Empat Puluh Tujuh

4.6K 489 40
                                    







Empat Puluh Tujuh


"Lo gila, ya?! Dia begitu karena dia sayang sama lo, Jim!!!"

Jimin menghela nafas, lebih ke bersyukur karena udah inisiatif ngejauhin ponselnya dari telinga atas intuisinya yang bilang kalo Jungkook akan teriak.

"Tapi kalo gini terus, waktu Kak Yoongi akan kesita buat gua semua, Kook." Ujar Jimin pelan. "Gua nggak mau jadi bebannya."

Terdengar balasan helaan nafas dari seberang. "Mau denger sesuatu?"

"Apa itu?"

"Kak Yoongi sayang sama lo."

"..."

"Mungkin udah sampe tahap cinta kalo lo sadar betapa dia pengen ngabisin waktunya bareng lo.

Lo bukan dan nggak akan pernah jadi beban dia karena dia sayang sama lo. Lo juga bukan orang yang manja dan penuntut, bikin dia makin nyaman sama lo.

Gua ngerti gimana perasaan lo karena ini pertama kalinya lo pacaran. Tapi nggak usah terlalu khawatir. Dibawa santai aja, Jim.

Lo juga nggak pernah minta apa-apa ke Kak Yoongi, kan? Selama ini selalu dia yang mau, kan? Ya udah biarin aja. Dia pasti tau batesannya sendiri. Dia nggak akan melakukan sesuatu kalo dia nggak sanggup.

Jadi kalo lo mau minta putus, tolong pikirin bener-bener, Jim. Bukannya lega, justru dia akan stress karena nganggep dia nggak bisa jaga lo dengan baik.

Gua memang nggak deket sama Kak Yoongi, tapi gua nggak bisa ngeliat kalian buta karena sama-sama baru pertama kali pacaran.

Gua tau lo bisa mutusin yang terbaik."

Pip

Sambungan diputus sepihak.

Kali ini Jimin sama sekali nggak kepikiran untuk mencaci maki Jungkook. Dia justru mikirin baik-baik ceramah panjang sahabatnya barusan.

Lalu dia denger suara bel rumahnya bunyi.

Setengah berlari Jimin keluar dari rumahnya, bukain gerbang untuk orang yang tanpa ditebak lagi udah pasti pacarnya. Min Yoongi.

Ya, Yoongi masih mencet bel kalo dateng ke rumah Jimin. Nggak main nyelonong kayak Taehyung ke rumah Jungkook terus tau-tau nutup mata uke-nya dan diseret ke kamar.

Yoongi pengen Jimin nganggep dia sebagai pacar yang baik dan sopan.

Uhuy.

Dengan langkah pelan Jimin mendekat ke arah Yoongi lalu nyenderin kepalanya di bahu dominannya yang cuma beda 0,2 senti tingginya sama dia.

"Kak Yoongi,"

Yoongi mengusap kepala Jimin lembut. "Ya, sayang?"

"... Kalo aku minta putus... Gimana?"

Gerakan tangan Yoongi terhenti. "... Kenapa?"

"Aku nggak mau jadi beban kakak," Ucap Jimin pelan. Tangannya melingkari punggung Yoongi, memeluknya erat.

Yoongi terkekeh, "Kalo kamu minta putus karena khawatir sama kakak, berarti kamu bodoh." Ia menyentil pelan dahi Jimin. "Kakak nggak akan pernah ngelepasin kamu kecuali kamu udah nggak sayang lagi sama kakak, bukan karena khawatir ngerepotin kakak. Jadi jangan ngomong gitu lagi, ya?"

Jimin bukan uke yang cengeng.

Bahkan saat tangannya ditusuk berkali-kali saat di-opname karena pembuluh darahnya nggak ketemu, dia tetep senyum ke ibunya meski rasanya sakit banget.

Tapi untuk kali ini, Jimin nggak bisa nahan air matanya keluar.

Biarlah Yoongi nganggep dia cengeng. Toh, pacar sendiri.

"Jimin sayang kakak," Tutur Jimin tulus. "Maaf, Jimin nggak akan ngomong gitu lagi."

Senyum gula Yoongi mengembang, "Kakak juga sayang Jimin."

Mereka pun berpelukan tanpa sadar kalo ada dua orang lainnya yang diri nggak jauh dari rumah Jimin dengan plastik cemilan di kedua tangan.





"Mereka manis banget ya, kak."

"Manis, sih. Tapi kakak pegel. Kapan mereka selesai pelukan? Kalo kita samperin sekarang nanti kakak didamprat sama Bang Yoon."

"Sirik aja si kakak."

"Minta dihukum, dek?"

"Hehe,"

-SsS-





YoonMin Chat and Real LifeWhere stories live. Discover now