"Stt,, jangan menangis, naruto.." sasuke membelai surai pirang dalam dekapannya. Naruto mencengkram kuat seragam di bagian dada sang raven. Naruto mendongak menatap suaminya itu. "Katakan padaku sasuke,,, dimana menma? DIMANA ANAKKU, SASUKE?" tangisnya pecah setelah berteriak. Dengan hati yang makin terluka, sasuke kembali memeluk naruto. Membenamkan wajah naruto di dadanya. Naruto balas memeluk sang uchiha dengan erat tangannya kembali mercengkram kuat seragam sasuke, kini di bagian punggung sang uchiha.
Naruto masih terisak, mengetahui putra satu - satunya tak lagi ada di sampingnya. Ya,,, putranya dengan sasuke yang baru berusia dua tahun tiba - tiba saja hilang saat dia meninggalkan sang anak di teras taman belakang rumahnya. Padahal naruto hanya 5 menit meninggalkan buah hatinya itu. Lagi pula pintu gesernya pun terbuka lebar. Dan hilangnya sang buah hati membuatnya amat sangat terguncang.
Naruto tersenyum bahagia ketika menatap seorang bayi mungil di gendongannya. Seorang bayi berjenis kelamin laki - laki berambut raven yang sama persis dengan suaminya itu begitu menggemaskan bagi naruto. "Dia manis sepertimu dobe" sasuke berdiri di samping naruto yang kini bersandar di kepala ranjang rumah sakit tempatnya melahirkan sang buah hati. Dia membelai pipi putra pertamanya dengan penuh kasih sayang. "Tapi matanya tajam. Mirip dirimu teme" jawab naruto terkekeh. "Darimana kau tahu itu? Memangnya bayi bisa menatap tajam?" sasuke berkata heran. "Tentu saja aku tahu. Aku kan yang melahirkannya, suke" jawab naruto yakin. "Bilang saja kau ibunya dobe. Tak usah berbelit begitu" seringai sang uchiha membuat naruto mengembungkan pipinya kesal. Sasuke terkekeh geli. "Jadi, mau beri nama siapa?" tanya sasuke. "Harusnya kau yang memberi nama, sasuke. Kau kan ayahnya" balas naruto. "Bagaimana kalau menma?" naruto nampak berpikir mendengar nama yang disebutkan oleh sasuke. "Menma... Uchiha menma. Bagus juga. Aku suka!" serunya riang. Sasuke tersenyum dia mengecup kening naruto lalu beralih pada kening sang bayi. "Selamat datang di keluarga kecil kita, menma-chan" senyuman tak pernah pudar dari sepasang orang tua ini.
Sekelebat bayangan muncul begitu saja di kepalanya. Tentang seseorang yang kini tak di ketahui keberadaannya. Menma. Putra semata sayangnya yang kini telah hilang...
Sebuah tekad kuat terbentuk dalam dirinya. Sebuah tekad untuk menemukan kembali putranya yang menghilang. Dan keputusan pun telah dia ambil. "Sasuke,,,, aku akan kembali ke kepolisian" gumam naruto yang masih dapat di dengar oleh ketiga pria dalam ruangan itu.
Sasuke melepaskan pelukannya pada naruto. Dia menatap pemuda pirang itu lekat. "Apa kau yakin?" tanya sasuke ragu. "Ya,,, aku yakin, suke. Aku ingin kembali ke kepolisian dan mencari tahu keberadaan anakku.." naruto balas menatap sang suami. "Kalau itu, aku juga bisa melakukannya, naruto. Kau sudah tiga tahun berhenti dari kepolisian. Tolong pikirkan lagi keputusanmu itu. Aku tidak mau kau terluka lagi seperti dulu." lirih sasuke pada anak dari atasan sekaligus mertuanya itu.
"Tidak bisa sasuke, aku tidak bisa berdiam diri saja seperti ini. Keputusanku sudah bulat. Aku ingin kembali ke kepolisian. Apapun yang terjadi aku harus menemukan anak kita." tekad sang pemuda pirang itu. Sasuke menghela napas. "Baiklah jika itu maumu. Besok kita akan bicara pada minato-tousan." kata sasuke akhirnya. Naruto kembali memeluk sasuke erat.
'Tunggulah sayang... Kaasan dan tousan pasti akan segera menemukanmu dan kembali memelukmu...' batin naruto kembali menguatkan hatinya untuk tetap bertahan demi menemukan kembali sang buah hati.
Sebuah tekad kuat yang akan membawanya beserta sang suami pada badai berikutnya...
Tbc
.
.
Yosh! Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk mempublish fanfic yang terus bergentayangan dalam kepalaku sejak tiga minggu lalu ini. Semoga reader-san suka. Dan moga - moga sedihnya ke rasa ya... Duh! Aku gak jago bikin cerita sedih sih...
Ya udah, gitu aja.. Sampe ketemu di chap selanjutnya~ #dadah2
YOU ARE READING
Missing Child
FanfictionRasa bahagia saat sang buah hati hadir dalam keluarga kecil mereka.. "Dia manis, mirip dirimu, dobe" senyuman tak bisa ia sembunyikan lagi. "Tapi matanya tajam sepertimu teme" Air mata tak dapat lagi terbendung tatkala mengetahui sang buah hati tak...
prolog.
Start from the beginning
