Don't Go

50 9 7
                                    

Hwa Young POV

Ah Reum membawaku ke sebuah gedung bercat putih dan beratap biru muda yang disebutnya sebagai tempat kerja. Aku melangkah menaiki tangga dan melihat tag bertuliskan ‘open’ menggantung dibalik pintu kaca. Ah Reum memencet sebuah tombol merah dan bel berbunyi.

TING TONG Selamat datang dan selamat menikmati hari anda…

Mataku membulat mendengar bunyi bel itu yang seolah memintaku beristirahat dari semua tekananku hari ini. Bel itu seolah tahu niat sintingku untuk bunuh diri dengan konyol hari ini. Bukankah begitu? Dia menyuruhku menikmati hariku, yang benar saja.

Ah Reum menyikut lenganku yang langsung membuyarkanku dari lamunan. Dia menghela nafas sambil menatapku yang masih bingung ini.

“Lepas sepatumu, taruh di rak, dan gantilah dengan ini,”katanya sambil menenteng sebuah sandal khusus rumah kehadapanku. Aku mengangguk dan segera memakaikan sandal itu ke kakiku. Ah Reum membawaku ke meja resepsionis, sedangkan aku masih celingukan mengamati keadaan sekitar.

“Ah Reum-ah kau sudah kembali!”sambut seorang wanita berkemeja putih dan rambut dikucir kuda sebahu.

“Dimana di―”

Ucapan wanita itu menggantung ketika Ah Reum membungkam mulutnya sambil menggelengkan kepala. Ah, rupanya urusan ini privasi sekali. Aku sama sekali tidak ingin tahu urusan kalian, percayalah. Aku mengamati ruangan ini. Modelnya seperti rumah-rumah di Jepang, namun bangunan ini lebih terlihat seperti penginapan klasik.

Tiba-tiba, seorang lelaki berambut coklat dan mengenakan gaun berwarna pink berlari kearahku. Dia lebih mirip seperti banci. Sambil mengayun-ngayunkan tongkat mainannya, ia berteriak tak karuan.

Ah Reum memegangi bahunya dan menatapnya dalam,
“Tae Rinku ada apa?”tanya Ah Reum halus
“Lipstickku habis unnie!”jawab banci bernama Tae Rin itu sambil masih menangis meraung-raung
“Tae Rinku sudah cantik meskipun tanpa lipstick. Oh lihatlah bibirmu sudah semerah buah peach!”ujar Ah Reum sambil menunjuk bibir Tae Rin. Aku bergidik melihatnya.
Jeongmal unnie?” Tae Rin memasang muka polos pada Ah Reum (benarkah)
Geurae!”jawab Ah Reum bersemangat.(tentu saja)
Banci bernama Tae Rin itu kemudian berlari meninggalkanku, Ah Reum, dan si resepsionis penuh dengan keheranan. Ah Reum menghela nafas panjang kemudian melirikku yang masih bergidik karena kemunculan tiba-tiba dari banci mengerikan itu.

Aku mulai bertanya-tanya, sebenarnya ini tempat apa? Mengapa Ah Reum tak pernah mengajakku kesini?
Kaja, kau bisa bertambah sinting disini.”kata Ah Reum sambil menarik tanganku. Aku mengikutinya sambil berharap-harap cemas takkan menemui orang aneh seperti banci Tae Rin itu.

Ah Reum mengajakku ke lantai dua gedung ini. Nampaknya bangunan ini lebih luas dari yang kubayangkan. Ah Reum mebuka pintu bertuliskan,

ONLY STAFF ALLOWED.

Ah Reum menarik sebuah kursi didepan sebuah meja dan mempersilahkanku duduk sembari dia menghidangkan teh untukku. Setelah menyiapkan teh, dia duduk dihadapanku. Aku hanya memandangi teh hangat itu, masih shock dengan banci yang barusan. Tunggu, kenapa aku jadi memikirkan si banci itu?

“Yaa! Kau sudah gila, ya? Aku sangat terkejut melihatmu tergeletak di jalan raya mencoba bunuh diri seperti itu, huh! Dasar orang gila!”bentak Ah Reum marah. Aku mengerti perasaannya yang khawatir seperti itu. Dia sahabatku sejak SMP, bagaimana bisa dia tenang-tenang saja melihat keadaanku yang seperti ini. Aku tertunduk,

Mian, aku hanya putus asa”jawabku sekenanya (maaf)
“Aku mengerti tapi―”
Geundae, Ah Reum-ah…”(tapi)

Ah Reum POV

House of CardsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt