Aku terus mengelus punggung Ibu Teti. Aku tahu sekali apa yang sedang menimpa keluarga Pak Ramadi ini sangatlah berat, namun pasti akan ada jalan keluar dari setiap masalah yang ditemui. Meskipun aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari mendatang, aku harus bersikap positif demi Ibu Teti yang saat ini benar-benar terguncang.


Aku memang bukan siapa-siapanya, tetapi tidak ada salahnya bukan untuk sedikit membantu meringankan beban yang ada? Apapun yang beliau butuhkan pasti akan aku bantu sebisaku.


"Ibu yang sabar ya... Tuhan tidak akan menguji umatnya di luar batas kemampuan umatnya tersebut. Ibu pasti bisa melalui ini semua." Ucapku nyaris berbisik, "Aku akan ada setiap ibu membutuhkan bantuanku."


Ibu Teti kini memandangku. Beliau memaksakan untuk tersenyum lalu tangan kanannya terjulur dan mengusap air mata di pipiku. "Ibu senang sekali Sekar mau menemani ibu disini. Apalagi Dana juga kini sangat membutuhkan Sekar. Kalau saja Sekar yang jadi menantu ibu, mungkin tidak akan ada kejadian seperti ini."


Aku membelalakkan mataku, aku mengalihkan pandanganku kepada Dana, takut-takut kalau Dana mendengar. Untung, Dana sudah mulai tertidur sementara suster yang sedari tadi membantu Dana sudah mulai merapikan kembali barang-barangnya.


"Ibu nggak boleh ngomong seperti itu. Bagaimana pun ibu terguncangnya saat ini, ibu tidak boleh melimpahkan kesalahan pada pihak tertentu. Ini semua ada suratan takdir Tuhan, Bu. Sama seperti aku dan Dana yang tidak berjodoh." Tegurku halus kepada Ibu Teti.


Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan apa yang terjadi di masa laku. Kini, kepulihan Dana dan Sienna adalah yang terpenting. Apalagi Dana yang tidak mengenali Sienna, menjadi masalah yang perlu dipikirkan matang-matang dan dicari jalan keluarnya.


"Sekar, ibu mohon jangan membicarakan mengenai pernikahan Dana dan Allena." Pinta Ibu Teti tiba-tiba.


Tidak mungkin.


Benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Ibu Teti berpikiran seperti ini? Apakah Ibu Teti tidak memikirkan nasib Sienna yang malang? Aku juga tidak akan mungkin membohongi Dana.
Sudah cukup banyak dosaku kepada Dana.


"Ibu, aku nggak mungkin mmembohongi Dana. Dana harus tahu yang sebenarnya, apalagi ada Sienna. Dana pasti ingin mengenal darah dagingnya sendiri."


Ibu Teti kembali menangis, "Ibu mohon, Sekar. Ibu tahu ibu salah tapi ibu hanya ingin yang terbaik untuk Dana. Ibu juga nggak akan memisahkan Sienna dari Dana, hanya saja, selama Dana menikah dengan Allena, tidak pernah sedikit pun ibu melihatnya memiliki semangat hidup. Namun tadi, ketika Dana melihat Sekar, ibu dapat melihat semangat hidup Dana yang selama ini hilang tumbuh kembali."


"Ibu pasti salah lihat." Ujarku berusaha menenangkan Ibu Teti. "Dana nggak ingat apa yang terjadi, Bu. Karena itulah Dana senang melihatku. Kalau Dana ingat, Dana pasti akan mengusirku."


"Percaya sama ibu, Sekar. Ibu ini ibunya Dana, nggak ada yang lebih tahu Dana selain ibu." Ibu Teti nyaris berbisik karena isakan tangisnya, "Sekar itu hidupnya Dana. Meskipun Dana menikahi Allena, ibu sangat tahu kalau hatinya Dana masih milik Sekar, bukan Allena."


Aku terdiam. Ingin rasanya aku mempercayai omongan Ibu Teti, namun rasanya tidak mungkin. Dana membenciku lebih dari ia membenci mentimun.


"Ibu mohon, Sekar. Tolong bantu Ibu."


Aku menatap Ibu Teti, bingung. Pikiranku bercabang kepada masa-masa ketika aku dan Dana tengah berbahagia dan kepada masa-masa dimana Dana tak tanggung-tanggung menghukumku. Baik itu dengan kata-kata ataupun perbuatannya.


"Sienna bagaimana, Bu?" tanyaku lagi.


"Sienna akan tetap berada di dalam hidup Dana."


Perkataan Ibu Teti barusan mengingatkanku kepada momen seusai Dana melamarku. Aku ingat sekali dengan jelas perkataan Dana waktu itu.


"Sekarang dan selamanya kamu milikku seutuhnya. Kamu akan selalu ada di hidupku, sebagaimana aku juga akan selalu ada di hidupmu. Nggak akan ada yang dapat memisahkan kita, selain maut. Kamu harus percaya itu."


Aku mempercayainya. Tidak pernah sedikitpun aku meragukan perasaannya. Namun, apa yang terjadi setelahnya tidak dapat aku lupakan. Tak hanya memaksaku keluar dari hidupnya, Dana menorehkan luka yang tidak akan dapat dihapuskan.


Luka yang memisahkanku dan Dana untuk selamanya.


Sienna.



###


Note:

HALLOOOOOO!!!! Akhirnya aku bisa update juga. Aku udah gatel banget pengen update tapi target belom nyampe, so I was like, "Screw the target! Aku nggak akan pakai target2 lagi. Kalau bagus juga pasti dibaca, kalau nggak ya nggak akan dibaca." Jadi aku nggak akan pakai target lagi karena setelah nyoba ya aku sendiri jadi yang nggak sabaran. Hihihihi.
Pertama, terima kasih utk teman2 yang sudah membaca buku keduaku ini. Maafkan gaya penulisanku yang tidak sesuai selera kalian masing2 karena sekali lagi, aku masih belajar. Masih banyak sekali yang harus aku perbaiki & dikembangkan.
Kedua, untuk teman2 pembaca, kalian boleh kok langsung koreksi kesalahanku. Aku terima kritikan&saran apapun.
Ketiga, mungkin cerita ini agak sedikit lebih lebay dr buku sebelumnya. But that's okay, aku emg pengen bikin agak2 sedikit melodramatis. LOL.
Keempat, tentang selective amnesia itu sendiri aku dapatkan dr referensi Mbah Google dan blog2 kesehatan. Jadi maafkan kalau ada kesalahan. Silahkan di koreksi bagi yang memang mengetahui dengan jelas mengenai kondisi tersebut.
Kelima, aku nulis di HP jd masih banyak typo dan serapan bhs inggris belom di italic. Akan aku edit begitu aku on di laptop.
Sudah segitu saja, terima kasih & jangan lupa tinggalkan vomment nya yaaaaa ♡♡♡♡♡

Love,
Anies.

Bound By MemoryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant