10. Rey?

57 7 3
                                    

Your battery is low

"Huh kirain apaan ternyata baterai gue low."

"Kenapa sih lo mukanya kesel gitu?" tanya Jessy yang masih mengunyah makanannya.

"Hp gue low, eh lo bawa charger gak?"

"Ah elah kirain apaan, gue sih gak bawa." jawab Jessy cengengesan memperlihatkan giginya.

"Eh Liv, lo tau gak sih?"

"Enggak,"

"Yee si tai gue belum selesai ngomong!"

"Iya iya bacot lu cepet ngomong!"

"Lo deket sama cogan mipa 5, ya kan?"

"Hah? Apaan?"

"Namanya siapa sih? Duh gue lupa."

"Hah? Gue gak ngerti maksud lo."

"Yeee jangan sok polos ya lo! Lo tau kan maksud gue!"

"Lo ngomong apa sih, Jes? Makin lama makin absurd deh lo!"

"Ihhh gemes ya gue sama lo, tunggu gue inget namanya Axel, kan?"

Deg

"Hah? Axel? Kenapa emang?"

"Aduh ya otak lo kenapa lola banget sih, kan gue tanya lo lagi deket ya sama dia?"

"Tau darimana lo?"

"Ya gue sih nebak doang, berarti bener kan ya?"

"Bisa iya, bisa enggak." jawabku ragu.

"Mmm maksud gue, lo kenal dia?"

"Lo beruntung banget deket sama cogan."

"Ya, gue gak kenal sih. Kenapa?" jawabnya di sertai kekehan kecil.

"Hah?"

"Gak papa sih, tanya doang."

"Sumpah ya gue gemes sama lo! Hah heh mulu dari tadi! Udah ah gue balik duluan ke kelas! BYE!"

Seakan tidak sadar dengan gadis berambut sebahu yang meninggalkannya beberapa detik yang lalu, Oliv dengan polosnya masih memikirkan banyak hal. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

Kenapa Jessy bisa tau?

Kenapa tiba-tiba teman barunya itu menyakan hal itu?

Dan masih banyak lagi, hingga pertanyaan negatif pun muncul.

Apa iya Jessy suka sama...

Ia menggelengkan kepalanya disertai gumaman yang hampir tidak terdengar seperti angin.

Gak mungkin.

Oliv merasakan hal yang aneh setelah otaknya selesai berpikir, "Loh kok Jessy gak ada? Fix! Gue ditinggal! Emang dasar temen kurang ajar ya!"

Dengan sangat kesal, ia menghentakkan kakinya ke tanah dengan keras hingga akhirnya memutuskan kembali ke kelas dengan langkah yang besar.

Setelah ia melihat tulisan "X-mipa 2" di atas pintu ruangan tersebut, ia segera membukanya. Ia berjalan gontai menuju kursinya, tidak sengaja tatapannya bertemu dengan Jessy. Ia menatapnya datar, kemudian memutuskan untuk memalingkan wajahnya. Ia sangat kesal. Alhasil, mood nya turun seketika.

                      ***

Saat ini Oliv hanya mencoret-coret bukunya dengan goresan yang sangat berantakan. Ia tidak bisa fokus pada 2 jam pelajaran terakhir, yaitu pelajaran seni. Pak Arif beberapa menit yang lalu telah memberikan tugas menggambar. Oliv melihat keadaan kelas yang sangat hening. Ia melihat teman-temannya sedang serius menggoreskan garis-garis tipis yang berasal dari alat tulis berbentuk panjang itu. Tak heran, mereka juga mendecak kesal. Sekali-sekali mereka menghapusnya. Setelah puas melihat teman-temannya, ia kembali melihat bukunya yang tidak menggambar apapun, melainkan penuh dengan coretan yang sangat memalukan. Bukannya Oliv tidak bisa menggambar. Ralat, lebih tepatnya ia tidak terlalu bisa menggambar. Selain alasan itu, moodnya sedang tidak dalam keadaan baik. Pikirnya lebih baik tidak usah dikerjakan, karena jika ia memaksa mengerjakan tugas itu maka hasil akhirnya akan sangat buruk.

Love, Hurt, and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang