Bab Tiga Puluh Empat

131 7 2
                                    

"Hi!" sapa Elin, dan itu terdengar seperti alunan yang teramat indah bagi Nathan pada saat itu.

Nathan hanya mampu terkikuk. "Oh!"

Elin yang pada saat itu tengah menggunakan pakaian dress berwarna hijau marun itu nampak cantik dan riasan wajahnya yang natural membuat dirinya terlihat begitu manis dan seksi.

"Kau sudah siap?" tanya Nathan mencoba mengatur emosinya. Dengan manis Elin hanya mengangguk pelan.

Mereka berjalan beriringan di lorong. "Apa kau sudah pernah melihat festival seperti itu sebelumnya?" tanya Elin menengadahkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Nathan.

Nathan berdehem pelan, "Dua kali, saat aku masih remaja." jawabnya, "Dan akan menjadi ketiga kalinya."

Elin hanya tersenyum mendengarnya.

"Oh ya, kata Kyne tiket yang kau berikan adalah tiket VVIP, apa maksudnya?" Elin mencoba mengeluarkan tiket itu dari dalam tasnya.

"Oh, soal tiket itu. Yah, dengan kebetulan aku mendapatkan tiket VVIP, sebenarnya untuk melihat festival kebudayaan di Thailand, semua orang dapat melihatnya."

"Lalu apa gunanya tiket VVIP?" tanya Elin penasaran

"Kita akan melihat festival itu di sebuah gedung yang besar, kita hanya perlu duduk dan melihatnya." ujar Nathan.

"Berarti, kita tidak berkeliling kota Thailand sebagaimana dilakukan kebanyakan orang-orang."

"Yah, seperti itu."

"Bagus sih! Tapi sepertinya lebih seru jika bertemu dengan banyak orang asing, dan mengantri beberapa makanan khas Thailand. Bagaimana kalau kita tidak gunakan tiket itu?"

Nathan masih belum menjawab, "Ayolah, Nathan!"

"Apa tidak sebaiknya kita pergi ke gedung saja?"

"Tidak mau."

"Baiklah."

Elin bertepuk tangan kecil, dia senang sekali. Mendengar jawaban Nathan.

Di dalam mobil, sebuah lagu yang indah berbunyi nyaring dan lembut, When I Was Your Man.

"Kau tahu lagu ini?" tanya Elin.

"Tentu, ayahku senang sekali memainkan lagu ini di piano." ujar Nathan sambil menghentakan jemarinya pelan di haluan mobil.

Hingga mereka telah tiba di jalanan yang amat sangat ramai. Bahkan Nathan kesulitan menemukan tempat parkiran mobil, jalanan di penuhi oleh penjual kaki lima.

Setelah dapat memarkirkan mobilnya, ia segera keluar dan dengan keberanian dia membukakan pintu untuk Elin. Mereka berdua berjalan di antara keramaian manusia, belum lagi banyaknya asap yang mengepul dari salah satu penjual kacang goreng yang terjejer di pinggir jalan.

"Wah ramai sekali, tapi ini begitu indah." gumam Elin. Dan sejak saat itu pandangan paling menarik diantara kegiatan di sekeliling Nathan adalah Elin. Entah apa yang telah membuatnya bergumam disepanjang jalan, dan itu membuatnya terlihat lebih cantik. Dan itu menyadarkan Nathan pada sesuatu, dia mengakui Elin begitu cantik dan ia tertarik?

"Nathan, Kyne memintaku untuk membawakan beberapa foto dan makanan. Nanti kita akan mengambil beberapa foto, kan?" tanya Elin.

"Astaga, aku melupakan kameraku di mobil! Tunggu di sini ya!" Nathan melangkah menuju ke arah mobilnya terparkir setelah mendapat ijin dari Elin.

Jarak mobilnya lumayan jauh dan itu membuat Nathan tergesa-gesa untuk mengambilnya, karena Elin sudah berpesan agar cepat kembali. Hingga sampai di mobil, ia buru-buru membuka dan mengambil kameranya. Kembali berlari menuju tempat sebelumnya.

Lonely RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang