Agni tersenyum senang, ia berhasil lagi menjalankan tugasnya. Ia menyimpan ponselnya ke dalam tas lalu melirik ke arah Cakka yang sedang sibuk dengan gadget-nya. Bagus deh, lebih baik sibuk daripada ngoceh. Agni tersenyum masam. Sebenarnya ia kesal juga, pasalnya tak pernah ada satupun pria yang berani cuek padanya, mereka akan dengan senantiasa meninggalkan pekerjaannya demi Agni, kecuali... Agni menghela nafas. Oke! Lupakan. Yang ada di depan loe Cakka oke? Bukan orang lain, dia sama Cakka beda. Dan itu jelas sekali. Agni menghela nafas sekali lagi lalu menengok ke arah Cakka yang ternyata sedang menatapnya.

“Kamu kenapa? Hm?.” Cakka menyimpan gadget-nya lalu menyilangkan tangannya itu di depan dada dengan posisi miring menghadap ke arah Agni. Agni tersenyum masam lalu menatap lurus ke arah depan.

“Pak Restoran Semarang.”

“Baik Non.”

Cakka menghela nafas. Lagi-lagi ia di acuhkan. Ia tersenyum kemudian menghadap Agni dengan sempurna. “Kalo gitu setelah urusan kamu selesai kamu ke kantor aku, tepat di seberang Restoran itu.”

Agni tersenyum tipis ia menghadap Cakka yang menatapnya begitu dekat. Hingga kini hidungnya saja hampir saja bersentuhan. Ia menangkupkan tangan kanannya di pipi Cakka, mengelusnya pelan. “Oke. Sayang...”

Cakka tersenyum, saat ia memiringkan tubuhnya hendak mengecup, ternyata Agni mundur kemudian keluar dari mobil itu yang ternyata telah berhenti didepan Restoran yang ia tuju. “Bye... semoga kamu sibuk ya.” Agni melambaikan tangan pada Cakka, setelah menutup pintu mobil itu. Cakka tersenyum dan membalas lambaian tangan Agni. Sementara tanpa sepengetahuan Cakka, setelah mobil yang dikendarainya berlalu Agni memutar bola matanya kesal dan tersenyum masam. Ia menghela nafas kemudian berjalan dengan tegap memasuki Restoran itu.

***

Cakka beberapa kali memeriksa laporannya yang begitu menumpuk dengan sesekali ia melirik ke arah restoran seberang yang terlihat begitu ramai. Adapula beberapa orang yang membawa kamera yang ia perkirakan dari infotaimen. Cakka menghela nafas, ia heran sendiri mengenai pekerjaan Agni, sebenarnya apa dan bagaimana pekerjaan itu? Agni sama sekali tak menceritakan apapun padanya.

“Pak ini laporan terakhir.”

“Eh Syad tunggu.”

Sekertarisnya yang bernama Irsyad berbalik kembali saat mendengar panggilan dari atasannya tersebut. “Iya Pak, ada yang bisa saya bantu lagi?.”

“Di Resto depan ada acara apa?”

“Oh itu. Meet And Great Smith Familly Pak.”

Cakka kembali melirik kearah restoran itu. Agni tampil rapih cuma mau menghadiri meet and great? Cakka tanpa sadar menggelengkan kepalanya. Ia menghela nafas.

“Saya mau tiketnya sekarang juga.”

“Tiketnya sudah sold out Pak. Kebetulan tadi saya juga mau memebikan untuk adik saya tapi ternyata sudah habis.”

“Yasudah. Kamu boleh kembali.”

“Baik Pak. Permisi.”

Cakka menghela nafas lagi. Tanpa ingin memikirkannya lagi, ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Ia belum bisa berpikir jernih jika pekerjaannya masih numpuk seperti itu. Hingga hampir lebih dari dua jam akhirnya ia dapat merampungkan pekerjaannya, ia memang tidak perlu sulit memeriksa pekerjaannya karena orang kepercayaannya -Irsyad- selalu memeriksanya terlebih dahulu dan merapihkannya jika masih ada yang salah. Ponselnya bergetar tanda sebuah pesan masuk.

Gabriel.

Aktifin Skype, NOW!!!

Cakka langsung menyambar laptopnya. Tak lama ternyata ia telah tersambung dengan sahabat-sahabatnya yang juga terlihat masih di kantor masing-masing.

Prince's Tale Series 1: She is My Cinderellaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن