Akhir

1.4K 221 41
                                    

Ryuji duduk tepat disamping Yuki yang telah berganti baju, tangannya memeluk erat gadis yang terlihat sangat rapuh. Mencoba memberi kehangatan dan ketenangan untuk gadis yang sangat dia sayangi itu.

"Aku akan mengambil obatmu, apa kamu mau ikut?" tanya Ryuji pada gadis itu serasa melonggarkan pelukannya. Setelah Yuki bercerita dan mengatakan yang sebenarnya, maka tak ada lagi yang perlu Ryuji tutupi dari gadis itu.

Yuki yang tak dapat melihat, hanya menggelengkan kepala pelan. Rasanya tubuhnya kini lemah dan sakit di setiap persendian, ini semua karna kondisinya yang sedang drop dan ditambah terguyur hujan lebat sore tadi.

"Sampaikan saja pada bunda bahwa besok kita akan berangkat, sampaikan pula maaf Yuki pada bunda," ucap Yuki lirih yang dibarengi dengan linangan air mata.

"Apa tidak sebaiknya kamu bertemu dan berpamitan dengan bunda langsung? biar bagaimanapun, bunda sudah seperti orang tua kita sendiri Ki, nggak baik kalau hanya seperti ini. Pasti bunda akan syok dan bertanya."

Lagi lagi Yuki hanya menggeleng.
Tanpa penjelasanpun, Ryuji tau kenapa Yuki tak ingin bertemu bunda, lebih tepatnya bertemu Algha. Jika Yuki datang kerumah bunda, sudah dipastikan dia juga akan bertemu Algha padahal hatinya kini masih sangat sakit mengingat kejadian sore tadi, bukan hanya kejadian itu, bahkan kini memori Yuki kembali mengumpulkan kepingan kepingan puzzle masa lalu. Segala sikap dan perasaan yang Algha pernah lakukan terhadapnya, semua hal yang membuat hati Yuki kembali nyeri.

Ryuji hanya mampu menghela nafas kasar, dia segera beranjak meninggalkan Yuki dan berjalan ke rumah tetangga, rumah bunda Maia dan Algha.

Setelah bercerita dengan bunda Maia, Ryuji melangkahkan kakinya menuju ruangan di lantai dua. Sebuah ruangan yang siang tadi sempat Yuki datangi dan kemungkinan besar obat itupun ada disana, sementara bunda Maia sudah berjalan cepat ke arah rumah Yuki. Mendengar cerita dari Ryuji sudah membuatnya menangis, bagaimana bisa Yuki begitu mudahnya akan meninggalkan dirinya. Yuki yang sudah dianggap anak sendiri, yang sangat dia sayangi bahkan terkadang melebihi rasa sayangnya terhadap anaknya sendiri, Algha. Akan pergi besok pagi dan tak akan kembali, hati ibu mana yang tidak hancur. Seakan tidak dianggap, saat Ryuji berkata bahwa Yuki sedang sakit sehingga tak bisa datang langsung untuk berpamitan. Astaga, begitu teganyakah seorang Yuki?

*****

Yuki merasa pintu kamarnya terbuka, entah siapa yang datang karna memang saat ini penglihatan Yuki kembali menggelap. Semua ini efek dari Yuki yang telat meminum obat yang harusnya dia konsumsi secara rutin tanpa terputus, apalagi di masa-masa kritis seperti sekarang ini.

Yuki mendengar sebuah isakan perempuan, semakin dekat dengannya dan tak lama seseorang sudah memeluk dirinya erat. Saat itu pula isakan yang tadi lirih kini pecah seketika, Yuki pun larut dalam tangisan itu. Tanpa melihat, Yuki tau itu adalah bunda Maia. Seseorang yang sangat Yuki sayangi, pengganti orang tuanya.

Yuki paham, mungkin bunda sudah mendengar semuanya dari Ryuji. Perlahan Yuki merenggangkan pelukan bunda, kemudian meraba ke arah pipi dan mengusap air mata bunda.

"Apa yang sebenarnya terjadi sayang?" tanya bunda masih dengan sesenggukan.

"Seperti yang Bunda lihat, Yuki sakit Bun...." suara Yuki bergetar, merasakan perih yang kembali hadir dalam hatinya.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang sama Bunda? seakan-akan Bunda jadi orang tua yang gagal menjaga kamu sayang."

Dalam tangisnya itu Yuki tersenyum, perasaannya menghangat kala mengingat kebaikan sosok wanita setengah baya itu. Betapa sayangnya wanita itu terhadapnya, itu pula yang membuat Yuki sejujurnya berat untuk membuat keputusan. Setelah apa yang terjadi hari ini, Yuki segera mengambil keputusan, tak ingin berlama-lama berada dalam persimpangan hati. Fakta tentang penyakit yang dideritanya dan fakta bahwa sampai kapanpun, seorang Algha tak akan pernah menganggapnya ada. Itu terihat saat Algha memilih ngafe dengan Allysa daripada mengejar Yuki untuk menjelaskan ucapannya kemarin, padahal Yuki sempat berharap bahwa apa yang Algha ucapkan kemarin adalah sebuah kebenaran namun nyatanya itu hanya khayalan.

