Thank You

41 2 3
                                    

Hwa Young POV

Kajima

Kata-kata yang meluncur dari mulutnya membuatku membeku. Apa itu artinya dia benar-benar melarangku pergi? Aku mematung melihatnya dibawa dengan tandu oleh Ah Reum dan beberapa tim medis. Sebuah tapak kaki tiba-tiba mendekatiku. Aku menoleh pada sumber suara dan kudapati seorang wanita berjas putih, berkemeja ungu dengan kacamata yang bertumpu di batang hidungnya, dan rambutnya dikepang kebelakang.

Dia bersendekap sambil tersenyum menatapku.
“Ah, uri kookie telah menemukan pujaan hatinya,”celetuknya tiba-tiba
Aku mengernyit mendengar perkataannya. Kookie? Nama pria yang berlumuran darah itu?
Jjeogi, nugusseyo?” (permisi, kau siapa?) tanyaku
Wanita itu menyodorkan tangannya mengajakku bersalaman,”Dr. Jung Yerin, kau?”

Aku membalas tangannya,”Min Hwa Young imnida
Nam Joon-nim dengan panik menuruni tangga. Dengan nafas tersengal-sengal, ia menatap Dr. Jung dan langsung berpaling kepadaku. Nam Joon-nim memegangi bahuku dengan kasar. Aku terbelalak dengan reaksinya.

Bangeum, dia mengatakan jangan pergi, bukan?”(Tadi, barusan)tanya Nam Joon-nim sambil melotot memandangiku. Aku hanya mengangguk kecil mengiyakan perkataannya. Nam Joon-nim langsung menggenggam tanganku dan menyeretku ke tempat pria aneh itu diobati.

Rumah Konsultasi Jiwa ini ternyata lebih luas dari yang kubayangkan. Ternyata mereka memiliki Rumah Sakit sendiri untuk mengurus pasiennya yang terluka. Nam Joon-nim terus membimbingku, kali ini genggaman tangannya tak sesakit tadi. Dr Jung mengawasiku dan Nam Joon-nim dari belakang sambil berjalan santai mengikuti kami. Kami melewati sebuah taman yang disana terdapat ayunan dan sebuah air mancur.

Kali ini aku melihat seorang gadis berambut panjang yang mengenakan dress one-piece putih dengan sebuah pita biru, merenung didepan air mancur. Kupikir ia akan menoleh karena langkah kaki kami yang terdengar keras, namun ia mengabaikannya dan terus berdiri didepan air mancur. Rambut panjangnya yang hitam sehitam eboni itu dihembuskan oleh angin menampakkan sebuah wajah dengan goresan luka yang memilukan.

Langkahku terhenti, begitu juga dengan Nam Joon-nim.
Nam Joon-nim menatapku, kemudian berganti menatap si gadis. Nam Joon-nim hampir saja menyeret kembali tanganku, namun dengan sigap kuhentikkan langkahnya.

“Jangan khawatir,”kata Dr.Jung sambil tersenyum.
“Kau lupa kalau tempat ini juga Rumah Sakit Jiwa? Dia adalah salah satu pasien kami yang gangguan jiwa,”
“Biarkan saja dia,”lanjut Dr. Jung.

Nam Joon-nim kembali menuntunku, mengabaikan si gadis. Entah perasaanku saja atau memang benar, si gadis yang sedari tadi terpaku pada air mancur didepannya melirikku yang tengah pergi. Kini, aku mulai bertanya-tanya. Dia pasien gangguan jiwa, atau makhluk halus penasaran? Kusingkirkan pikiran-pikiran aneh bitu dan terus melanjutkan perjalananku.

Kami bertiga sampai didepan sebuah ruangan―menurutku seperti UKS di sekolah―dan tiba-tiba seseorang yang berpakaian seperti perawat, lengkap dengan masker dan sarung tangan operasinya membuka pintu. Ia melepas maskernya dan tersenyum pada kami bertiga.

Ah, tampan juga orang ini, batinku. Aku membungkuk memberi salam.
“Lukanya cukup parah, sepertinya dia kembali membenturkan kepalanya ke tiang listrik lagi dan sengaja berkelahi dengan orang-orang,”jelasnya
Nam Joon-nim menghela nafas, kemudian menatap mataku dalam.
“Kau dengar, karena itu kami membutuhkan gadis sepertimu,”katanya pelan.
Aku susah payah menelan ludahku kala menatap mata Nam Joon-nim yang begitu yakin aku bisa mengurangi kegilaan pria brutal itu.Aku menundukkan kepala, berusaha menghindari tatapan Nam Joon-nim.

“Kalian sudah boleh masuk. Dia masih tertidur”jelas si perawat tampan yang kemudian berlalu meninggalkan kami bertiga.

Aku dengan inisiatifku sendiri memasuki ruangan itu dan menemukan pria brutal berjaket hitam itu tertidur di salah satu ranjang. Kepalanya masih terbalut kain kasa putih untuk meredakan pendarahannya. Aku memandanginya dengan teliti. Wajahnya teduh ketika tertidur seperti ini.

House of CardsΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα