Menyerah Jadi Kenangan

2 0 0
                                    

23 Januari 2014
Ada kalanya kita harus menyerah untuk membiarkan kebahagiaan lain masuk dan datang menggantikannya.
Sebuah kalimat yang amat mengena dihatiku. Memang aku sudah menyerah padamu. Namun aku tidak yakin akan kebahagiaan lain yang datang itu. Dan yang anehnya lagi, akhir-akhir ini aku sering memimpikanmu. Padahal aku sudah yakin akan mimpi petunjuk waktu itu. Ternyata memang sih, kau memang bukan yang terbaik saat itu. Saat ini pun aku juga tak tahu apakah kau telah berubah atau tidak. Mudah-mudahan dirimu baik-baik disana dan menjadi yang lebih baik juga.
Hari ini aku membuka facebook-ku yang telah lama tak pernah kukunjungi. Ku post-kan kalimat itu menjadi status terbaruku. Kulihat segala pemberitahuan dan beranda yang ada. Kusukai status-status yang kurasa bagus dan menarik. Memang aku adalah tipe orang yang suka pilih-pilih. Namun, tak banyak juga dari orang-orang sepertiku justru salah memilih. Yaaaaa, sipembon yang dulu sempat kupilih sekarang sudah jauh karena keputusanku memilih untuk pergi.
Satu hal yang mengganjal di otakku. Jika memang petunjuk itu melalui mimpi, seharusnya takkan hadir mimpi lain yang justru membuatku rindu padamu. Aku bermimpi, ilustrasinya saat itu hari tengah sore dan cuaca agak mendung-mendung suram. Ditepi jalan, tepat di depan sebuah toko samar-samar. Aku melihat kau duduk termenung. Aku kaget melihatmu diwaktu itu. Segera ku percepat langkahku menjauhi toko itu. Kuputuskan untuk segera mencari angkutan umum agar bisa segera pergi mumpung kau belum melihatku. Tapi sayang, angkutan itu begitu lama kutunggu. Ada pengendara motor yang memboncengi entah dua atau tiga orang anak, juga samar-samar. Namun yang terekam olehku adalah pengendara motor  yang tidak melihat jalan. Bahkan tidak melihatku yang tepat berada dipinggir jalan waktu itu. Aku baru tahu hal itu ketika motor itu sudah sampai berjalan tepat didepanku. Aku pun melihat itu karena penumpangnya yang begitu banyak membuatku penasaran dengan keanehan itu. mana mungkin pengendara yang hanya melihat handphone sambil berkendara bisa selihai itu untuk menumpangi banyak anak. Sungguh berbahaya. Dan apa kau tahu? Pengendara itulah dirimu Sipembon. Aku tak tahu arti dari mimpiku serta maksud tingkahmu di mimpi itu. Apa kau sengaja melihat HP hanya untuk mengalihkan pandanganmu padaku atau bagaimana.
Aku tak ingin bingung memikirkan mimpi itu. Mungkin itu hanyalah bunga tidur saja. Atau karena kemarin malam aku teringat denganmu sehingga aku memimpikanmu. Ingatan ini bukan kemauanku. Tak pernah aku sengaja ingin mengingatmu. Entah karena apa juga aku teringat aku juga tidak tahu. Apa perasaanku ini belum juga dapat berubah dan hilang? Entahlah, aku tak ingin mencari tahu hal ini.
Ada suatu masa dimana aku ingin mengenang kembali kenangan buruk yang terasa indah dahulunya itu. Tapi, semua kenangan itu telah ku hapus semuanya. Sms-sms indahmu, pujian-pujianmu, rayuanmu, semuanya kuhapus. Karena semua hanyalah kebohongan. Dan itu yang amat sangat bisa membuatku tak bisa lagi untuk bertahan. Karena itu pula aku harus menyerah. Namun, ada satu kenangan yang biarlah itu cukup untukmu dariku. Facebook yang kubuatkan untukmu. Dahulu kita pernah chatting bersama. Dan kini kalimat-kalimatmu kembali kulihat. Kembali pula terbukti usahamu untuk mencintaiku. Sia-sia. Aku sungguh seperti anak kecil yang patut dikasihani. Padahal apa kau tahu? Sedikitpun aku tak pernah berharap dikasihani. Aku bukan wanita manja. Kau tak tahu kehidupanku yang sebenarnya. Kau tak tahu bagaimana perjuanganku sampai kepada titik ini. Kau hanya tahu aku beruntung. Yaaaa... mungkin saja. Tuhan memang selalu sayang padaku. Sehingga Tuhan membuat hatimu tak pernah menemui hatiku. Karena mungkin kita memang tidak pantas bersatu.
Ingatan yang kembali mengenang, membuatku memutuskan melihat berandamu. Hal yang membuat aneh dan kuusahakan untuk mewajari sekaligus memungkirinya. Kau membuat status tepat hari senin tanggal 19 Januari 2014. Dirimu hadir dimimpiku, entah aku yang merindukanmu atau kau yang merindukanku. Aku tak tahu. Itulah kalimat statusmu yang membuatku tidak tahu harus berpikir apa. Dua hari yang lalu aku baru kembali galau terhadap kebiasaan baruku yang membenamkan kebiasaan lama. Hapeku tidak lagi berpulsa terus-menerus. Bahkan sms teman-teman kuabaikan. Aku sudah tak berminat lagi sms-an. Menghabiskan waktu. Apalagi hanya untuk laki-laki yang mendekatiku saat ini. Sungguh muak diriku dengan laki-laki yang sudah kuanggap sama saja. Jika enilai mereka melalui kebaikan. Semuanya baik. Tapi aku tak tahu akhirnya. Baik itu belum tentu baik-baik. Kepada orang yang disukai, tentu berlagak baik. Aku bingung, mengapa aku berubah sekarang menilai laki-laki. Semua sama. Mereka makhluk yang berlagak hebat dan menganggap hati wanita adalah permainan kebaikan yang dipura-purakan. Bukankah begitu? Hanya beberapa jenis laki-laki saja yang bisa dibuktikan kebaikannya. Pertama, yang tidak pernah pacaran dan langsung serius untuk menikahi. Kedua, laki-laki itu hanya teman atau sahabat tanpa rasa. Lain dari itu... sama saja. Apalagi laki-laki yang sengaja mendekati untuk PDKT.
