#4 Kehidupan

4.5K 212 3
                                    

Agni menuruni tangga dengan santai, pakaiannya juga terlihat lebih resmi dari biasanya. Menandakan ia akan ada pekerjaan di luar rumah. Agni berjalan ke arah meja makan dimana disana telah berkumpul seluruh anggota keluarga yang berada di rumah itu.

“Morning Mom, Dad, Shill.”

Setelah menyapa mereka satu persatu Agni langsung duduk di kursi biasanya lalu mengambil roti untuk ia makan, setelah itu ia menghabiskan susu yang memang selalu tersedia setiap paginya.

“Kamu belum cerita sama Mom tentang semalam lho sayang... Kamu gak lupakan? Mom gak mau melewatkan cerita kamu yang satu itu.”

Agni menghentikan kunyahannya, ia menghela nafas sambil menyimpan roti yang hampir habis itu. Agni mengangkat bahu acuh tapi beberapa detik kemudian ia mengangkat tangan kanannya, bermaksud memperlihatkan cincin yang sekarang ia kenakan itu.

Orangtua Agni tersenyum lega, sementara Shilla menatap Agni dengan mata yang memicing meminta penjelasan. Ia heran kenapa Agni bisa menerima lelaki itu begitu saja. Padahal ia tau betul Agni, dan tentu tau bagaimana hati Agni sekarang. Shilla hanya dapat menghela nafas. Apapun yang loe rencanakan semoga loe tetap di lindungi Tuhan...

“Eh iya, loe mau kemana Shil? Rapih banget tumben.”

“Lumayan kemaren ada respon dari perusahaan yang gue simpen surat lamaran gue itu. Hari ini gue wawancara.”

Agni menautkan alisnya. “Obsesi banget loe mau kerja, emangnya Mom sama Dad gak ngasih uang?.” Agni melirik orangtuanya dengan sebal. Bukannya apa-apa, ia hanya tidak tega melihat Sahabatnya ini bekerja padahal belum sehat betul.

Shilla tersenyum ia melirik orangtua Agni lalu menatap Agni. “Ini kemauan gue sendiri, gue juga pengen kenal dunia kayak loe.”

“Yaudah loe kerja sama gue aja. Gak usah nyari. Gampangkan?.”

“Gak ah takut di gosipin.” Shilla terkekeh. “Udahlah gue gapapa lagi. Yakan Mom Dad?.”

Orangtua Agni hanya tersenyum menanggapinya, sebenarnya mereka juga belum tega melihat Shilla keluar rumah. Keluar dari rumah sakit aja modal nekad karena memang belum di rekomendasikan oleh Dokter yang merawatnya. Apalagi untuk kerja? Tapi mau bagaimana lagi? Anak itu memang tetap pada pendiriannya ingin bekerja.

Agni menghela nafas kemudian berdecak. “Yaudah loe pake mobil gue aja. Hari ini gue di jemput.” Agni berkata dengan begitu acuhnya tanpa menyadari ekspresi dari orangtuanya dan Shilla.

“Agni...” Pervita menata Agni meminta kepastian. “Kamu dijemput Cakka?.” Pervita tersenyum begitu lebar melihat anggukan dari puterinya itu.

“Yaudah ya Mom, Agni berangkat dulu. Bye Mom, Dad.” Agni mengecup bergantian orangtuanya kemudian melambaikan tangan pada Shilla. “Bye Shill.” Setelah berpamitan Agni beranjak untuk menemui sang ‘tunangan’ yang telah menunggu didepan istananya itu dengan membawa keretakuda (dibaca. Mobil).

Cakka tersenyum simpul dengan penuh wibawa di depan Agni. Sementara Agni tak mengindahkannya sama sekali, ia langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya memang sudah sedari tadi di bukakan. Cakka segera menyusul ke dalam karena kebetulan jika ia kekantor akan menggunakan jasa sopirnya.

“Kamu mau kemana?.”

Agni menginstruksikan pada Cakka agar diam karena ia telah menempelkan ponselnya ketelinga, pertanda ia akan memulai berkomunikasi dengan seseorang. Cakka hanya bisa menghela nafas, tak heran jika Agni banyak diputusin gara-gara cuek. Cakka yang diabaikan lebih memilih mengambil gadget-nya. Ia juga memiliki perkerjaan yang banyak terbengkalai selama sebulan terakhir ini.

Prince's Tale Series 1: She is My CinderellaWhere stories live. Discover now