[7] Isi Hati

Mulai dari awal
                                    

"Jangan coba-coba untuk membuatku kesal lagi, Audisa.." pinta Jevin dingin, lalu menggengam erat tangan gadis itu

"Ayo pergi".

Sekarang, gantian Jevin yang menarik Audisa untuk mengikuti langkahnya menuju di mana mobil terparkir. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba saja terdengar langkah seseorang yang berlari tergopoh-gopoh di belakang mereka sembari meneriaki nama Jevin. Reflek, keduanya pun berbalik lagi. Terlihatlah Michelle dengan penampilan yang acak-acakan sedang mengatur nafasnya. Dadanya lagi-lagi terlihat naik turun, mengundang siapa pun untuk melihatnya dengan intens. Dan kali ini termasuk Audisa

"Walaupun punyaku tak segede dia, tapi lumayanlah masih Standar Nasional Indonesia" batin Audisa. Memperhatikan dadanya secara serius, yang tertutupi kaos putih polos yang sedang ia kenakan. Sebenarnya bukan hanya Audisa yang memperhatikan nya, ada Jevin yang jadi ikut-ikutan memandangi arah pandangan gadis itu, namun Audisa tidak menyadarinya karena terlalu fokus.

"Kalian berdua kenapa sih, ninggalin aku? Aku sampai dikejar pihak restoran gara-gara belum bayar tagihan.Terus di depan pintu, aku dicegat juga sama security. Aku malu dilihatin banyak orang! Aku enggak mau ke sini lagi huaaa!" Michelle menangis kencang, ia bahkan sampai berjongkok di hadapan Jevin dan Audisa sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan

Audisa merasa iba, namun ia tak bisa untuk tidak tertawa medengarkan kisah tragis wanita yang sedang berjongkok di hadapannya sekarang ini. Ia jadi mengingat bahwa dulu dirinya juga pernah mengalami hal yang sama, persis seperti ini. Dan itu semua terjadi akibat ulah Jeni, yang tiba-tiba langsung berlari kencang meninggalkan Audisa saat mereka sedang makan siang di salah satu restoran setelah mendengar bazar diskon barang murah yang ditunggu telah buka. Namun, dirinya tidak menangis seperti apa yang di lakukan Michelle sekarang, ia malah tertawa terbahak-bahak saat sadar di kejar pihak restoran karena belum membayar tagihan

"M..maaf ya Michelle" ujar Audisa tulus, ikut berjongkok di sebelah wanita itu sembari menepuk punggungnya pelan berniat menenangkan. Pastinya, setelah ia berhasil mengendalikan suara tawa yang ia tutupi dengan kedua tangan nya sedari tadi

Nihil, tidak ada jawaban dari Michelle. Wanita itu malah menambah volume tangisan nya membuat Audisa menjadi bingung.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Jevin tiba-tiba dengan suara datarnya. Ntahlah, lelaki ini tidak menunjukkan rasa iba atau simpatik sedikit pun saat ini

"Sama sopir huhu, tapi belum dijemput" jawab Michelle dengan nada manja, mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Jevin yang berdiri di hadapannya, dengan air mata yang tentu masih menetes

"Asu!" batin Audisa

"Kalian berdua tunggu di sini, aku ambil mobil dulu" Jevin membalikan badannya, berjalan menjauh. Namun suara Michelle kembali mengintrupsi dan membuat langkah pria itu terhenti

"Kamu mau nganter aku pulang?" tanya wanita itu, lalu menghapus air mata yang meninggalkan jejak di sekitar wajahnya

"Hm" respon Jevin pendek, dan kembali melanjutkan langkahnya, berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua

Sepeninggal Jevin, Michelle langsung menatap Audisa garang. Dengan eyeliner dan make up yang berantakan, tentu membuat Audisa terperenjat kaget hingga gadis cantik itu hampir terjungkal ke belakang.

"Astaghfirullah, ya tuhan jantungku!" seru Audisa tanpa sadar

"Kenapa hah? Make up ku luntur gini, juga gara gara kamu tau! Jangan sok kecantikan deh jadi cewek! Mentang-mentang kamu cucu pemilik Ayantara Group malah jadi belagu deket-deketin Jevin. Asal kamu tahu, kamu gak level sama Jevin tau! Masih bocah ingusan juga, kuliah dulu aja yang bener!" maki Michelle dengan wajah yang sangat super nantangin. Audisa pun tidak bereaksi sama sekali saat di maki-maki oleh Michelle. Ia hanya sedang berpikir apakah Michelle mempunyai keperibadian ganda, punya banyak macam muka atau memang sangat lihai berperan atau berakting? Saat wanita itu di hadapan Jevin tadi, dan sekarang hanya berduaan dengan nya, terlihat perubahan sikap yang sangat signifikan. Memikirkan hal itu membuat Audisa mendadak pusing, bahkan tanpa sadar ia memijit pelipisnya pelan

My Arrogant Young BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang