Nasib Penerus Bangsa

60 9 2
                                    

Auliarahma_ama

Sampah berserakan dimana mana, semakin banyak pengemis di jalanan, lingkungan kumuh semakin merajalela.
Itu yang aku lihat sekarang ini.
Belum lagi para anak anak muda yang semakin hari semakin banyak ulahnya. Bahkan mereka sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi kedepannya. Mereka terkadang tidak tau apa yang mereka lakukan, tetapi mereka tetap melakukan itu dengan alasan 'hanya ikut-ikutan'. Aku heran dengan mereka. Apakah mereka tidak kasihan kepada orang tua mereka yang setiap harinya membanting tulang hanya untuk mereka.

***

Pagi ini aku sengaja bangun lebih pagi karena sudah menjadi kebiasaan ku untuk lari pagi setiap hari Minggu. Setelah aku mandi, aku langsung bersiap siap.

Ketika keluar rumah, aku sudah disuguhi dengan pemandangan yang kurang menarik.
Aku pun bergegas untuk mengambil sampah sampah yang berserakan di depan rumah.
Setelah semua beres, barulah aku lari pagi. Tak jauh jauh, aku hanya keliling komplek sekitar.

Aku Brunella Adara. Panggil saja aku Dara. Sekarang ini aku masih duduk di kelas 8 SMP.
Sebenarnya masih terlalu muda untuk membicarakan tentang lingkungan, karena aku belum cukup tau secara luas.

Tapi... yang aku lihat sekarang adalah orang orang yang dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, anak anak remaja yang semakin 'nakal'. Bahkan mereka rela untuk mempertaruhkan nyawa mereka karena terlalu banyak menghisap rokok. Apa mereka tidak berfikir bagaimana dampak nya? Dampaknya bukan hanya kepada mereka, melainkan kepada perokok pasif yang artinya orang yang tidak merokok pun terkena imbasnya.

***

Keesokan paginya pukul 06.15 aku sudah sampai di sekolah. Sengaja aku berangkat pagi agar bisa santai ke sekolah. Bukan karena aku akan mengerjakan PR seperti yang teman temanku lakukan. Semua PR ku sudah selesai dirumah. Terkadang aku heran dengan mereka. Kenapa mereka lebih memilih untuk mengerjakan di sekolah dengan terburu buru dibandingkan dengan mengerjakan di rumah, padahal jika mengerjakan di rumah kan bisa mencari di buku ataupun di internet.

"Daraa... lu udah buat PR fisika?" Tanya salah satu temanku.
"Udah, kenapa?" Jawabku santai.
"Eh gue pinjem dong... Semalem gue lupa ngerjain." Ujarnya.
"Pinjem yang lain aja deh, lagi mager nih aku." Ujarku.
Inilah keburukan ku. Aku tidak akan mau jika PR/tugasku di salin orang lain. Sebenarnya aku berniat agar mereka mau mengerjakan PR di rumah, tetapi malah hampir semua anak di kelasku membenciku karena aku tak pernah meminjamkan barang apa pun kepada mereka.

Beruntung masih ada temanku yang sepikiran denganku. Mikayla Dira namanya. Dira adalah laki laki yang baik, dan dikenal dingin oleh teman temannya. Tapi tidak begitu denganku. Dira selalu membantuku jika aku ada kesulitan. Dibalik sifat dinginnya, Dira sebenarnya adalah anak broken home. Orang tuanya berpisah saat Dira diusia 2 tahun. Aku pikir saat itu Dira membutuhkan kasih sayang yang lebih, tetapi ternyata Dira harus diasuh oleh ibunya saja.

Aku tidak tau kenapa banyak orang tua yang bercerai disaat anak mereka masih berusia di bawah umur. Apa mereka tidak berfikir kalau anak mereka akan kekurangan kasih sayang dan sebagian besar anak yang kekurangan kasih sayang psikologisnya akan terganggu.
Dan anak anak yang kekurangan kasih sayang biasanya akan 'melarikan diri' ke rokok.

Tetapi beda dengan Dira, dia sudah cukup berfikir dewasa untuk itu. Aku sudah sering kali melihat Dira diajak merokok oleh temannya tetapi ia enggan untuk mengikutinya. Dira tau apa yang akan terjadi jika dia merokok. Dira tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, ia juga memikirkan bagaimana nasib para perokok perokok pasif di sekitarnya.

Mungkin itu yang membuat Dira disukai oleh banyak teman temannya. Dari adik kelas, teman seangkatan, bahkan kakak kelas banyak yang menyukainya.

***

Writers ID untuk Indonesia Where stories live. Discover now