamkan mata. Tak lucu jika aku mengamuk hanya karena mendapatkan suami yang selugu bocah. Mengamuk karena tidak disentuh? Heol, itu lebih lucu lagi.

Ini salahku, aku sepenuhnya tertipu. Berulang kali aku mengumpat dalam hati, merutuki perjodohan ini, terutama merutuki kepolosannya yang bersembunyi di balik tubuh berotot miliknya.

Aku menerima karena selain tampan, kukira dia hebat di ranjang. Tapi ternyata?

Apa kabar pengalaman bercintaku yang pertama kalinya?

Sesaat aku merinding. Jangan sampai aku perawan selamanya. Hell no! Aku juga ingin merasakan surga dunia.

"Jiminie oppa" panggilku, dengan nada centil sebisaku sembari mendekat ke arahnya kemudian bergelayut manja, dengan sengaja menempelkan dadaku di dada bidangnya lantas menunggu apa reaksinya.

Jimin mengerjap polos. Kurasakan tubuhnya menegang. Ini pelukan pertama kami, omong-omong.

"ya nuna?" suaranya bergetar. Kemudian aku dengan hebohnya memekik senang saat menyadari sesuatu.

"ya! Seperti itu oppa! Lanjutkan!"

Apa maksudku? Tentu saja bukan karena dia memanggilku nuna.

"ya! Bagus! Terus berdiri oppa!" dengan semangat aku menunjuk-nunjuk miliknya yang mulai terbangun karenaku. Uh lihat? Betapa hebatnya aku? Ternyata aku hanya perlu menempelkan tubuhku untuk membangunkan sisi lain bocah di depanku.

"maksud nuna?"

Aku yakin saat ini ia tengah memasang wajah terbodoh yang ia punya. Aku tak punya waktu untuk sekedar meliriknya.

Beralih, aku mengarahkan ujung jariku ke rahangnya, terus ke bawah, memutari jakunnya, kemudian bergeser kedada, menyusuri kotak-kotak indah di perutnya, kemudian menyeringai kala mendapati miliknya yang terlihat makin mengeras. Besar sekali, sungguh.

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Dec 18, 2016 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

BTS oneshot Yadong Kde žijí příběhy. Začni objevovat