Part 2

81.8K 4.4K 53
                                    

Trey :

Dia terlihat sangat tidak nyaman sejak tiba dirumah ini. Jujur saja, akupun merasakan hal yang sama saat ini. Ternyata begini rasanya bertemu dengan wanita yang pernah kunikahi setelah delapan tahun tak pernah melakukan kontak.

“Ayo tunggu apa lagi?” kataku mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin padanya.

Dia menoleh kearahku ragu.

“Kay, ini rumah orangtuamu sendirikan kenapa mesti takut-takut begitu”

Bibirnya terlipat dibagian sudut-sudutnya “Aku nggak takut” bantahnya.

Masih dengan lagak sombong kayak dulu “Cuma gugup”.

Aku menghela nafas pelan lalu beranjak keluar dari dalam taksi setelah membayar ongkos taksi pada sisopir. “Terserah kamu kalau mau terus-terusan disini” kataku setelah lelah membujuknya untuk turun.

“Iya-iya, aku turun…bantuin bawa tasku” pintanya sambil mendorong tas nya kepadaku. Aku menatap tas itu sekilas, Kemudian buru-buru keluar

“Sebentar,aku panggil si Ujang dulu”

“Ya ampun masa cuma bantu bawa tas saja kamu enggak mau, berat tangan banget sih” omelnya kesal.

Aku tersenyum kecut tapi tak memperdulikan ocehannya lebih lama lagi. Bergegas aku melangkah menaiki tangga rumah, membuka pintu depan dan berseru memanggil pelayan-pelayan rumah.

“Bik Nah…Ujang, bantuin saya dulu dong” Tak lama kedua orang yang kupanggil muncul kehadapanku.

“Loh, Den Mas sudah kembali toh?” tanya bik nah sopan

Aku tersenyum dan mengangguk pelan “Jang sana bantuin angkat tasnya Kay diluar” aku memberi perintah pada putra Mbok Nah yang ikut bekerja dirumah keluarga Sahid sejak lama.

“Kay..mas?” tanya ujang kebingungan sendiri mendengar perintahku barusan “Maksudnya Mbak Kay?”.

Aku mengangguk ”Iya siapa lagi”

Bergegas Ujang berlari tergopoh-gopoh menuju keluar.

“Loh mbak Kay ikut pulang sama Mas, toh?” tanya Mbok Nah keheranan.

“Tadi kebetulan ketemu dibandara” jawabku seraya mengalihkan pandangan kesekeliling penjuru rumah “Oh ya mana Livia?”

“Non Livia, lagi dikamarnya Mas…dia bilang sedang menggambar”

Aku menganggukkan kepalaku paham “Dan Papa?”

“Tuan besar masih dikantor  mas”

Disaat itulah aku melihat Kayna masuk kedalam rumah diikuti oleh Ujang yang membawakan barang-barangnya.

“Non Kay….Masya Allah..” Mbok Nah berseru girang setelah sekian lama tak bertemu dengan putri majikannya itu.

“Mbok…” Kay langsung menghambur kepelukan pelayan senior keluarga Sahid itu sambil tersenyum lebar.

Aku terdiam melihat Ironi itu, perlakuan Kay kepadaku yang suaminya tak akan pernah seperti itu tentu saja.

“Kay, kangen banget sama mbok. Mbok apa kabarnya? Sehat?”

“Alhamdulilah Non. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau pulang sih non. Kalau tau begitu mbok bakalan masak makanan kesukaan non Kay, semur ayam”

“Maaf mbok, soalnya kay sengaja ingin buat kejutan nih”

Mbok Nah tersenyum melihatnya lalu menoleh pada putranya si Ujang yang tak kalah lebar tersenyum melihat kedatangan Kayna yang sejak kecil memang adalah teman mainnya.

“Jang, antar sana tas nya Non Kay kekamarnya” perintah sang ibu pada anaknya itu.

Ujang menatap ibunya lalu berganti menatapku dengan bingung “Kamar yang mana mbok? Kamar lama mbak Kay atau kamar mas Trey? Tanyanya dengan suara kecil.

Mungkin aku satu-satunya yang cepat tersadar dengan apa yang ditanyakan oleh Ujang itu. Aku tertawa kecil untuk mengusir kekakuan diantara semua orang disitu “Kamar dia sendiri lah Jang, malam ini Livia pasti akan tidur denganku kamu tau kan bagaimana cemburunya Livia kalau aku dekat-dekat dengan cewek lain”

Ujang ikut-ikutan tertawa bersamaku, sementara Kayna balik menatapku dengan sengit. Tepat disaat itu terdengar suara langkah berlari dari arah tangga lantai atas rumah keluarga Sahid, aku mendongakkan kepala dan melihat gadis kecilku berlari sambil tersenyum lebar dengan sebuah buku gambar ditangan kirinya.

“Daddddyyyyyy……” suara melengkingnya memenuhi seantero rumah.

“Wow…wooww…wow…Princess mermaid pelan-pelan oke…” seruku panik sendiri melihat semangatnya itu. Bergegas aku menyongsongnya kedepan anak tangga terbawah. Dan ketika dia melompat kepelukanku sambil tertawa riang aku balas tertawa sambil mengangkatnya kepelukanku.

Satu kecupan kecil mendarat diwajah-ku “I miss u Dad” bisiknya pelan.

Aku menatap kearahnya sambil tersenyum lebar “Really…”

Dia mengangguk kecil sambil merangkul leherku dengan kedua lengan mungilnya “Semua guru juga kangen sama Dad..”

“Oh ya?” seruku datar.

“Iyaa…semuanya nanyain daddy kapan pulang, Oh ya! daddy bawa oleh-oleh nggak untuk Via?”

Aku mengangguk pelan “Boneka baru”

“Horeee…”dia berteriak riang, disaat yang sama tatapan matanya tertuju kearah lain, dan semacam protes kecil serta rasa permusuhan mendadak kurasakan pada sorot mata putri kecilku. Jenis pandangan yang sering kali dilontarkannya pada semua wanita yang berusaha mendekati aku. Dengan pelan aku mengikuti arah pandangan-nya, dan kaget setengah mati saat melihat siapa yang menjadi objek perhatiannya.

“Siapa dia Dad?” tanyanya menyelidik

“Ouhh..” mendadak aku kehilangan kata, terlalu bingung untuk menjelaskan hal ini padanya. Kulihat Kay sama gugupnya dengan aku.

“Uhm…itu…”

“Pacar baru Dad?” tebak putri kecilku sekenanya.

“No” sahutku sambil tertawa pelan “Dia itu, hmmm…eh Via kamu masih ingat nggak saat dad cerita ke kamu tentang seseorang bernama Michelle Kayna?”

Dia mengangguk pelan, tanpa mengalihkan tatapan pada kayna.

“Nah dia itu Michelle Kayna” bisikku ditelinganya lembut “Yours Mom” sambungku lagi, dan suasana jadi hening seketika.

 

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang