2

205 9 0
                                    

2 Minggu Kemudian

Keira melangkah menuju area para penjemput di bandara, menunggu dengan satu koper dorong besar. Dirinya mencari-cari sosok wanita yang sangat ia rindukan. Begitu matanya dapat melihat sosok yang kini mulai menua itu, tanpa memerdulikan koper dorong besar yabg dibawanya, Keira segera berlari menuju wanita paruh baya yang sedari tadi mengangkat tangan ke arahnya. Tanpa terasa air mata Keira jatuh begitu saja saat berada dalam dekapan Ranti, begitu juga Ranti yang kini terisak.

"Anak mama sudah jadi wanita sekarang, calon lulusan muda Oxford pula!" Ucap Mama setelah cukup lama hanyut dalam keharuan.

"Mamah ih apasih, Oiya Mama sendiri kesini?" Keira berucap sambil mengusap air mata.

"Sama aku dong kak!" Tiba-tiba remaja lelaki yang tingginya hampir menyaingi tubuh ideal Keira muncul diantara mereka.

"Banu!" Keira menyeru kaget.

"Yaampun kamu udah gede banget Nu, kakak sampe pangling, udah mau nyaingin Kak Keira lagi sekarang tingginya!"

"Iyalah kak, Kak Keira kelamaan di Inggris si. Yaudah ayo pulang, Banu udah ngiler nih, tadi Mama masak enak banget, tapi katanya gaboleh disentuh, makanya harus bareng Kak Keira"

"Yasudah, ayok-ayok pulang. Mama masak semua kesukaan kamu Keira Keira !"

Keira, Mama, serta adik satu-satunya kemudian melesat menuju rumah, membelah jalanan metropolitan yang sudah lama tak disapanya.

_________________

Sudah dua hari Keira di Jakarta, tapi dia belum juga bernai menunaikan tujuanya kesini. Ya, beretemu Revan.

"Keira " Mamanya membelai lembut kepala Keira yang sedang meperhatikan langit malam Ibu Kota di teras belakang rumah.

Keira hanya tersenyum tipis membalas belaian ibunya.

"Nak, kapan kamu mau bertemu Revan? Nggak baik terus di tunda" Mamanya menghela nafas sejenak, kemudian kembali melanjutkan kalimatnya.

"Sejak kamu gak ada kabar, Revan sering sekali telefon kesini tanya kabar kamu. Mama sampai gaenak hati terus membohonginya karena permintaan kamu. Setiap bulan dia selalu kesini sekedar bawain makanan untuk Mama, main sama Banu, atau ngobrol sama Almarhum Papamu. Tapi sejak satu bulan sebelum dia pindah ke Jerman, dia sudah nggak pernah main ke sini. Sampai saat Papamu meninggal dan Mama ketemu Mamanya Revan, dan dia bilang kalau Revan sudah pindah ke Jerman".

Tanpa sadar butiran bening perlahan turun dari mata Keira, rasanya pilu mendengar penjelasan Mamanya.

"Keira, bukanya Mama ingin memojokan mu, tapi Mama nggak mau kamu terus menyimpan luka dalam hati, jadi cepat selesaikan ya nak. Yasudah Mama masuk dulu,jangan lama-lama kamu diluar" kemudian Ranti beranjak masuk meninggalkan anak gadisnya.

Benar kata mama,besok aku harus Keira tuntaskan semuanya bisik Keira pada hatinya.

Waktu,Kenyataan,Luka.Where stories live. Discover now