8. Morning Sickness

5.2K 390 28
                                    

April

Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa mual yang aku rasakan sepertinya bukanlah masuk angin biasa, rasa mual yang disertai alergi terhadap beberapa bebauan yang dulu justru suka aku gunakan, duniaku berbalik, hari-hariku selalu malas-malasan, nafsu makan ku menurun drastis, anehnya lagi, aku hanya muntah disaat pagi hari bahkan sesekali menjelang siang, aku memejamkan mata, ada satu hal yang kuketahui sekaligus yang kutakuti.

Sebuah strip berbentuk papan memanjang kugenggam penuh debar, aku memantapkan hati untuk mengetahui keadaan atau kondisiku lebih lanjut, melangkah perlahan memasuki toilet kamar dengan wadah kecil dua centi kutampung urin yang kumasuki test peck dengan mata terpejam. Duniaku seolah berputar begitu cepat, ribuan kecamuk serta bayangan buruk melintas dipikiran ku. Napasku tercekat, jantungku berdetak dengan cepat, pembuluh darahku seakan-akan melaju dengan kecepatan tinggi di dalam jalur peredarannya. Aku sangat penasaran, aku takut ingin menatap test pack itu. Positif atau negatifkah?, dan aku memberanikan diri mengangkat papan kecil memanjang itu, kulihat perlahan dengan menutup tanda garis dengan jempol kananku, sedetik kugeser bersamaan jantung yang semakin cepat berdebar, aku menelan ludah berkali-kali kuhapus keringat dingin dikening dengan tangan kiri sembari mengerjibkan mata penuh dengan rasa takut yang menggila.

DAMN, jelaslah apa yang kulihat kini dikedua bola mata, sebuah tanda garis dua berwarna merah hati melorohkan tubuhku ke lantai, tulang belulangku kini terasa melemas seketika. Aku menjerit sekuat tenaga, aku hanya menangis, menyesali atas segala kemahatololan yang kubuat sendiri. Menyesal atas kesalahan yang merusak apapun yang telah kubangun dengan susah payah, kepercayaan Papa dan Mama, mereka pasti kecewa, aku kalut, aku bingung, kenapa aku baru menyesali semuanya kini sekarang.

Rasanya aku ingin menggoreskan pisau tajam dilembutnya kulit yang membalut urat nadiku. Aku bingung dikala sendirian, Apa yang harus aku lakukan?. Apa yang harus aku katakan pada Mama, Papa, juga keluarga? Apa yang akan terjadi di depan sana, segala hal buruk dan cemooh yang pasti akan membuatku malu?. Apa yang harus kulakukan pada bayiku?. Bagaimana dengan lingkungan sosialku?. Apakah mereka akan menerima atau justru berbalik menghinaku?.

Bagaimana dengan mimpi-mimpiku?, apa aku siap untuk menjadi ibu?, Kini, banyak pertanyaan mencuat liar dari kepala, mengacaukan akal sehatku, dan merusak laju kerja jaringan otakku. Tuhan, aku sangat ikhlas jika KAU cabut nyawaku kali ini. "IKHLAS!" Teriakku lantang menggema, bunyi yang memantul dari dinding kamar mandi. Aku mengasihani diriku sendiri, menatap banyak tapak jalan yang telah kulalui hingga detik ini. Meski Yansen berjanji untuk menikahiku, namun ketakutanku untuk menjadi ibu Muda bukanlah bagian dari inginku.

Aku terisak, aku menangis terbata, ku sentuh layar touchscreen menuju satu buah nama, berkali-kali kuhubungi tak ada jawaban pasti diseberang sana. Kini harapan ku hanya satu, semoga Yansen menepati janjinya padaku.

***

Author Pov

"Seharusnya aku membawa double bag agar penyiksaan ku padanya berlipat ganda" cetus Onci di dalam hati saat diruangan makan disarapan pagi bersama Mrs Alisyah mereka saat bersamaan duduk dalam satu meja makan bersama. Ia memperhatikan Yansen makan dengan begitu lahapnya, bagaimana mungkin pria berwajah tampan kalangan jerapah ini berotak kancil, hebat dalam menipu, Onci mengambil sushi bercampur daging ikan segar yang ia bayangkan jika saja itu adalah Yansen maka ia akan mencabik dan mencincang sepuluh tubuh pria satu meja dengannya, lalu kulitnya ia sayat dan digelinding untuk makanan cacing tanah, sadis. Ya Onci mendadak berpikiran sadis saat tahu Yansen adalah penipu sahabat roomate nya itu, dia yang bagi April itu adalah cahaya dan harapan tega menghancurkan hati wanita yang ia cintai, Onci membai perasaan hanya demi kebahagiaan April mencoba melepas rela jika benar yang dikatakan April bahwa Prianya adalah sosok Pria dewasa, mapan dan  bertanggung jawab. Ughh apa lagi jika bukan hukuman sunat tujuh kali layak untuknya. Cerca Onci tanpa melepaskan tatapan mata ke arah Yansen.

Cinta Dari Langit [Completed]Where stories live. Discover now