Drap...Drap...Drap...
hosh hosh....
"Kejar semua penyihir itu.. jangan sampai ada yang tertinggal!" Suara teriakan terdengar di mana-mana.
Aku mengerjap-ngerjap menatap ibuku bernafas dengan berat sambil berlari. Aku tidak tau ini dimana, yang kulihat hanya ibuku, pohon-pohon di sekeliling kami, cahaya merah menyala di langit dan asap mengepul di udara.
Waktu itu aku terlalu muda untuk mengerti situasi tersebut. Ayah berlari dibelakang ibu mengeluarkan sihir-sihir mautnya untuk melindungi kami. Sesekali ibu tersandung akar-akar pepohonan tapi ibu tetap berlari walaupun tubuhnya penuh luka. Ibu memelukku dengan sangat erat.
Tak berapa lama kemudian terlihat pasukan berkuda dengan manusia berbaju zirah diatasnya mengejar kami. Ayah berusaha menghalau mereka. Ibu tetap berlari sampai ibu menemukan gua kecil yang cukup dalam. Ia membawaku masuk hingga tak terlihat apa-apa. Terlalu gelap. Suasana di dalam gua sangat lembab dan dingin.
Ibu menangis sambil memelukku, menangis dalam diam. melihat ibu yang menangis, tangisan ikut pecah dari dalam diriku.
"Sttt..... Venus, jangan berisik nanti mereka mendengarmu." ujar Ibu menenangkanku dengan air mata di pelupuk matanya. Ibu kemudian menaruhku dilantai gua yang lembab berselimutkan kain merah kirmizi.
"Venus, jaga dirimu baik-baik ya..." Ibu lalu menciumku dengan lembut dan berlari keluar tanpa pernah kembali lagi...
YOU ARE READING
Redemption in the Inheritance (Penebusan dalam warisan)
FantasyAku dibenci, dijauhi, dianggap tidak ada, karena aku berbeda dengan mereka, tubuhku menguarkan bau kematian yang peka menusuk hidung. Aku adalah seorang penyihir, sihir kegelapan, sihir yang telah dihapuskan beberapa tahun sebelumnya. Namaku Venus