***
Aku tak ingin mempermasalahkan dan menambah beban pikiran atas semua ini. Makanya aku menuliskannya. Aku sekarang enggan bercerita tentangmu secara detail lagi pada siapapun. Kepada kakakku yang masih menjadi tempat ceritaku saja tak sedetail apapun lagi. Itupun hanya karena dia bertanya tentang sikapku. Diamku, marahku, tawaku, dia tahu perubahan dinginku kini. makanya dia bertanya. Akupun hanya menjawab dengan singkat kemudian mengatakan jangan tanyakan itu lagi, aku sudah melupakan semuanya.
Sebenarnya jiwaku sudah mati karenamu. Aku yang tahu kuburannya. Dan hanya aku yang tahu kapan aku harus bangkit dari kubur untuk mengeluarkan segala uneg-unegku.
Seperti hari ini, aku bangkit dari kubur untuk menyatakan semua yang ingin kunyatakan melalui tulisan ini. Kau yang dulu pernah berpesan agar aku tidak bercerita kepada orang kan? Kau yang mengusulkan aku untuk menjadi seorang yang harus mampu bertahan sendiri. Mengapa kau melarangku untuk itu? Mengapa kau berusaha mengubah diriku? Mengapa kau ingin membuatku seperti pacarmu yang kau katakan pendiam dan tak banyak bercerita. Yakinkah dirimu tentang itu semua? Kau tak pernah tahu detail ceritaku. Aku sudah membangga-banggakanmu di depan mereka. Aku terlihat begitu senang dan berbinar-binar. Kebahagiaanku bertambah dua kali lipat disaat aku menceritakan kebanggaan itu pada teman-temanku. Hingga perubahan itu muncul dengan diamku. Merekapun bertanya kembali. Aku diam. Kau melarangku. Aku merasa itu bukan diriku. Dan karena itulah aku merasa tak yakin mampu bertahan ketika kau tak dapat menerimaku. Kau justru ingin mengubahku. Melarang hal yang menjadi kesenanganku. Termasuk berhenti mempostingkan apa yang aku tuangkan ini dalam blogku sendiri. Padahal namamu sudahku samarkan. Seharusnya kau tak perlu menjadi seperti itu. Apakau tahu? Disaat itu sebenarnya aku enggan untuk  memenuhi keinginanmu yang mau ubah kebiasaanku. Tapi kau mengancam untuk meninggalkanku. Hingga dengan bodohnya kupenuhi itu semua.
Demi membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu.
Semakin lama, semakin banyak aku menahan. Hanya dirimu saja tempatku bercerita. Hingga apapun yang aku rasa kukatakan padamu. Tapi, diskusi kita sepertinya tidak memberikan jalan. Kau tetap pada keinginanmu, sementara keinginanku tergantung ancamanmu. Perlahan aku masih bersabar. Kau tetap mengatakan I LOVE YOU padaku. Tapi, lama-kelamaan aku mulai berpikir. Apakah benar kau mencintaiku. Apakah seseorang yang mencintai akan memberi ancaman untuk meninggalkan orang yang dicintainya? Apakah itu masuk akal? Bukankah itu pertanda bahwa dirimu tak pernah takut aku tinggalkan. Kau tak pernah takut kehilanganku. Kembali aku sulit percaya ini semua. Lagi-lagi implikaturmu yang membuatku sulit percaya pada kata-katamu.
Sipembon, bagaimanapun untuk saat ini atau berikutnya. Dalam waktu yang tidak singkat namun mungkin akan terasa singkat setelah dilalui. Dimana nantinya skenario perasaan itu akan berubah. Meskipun aku tak tahu kapannya. Mungkin inilah yang terbaik. Kau takkan pernah tahu bahwa aku disini memeperhatikanmu. Meski sulit. Karena kau tak memiliki media sosial apa-apa selain fbmu, peninggalan kenangan dariku yang mungkin dalam waktu dekat atau lama apakah masih kau update atau tidak. Tapi aku ingin katakan padam hari ini. Aku berharap kau selalu memberikan kabar melalui fb itu. Sebab esekali sebenarnya aku ingin tahu. Namun aku tak ingin kau tahu bahwa aku memeperhatikan dan msih peduli padamu. Masih mengingatmu, masih mengenangmu dan masih merindukanmu. Meskipun melihat kesalahan itu, takkan mungkin akan terulang kembali.
Aku tak ingin kau tahu bahwa aku sedang mengingatmu. Karena aku tak ingin memancing keadaan rindu itu. aku tak ingin kau tahu, hingga mungkin aku hanya bisa diam dan menuliskannya. Karena itulah, mulai kini aku tak pernah ingin menuliskan status terhadap sesuatu yang jelas untukmu. Karena aku tak ingin kau tahu.

Say Bonsai Donde viven las historias. Descúbrelo ahora