PART 1 - Their Wedding

Start from the beginning
                                    

Aku menyusuri lorong hotel dengan penuh rasa, entah apa yang aku rasakan. Mungkin khawatir atau gugup. Aku juga tidak yakin dengan perasaanku ini. Aku harus bisa mengatasi segala perasaan aneh yang menyelimuti pikiranku sebelum aku bertemu Nadine. Ini harinya dan aku harus bahagia untuknya.

“Hai.” Aku membuka pintu ruang rias Nadine dan terus berusaha tersenyum bahagia. Dan Katie ada di sana. Drees pengiring penganting dengan warna merah maroon sebagai warna dominannya membuat Katie terlihat sangat cantik. Dengan badan yang tinggi jenjang membuat dress tersebut terlihat panjang dan mengembang idah di bagian bawanya. Dia terlihat seperti aktris yang akan datang ke acara Oscar.

“Hai Nes. Gimana menurut lo? Gue cantik gak?” Nadine, dia akan menikah hari ini. Aku tidak bisa menahan air mataku yang tiba-tiba saja jatuh dipipiku. Aku seperti orang yang akan ditinggal kakak perempuannya untuk menikah.

“Ahhhh. Nessa kenapa lo nangis?” Nadine langsung memelukku erat saat melihatku menangis. Dan disusul oleh Lena yang juga ikut memelukku.

“Gapapa. Aduh maaf ya malah gini. Gue seneng hari ini lo nikah.”

“Ahhhh. Gue juga seneng hari ini lo dateng.”

“Gue pasti dateng Nad.” Karena ini sudah tertera dalam perjanjian yang kami buat saat SMA dulu. Tapi aku akan tetap datang meskipun tidak ada perjanjian itu.

Aku berada tepat di sebelah kanan Nadine, Lena di sebelah kiri dan Katie ada di belakang Nadine bersama kekasih Dio. Semakin dekat langkah kami menuju tempat akad nikah membuatku semakin tidak tenang karena aku akan bertemu Dhavi di sana.

Aku tidak bisa memalingkan pandanganku. Aku harus tetap melihat ke depan dan tersenyum manis mendampingi Nadine menuju tempat akad nikah. Wajah Dhavi tidak luput dari pandanganku meskipun aku sudah mecoba untuk menghindarinya. Tidak jauh dari Dhavi, senyuman Adams yang mengembang tampan sudah menyambutku dan itu bisa membuatku melupakan Dhavi sedikit.

Aku dan Adams berdiri berdampingan, begitu juga dengan pasangan pengiring pengantin lainnya. Adams menggengam tanganku erat dan protektif selama acara, seperti dia takut saat aku lepas aku akan langsung lari mengejar laki-laki lain. Kami juga sempat berpandangan sesekali saat semua prosesi sebelum akad nikah sedang dilaksanakan. Aku bisa melihat dari kejauhan saat Dhavi sedang memperhatikanku dan saat itu aku ingat akan kata-kata Dhavi di pernikahan kak Mario ‘nanti kalo Ghani nikah, kamu temenin aku jadi pengiring pengantinnya ya.’ Itu sungguh kata-kata yang menyebalkan. Tapi kini, di pernikahan Ghani dan Nadine aku berpasangan dengan Adams yang kini berstatus suamiku.

Aku benar-benar tidak bisa menahan tangisanku saat dimana Nadine meminta restu orang tuanya untuk menikah. Adams berganti merangkulku dan mengelus lenganku sesekali untuk menenangkanku. Aku berbalik badan menatap Adams saat aku sudah benar-benar tidak bisa menahan perasaanku lagi. Adams menatapku tenang dan tatapannya membantu menenangkan perasaan sedikit.

Dia selalu tau bagaimana caranya menenangkanku. Bahkan dia lebih tau darpada Dhavi.

****

Dhavi POV

 

The Only Love [ON PROGRESS]Where stories live. Discover now