2

56.2K 3.2K 223
                                    

Menjelang malam hujan turun deras diselingi geledek, Arletta dikamarnya dan baru saja selesai menata barang-barangnya yang ia bawa dari Kalimantan. Tidak terlalu banyak barang yang ia bawa, hanya beberapa yang memang ia butuhkan. Tapi butuh beberapa jam untuk mempertimbangkan kira-kira cocoknya benda ini taruh dimana dan benda itu taruh dimana.

Mamanya meneleponnya ketika ia baru selesai sholat isya, menanyakan apakah ia betah atau tidak, apakah nyaman atau tidak, apakah ia sudah makan atau belum, bagaimana Atta menurutnya, dan banyak hal lainnya yang ditanyakan mamanya. 10 menit obrolan itu berlangsung, Arletta menjawab seadaanya. Saat mamanya menanyakan bagaimana Atta, Arletta menjawab sambil tersenyum "Atta aneh, ma. Tapi dia lucu,"

Mamanya adalah sosok seorang ibu yang sangat menyayangi dan mencintainya, Arletta bersyukur karena dilahirkan dari wanita yang bernama Arina Hanggini. Arletta juga mengidolakan sosok papanya yang tampan, seorang dokter, humoris dan menyayanginya. Jika boleh memilih, Arletta ingin suami yang seperti papanya, supaya ia bahagia seperti mamanya yang terlihat begitu bahagia dengan papanya.

Ah, Arletta sudah merindukan mama-papanya. Padahal belum ada 24 jam mereka berpisah.

Dalam gemericik air hujan yang deras diluar, samar-samar Arletta mendengar suara petikan gitar dari kamar sebelah. Arletta meyakini itu pasti Atta. Karena yang bersebelahan dengan kamarnya adalah Atta. Entah untuk keberapa kali, Arletta lagi-lagi tersenyum sendiri mengingat Atta hari ini.

Ketukan pintu terdengar dari luar, Arletta menyahut dan membuka pintunya. Tante Neara, berdiri dengan memakai daster batik berwarna cokelat dan rambutnya dicepol. Cantik. Entah sejak kapan tante Neara pulang, Arletta tidak menyadari kepulangannya.

"Kamu udah makan malam Arletta?"

"Belum tante, nanti, bentar lagi"

"Makan dulu ayo, turun kebawah. Makan bareng-bareng,"

"Iya, tante,"

Tante Neara tersenyum lembut dan berbalik hendak pergi, tapi berbalik lagi menatap Arletta dan tanya. "Oh ya, udah ketemu Atta belum?"

"Udah tante, tadi,"

"Ngelakuin yang aneh-aneh nggak dia?"

"Nggak sih. Cuma itu doang, masa katanya nama dia Muhammad Attala Kusen Lawang." Arletta terkikik "Terus katanya nama aku Arletta Naga Sunta,"

Tante Neara tertawa sambil berdecak dan geleng-geleng. "Emang sinting itu anak. Bibi Nur aja di panggil Kimberly sama dia,"

"Bibi Nur?"

"Iya, bibi Nur,"

Yah, bibi Kimberly nama aslinya itu Nurhayati, tapi berhubung punya anak majikan yang sinting, gila dan miring, namanya dirubah jadi Kimberly. Kata Atta, Nurhayati terlalu bagus untuk bibi, bibi lebih cocok dengan nama Kimberly dari pada Nurhayati.

"Tapi Atta lucu..." kata Arletta.

"Lucu karena kamu belum dijahilin dia, kalau udah kamu bakal muak cuma denger nama dia di sebut. Tante aja sampe muak kalau bareng dia lama-lama,"

Mereka tertawa ringan.
Sebelum turun kebawah untuk makan Arletta lebih dulu masuk kekamar mengambil jepitan untuk mengikat rambutnya, lalu turun kebawah. Makanan sudah siap dimeja makan saat ia keruang makan, om Alvin sudah ada disana dengan tante Neara yang sedang mengambilkan nasi untuk om Alvin. Atta tidak terlihat, mata Arletta mencari sosok Atta kearah dapur barang kali Atta disana, tapi tidak ada juga. Mungkin belum turun, atau mungkin tidak makan. Entahlah, Arletta belum bisa menebak karena belum tahu fakta-fakta dirumah ini.

Atta & Arletta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang