H

2.6K 239 14
                                    

Percy duduk berpangku tangan. Matanya mengikuti gerakan Annabeth yang tengah mencari buku dengan semangat. Percy sempat tidak percaya, walau Annabeth mengidap disleksia dan GPPH sepertinya, namun ia kutu buku dan kelewat pandai. Tapi ia sudah belajar banyak. Annabeth tidak mungkin menyerah dengan disleksianya.

"Seaweed brain! Bantu aku mencari!" tanpa Percy sadari, Annabeth sudah berdiri di hadapannya.

Percy berdecak. "Kau tahu benar aku tidak bisa sepertimu! Disleksiaku jauh lebih parah darimu!" protesnya.

"Ayolah.." Annabeth menarik Percy berdiri. Dengan malas, Percy mengikuti Annabeth.

Annabeth membawanya ke rak tempat buku-buku tebal bersemayam. Percy mendesah pelan. Ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Matanya menangkap tumpukan kertas di rak paling bawah. Ia jauh lebih tertarik melihat gambar ayahnya, Poseidon, di salah satu kertas itu.

"Percy, kurasa kita harus membaca yang satu ini" Percy mendongak. Tampak Annabeth membawa buku tebal bersampul cokelat kusam. "Judulnya Perang Dunia ke-II dan keterlibatan dunia di balik selubung"

Percy tidak tertarik sama sekali. Namun, ia memilih untuk tetap diam dan mengikuti Annabeth ke meja terdekat. Annabeth meletakkan buku itu di meja, yang menghasilkan bunyi berdebum yang cukup keras. Detik itu, Percy semakin yakin kalau buku itu sangat membosankan.

Percy memilih membaca kertas yang ia pegang, yang, untungnya, ditulis dalam bahasa Yunani. Ada gambar Poseidon tengah berdiri di sebelah seekor singa bersurai keemasan. Ada beberapa kalimat dalam bahasa Yunani, dan di bawah larik itu terdapat kalimat yang tidak dapat Percy pahami. Tepi kertas tersebut seperti disobek, seperti halaman yang dicabut dari bukunya.

"Percy, lihat. Buku ini sepertinya sobek" panggil Annabeth. Percy menoleh. Benar saja, halaman yang ditunjukkan Annabeth robek sebagian. Ada tulisan terpotong di sana. "Bagaimana bisa sobek, ya? Aku lihat halaman ini ditulis dengan bahasa Yunani"

"Tunggu" Percy menggeser buku itu tepat di hadapannya. Ia menggabungkan kertas yang sobek di halaman itu. Pas.

"Jenius!" Annabeth mendekat dengan tertarik. "Tulisannya berhubungan"

"Yeah, aku tahu" Percy menyipitkan matanya, berusaha membaca tulisan di halaman yang kini utuh tersebut. "Tulisannya.. Alohomora de Raidho? Apa artinya?"

Belum sempat Annabeth menyahut, seberkas cahaya putih memancar dari buku tersebut dan memenuhi perpustakaan. "Percy, this is your fault"

~#~

Annabeth mengerjap. Ia berada di sebuah kompartemen kereta api. Di sebelah kirinya, ada Percy. Ekspresinya kaget bercampur bingung. Dan di sebelah kanannya, duduk seorang remaja laki-laki berambut pirang. Annabeth kira usianya enam belas tahun, lebih muda satu tahun darinya dan Percy.

Di hadapannya, ada dua orang perempuan dan satu laki-laki yang mirip dengan laki-laki berambut pirang di sebelahnya. Mungkin mereka bersaudara.

Perempuan yang lebih muda berambut cokelat hazel. Umurnya mungkin dua belas tahun. Perempuan di sebelahnya, berambut cokelat tua seperti warna rambut Hazel Levesque. Dan dari garis wajah dan ketajaman matanya, Annabeth langsung tahu kalau perempua itu pandai.

Laki-laki di sebelah perempuan itu mengingatkan Annabeth pada putra Hades, Nico. Dengan rambut hitam, kulit pucat, dan ekspresi dinginnya.

"Dia mirip Nico" bisik Percy. Lalu, pandangannya beralih pada laki-laki di sebelah Annabeth. "Wise girl, tukar"

Annabeth berkedip dan menyadari sesuatu. "Possesive much, huh?"

"Whatever" dan mereka bertukar tempat.

Annabeth melihat ke bawah, dan baru menyadari pakaiannya berubah. Kini ia mengenakan kemeja putih polos dilapisi kardigan abu-abu. Dan ia--Annabeth tidak bisa percaya--mengenakan rok hitam di atas lutut dengan stocking abu-abu gelap. Dan sepatu ketsnya berubah menjadi sepatu boot hitam.

"Wise girl, apa yang kau--"

"Ssh.." Annabeth mendesis, menghentikan komentar Percy. "Lihat sendiri pakaianmu"

Percy menunduk dan terbelalak. Kini ia mengenakan kemeja biru tua dilapisi jas sekolah berwarna hitam. Sepatu kets putihnya berubah menjadi sepatu kets hitam legam.

"Dasar Aphrodite" gerutunya. Laki-laki di sebelahnya menatap Percy heran.

"Aphrodite?" Percy bertukar pandang dengan Annabeth.

"Mm.. Tidak, bukan apa-apa" Percy mengulum seulas senyum.

"Apa kalian akan ke tempat Profesor Kirke juga?" tanya gadis yang berambut pendek.

"Siapa?" tanya Percy. Annabeth menendang tulang keringnya. Mengaduh pelan, Percy meralat ucapannya. "Oh, maksudku iya. Kami akan ke tempatnya"

"Seaweed brain, menurutmu ini di mana?" bisik Annabeth.

"Entahlah" Percy balas berbisik. "Tanyakan saja pada mereka"

Annabeth menatap Percy seakan pacarnya itu sudah gila. "Impossible!" desisnya.

Kemudian mata Annabeth menangkap sebuah surat kabar di meja. Ia mengambilnya. Di pojok kanan atas, tertera tulisan 'England, 12 September 1942'

"Apa?!" teriaknya. Menyadari kebodohannya, ia langsung menutup mulut. Semuanya, tak terkecuali Percy, menatapnya heran. "Maaf.."

"Yeah, tidak apa-apa" kata gadis berambut pendek riang. "Namaku Lucy Pevensie"

"Annabeth Chase" Annabeth balas tersenyum.

"Ini kakakku, Peter, Susan, dan Edmund" jadi, yang pirang itu Peter, perempuan yang lebih tua itu Susan, dan yang mirip Nico itu Edmund.

Lucy menoleh pada Percy. "Kau belum menyebutkan namamu"

"Oh--yeah," Percy seakan tersadar dari lamuanannya. "Percy Jackson"

"Kalian berkerabat?" tanya Peter. Percy dan Annabeth bertukar pandang bingung--sekali lagi.

"Mm.. Actually.." Annabeth mencoba menjawab.

"Pete!" Susan memotong ucapan Annabeth. "Kita sudah sampai!"

Annabeth menghembuskan napas lega. Mereka turun dari kereta dan berdiri di pinggir jalan.

Selang beberapa detik, lewat sebuah mobil kuno. Kemudian, mereka mendengar derap kaki kuda dari kejauhan. Dari ujung jalan, muncul kereta yang ditarik seekor kuda. Kereta tersebut dikemudikan oleh seorang wanita paruh baya dengan kacamat bulat. Kereta tersebut berhenti.

"Ny. Marcready?" Peter memastikan.

"Tepat sekali. Naik sini, anak-anak.."

~#~

Time And SpaceWhere stories live. Discover now