"Yuki juga baru tau Bun, dan ternyata sakit ini sudah cukup lumayan menyerang Yuki. Itu sebabnya Yuki harus ke Jepang guna pengobatan, disana Papa dan Mama sudah menyiapkan semuanya."

"Apa itu artinya kamu akan menetap di sana?"

Pertanyaan Bunda kembali menghantam ulu hati Yuki, karna memang Yuki belum memikirkan itu semua. Dia ingin ke Jepang hanya untuk berobat, namun setelah lama terdiam akhirnya Yuki menjawab.

"Doain Yuki ya Bunda, agar suatu saat Yuki dapat kembali kesini, kepelukan Bunda," ucap Yuki dan kembali menjatuhkan dirinya pada pelukan bunda Maia yang hangat.

"Apa Al sudah tau?," tanya bunda tiba-tiba karna bunda mengingat bahwa beberapa hari ini Yuki tak begitu dekat dengan putranya, Algha.

Mendengar nama orang yang dicintainya disebut, membuat Yuki tersenyum miris. Ada rasa marah dan kecewa, tapi sebisa mungkin Yuki menutupi semuanya.

"Jangan kasih tau Al ya bun...!!!" pinta Yuki yang ditanggapi kebingungan oleh bunda Maia.

"Yuki tidak mau ini semua menjadi beban Al, karna dia sudah terlalu banyak tugas di sekolah. Nanti Yuki bakal kasih tau Al sendiri," ucap Yuki mencari alasan untuk menyembunyikan yang sebenarnya.

"Bunda tidak tau apa yang terjadi diantara kalian akhir-akhir ini, yang pasti bunda berharap semua yang terbaik buat kamu juga Al. Bunda sayang banget sama Yuki, Al juga...."

Yuki terdiam, memikirkan apa Al juga sayang padanya seperti ucapan bunda Maia?

"Yuki juga sayang, sayang banget sama bunda. Makasih ya bun, udah jagain Yuki selama ini."

Kedua insan itu kini saling berpelukan, melepas semua beban. Bercerita dan merekam setiap momen yang ada. Karna setelah ini, mungkin mereka tak akan pernah ketemu lagi.

*****

Udara pagi ini sangat dingin karna semalam hujan mengguyur hingga subuh tadi, cuaca yang membuat ciut nyali seorang cowok untuk segera bangun dari mimpi indahnya. Merasa hari ini adalah hari libur, maka ditariknya kembali selimutnya. Lebih dalam ingin bergelung dengan angan-angan yang tercipta dalam dunia mimpi.

Sementara dirumah sebelah, terlihat seorang gadis yang telah rapi duduk di meja makan, menanti sang sepupu keluar dari kamarnya. Tak ada makanan di atas meja, namun beberapa orang berkumpul disini. Bahkan bik Surti terlihat masih saja mengeluarkan air matanya, meski Yuki sudah melarangnya untuk menangis. Mereka adalah para sahabat dan asisten rumah tangga Yuki.

Semalam setelah bunda Maia pulang, Yuki menghubungi para sahabatnya untuk berpamitan dan tak lama para genk gesrek itu telah sampai dirumah Yuki dan berhambur menangis memeluk Yuki. Mereka memutuskan menginap dan menikmati momen-momen terakhir bersama Yuki.

Terlihat Ryuji keluar kamar dan menghampiri Yuki berserta yang lain, terasa menyesakkan memang melihat hampir semua orang disana masih saja menangis. Yuki terlihat sangat pucat dan matanya sembab, jelas saja itu semua karna dia menangis semalaman.

"Kamu sudah siap princess?," tanya Ryuji sambil mengelus rambut Yuki.

Yuki mendonggakkan kepala dan menatap Ryuji, kemudian Yuki mengangguk dan tersenyum.

*****

Yuki sudah duduk di kursi penumpang sebuah pesawat, beberapa detik lagi dia benar-benar akan meninggalkan Indonesia, meninggalkan orang-orang tersayangnya, meninggalkan cintanya. Matanya masih saja mengeluarkan butiran bening meski sekuat tenaga dia telah menahannya, hatinya sangat sakit.

"Al, maafin aku. Semoga dengan kepergianku ini, bisa membuatmu bahagia. Terbebas dari tingkah konyolku, dan kamu tak perlu lagi merasa direpotkan karnaku."

Yuki memandang ke arah luar jendela, terlihat perlahan-lahan pesawat mulai bergerak maju. Hatinya benar-benar ngilu sekarang, serasa ikut terseret berbenturan dengan aspal jalan seperti gesekan antara roda pesawat dan landasan.

"Al aku mencintaimu, entah sampai kapan. Selamat tinggal....!!!" hati Yuki benar-benar teriris saat menggumamkan kalimat itu, seiring dengan mengudaranya pesawat, saat itu pula Yuki melepaskan semuanya.

Apapun yang terjadi, kini semua telah berjalan dan Yuki sudah mengambil keputusan untuk mengakhiri persimpangan hatinya.

================================

14.30 WIT

Senin, 05 Desember 2016

Abepura - PAPUA

Persimpangan Hati ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora