E

1.6K 189 9
                                    

Percy berjalan perlahan menuruni lembah. Seiring langkah kakinya, mulutnya menceritakan semuanya. Mulai dari dewa-dewi Yunani, pertemuannya dengan Annabeth, sampai perang Gaea. Ia juga menceritakan bagaimana ia bisa sampai di sini. Sesekali Annabeth menambahkan detail-detail kecil.

"Kira-kira begitulah" Percy mengakhiri ceritanya.

"Jadi ceritamu waktu itu nyata?" Lucy menatap Annabeth takjub.

Annabeth mengangkat bahunya. "Begitulah"

"Kalian benar-benar seorang demigod? Menakjubkan," celetuk Peter. "siapa orangtua kalian?"

"Ayahku Poseidon dan ibuku manusia biasa. Oh, aku juga punya seorang ayah tiri" jawab Percy. Sebenarnya ia sungguh ingin tertawa melihat ekspresi Peter.

"Bagaimana denganmu?" Susan bertanya pada Annabeth.

"Ibuku Athena, dan ayahku adalah seorang dosen di San Fransisco" jawabnya sembari menyarungkan belati.

"Bagaimana masa depan itu?" tanya Lucy.

"Banyak teknologi baru. Kau akan sangat terkejut melihat perkembangan kota. Terutama New York. Kota itu seperti tidak pernah tidur"

"Menakjubkan," bisik Peter.

"Tak lebih menakjubkan dari tempat ini" kata Percy.

"Bukan," sergah Peter. "kita sudah sampai"

Percy membeku. Ia memandang lurus ke depan. Benar saja, mereka kini berada di depan sebuah base camp yang cukup luas. Penghuni base camp tersebut adalah centaur. Banyak sekali centaur di sana, lebih banyak dari kumpulan kuda poni pesta. Ada yang tengah mengasah senjata, berlatih bertarung, dan mengobrol.

Mereka maju, dan berpasang-pasang mata menatap mereka. Ekspresi centaur tersebut campur aduk. Ada yang senang, heran, bingung, bersyukur, takjub, bahkan ada seekor centaur kecil yang terlihat takut. Mereka mendekat ke salah satu centaur yang tampak seperti pimpinan mereka.

Peter menarik pedangnya dan menunjukkannya di depan centaur tersebut. "We need to meet Aslan"

Centaur tersebut berbalik dan menghadap ke sebuah tenda berwarna merah. Semua centaur berlutut. Pintu tenda tersebut berkibar, dan dari dalamnya keluar seekor singa bersurai keemasan yang Percy kenali sebagai singa yang ada dalam mimpinya. Ketiga Pevensie dan kedua Beaver langsung ikut berlutut. Kebingungan, Percy dan Annabeth juga berlutut.

"Berdirilah, raja dan ratu Narnia" kata Aslan. Ketiga Pevensie bangun. "Kalian juga, tuan dan nyonya berang-berang"

Mr. Beaver berdiri dan menatap Aslan dengan takjub. "Tuanku Aslan, suatu kehormatan besar"

"Terima kasih banyak" Aslan menatap Percy dan Annabeth yang masih berlutut. "Tak usah berlutut, saudara dan kerabatku"

Percy berdiri. Ia menatap Aslan dengan tercengang. "Saudara?"

"Tentu saja. Aku juga putra sang laut" perkataan Aslan sukses membuat Percy semakin terperangah.

"Percy" Annabeth menyenggol bahu Percy.

"Apa? Aku terkejut, tentu saja. Tak setiap hari kau mendapati kakak tirimu adalah seekor singa penguasa dunia"

Sungguh kalau boleh Percy sangat ingin berteriak kepada Poseidon detik itu juga, seperti, Hei, yah. Apakah belum cukup kau beri aku saudara dengan bentuk bermacam-macam? Tidak adil. Setelah Tyson mengklaimnya sebagai kakak, ia semakin tidak ingin memusingkan pasal saudara tirinya. Meskipun hal tersebut sangat menyebalkan, sebenarnya.

"Ke mana yang satu lagi?" suara Aslan menyentak Percy ke realitas.

"Ia kabur dan mendatangi Jadis" jawab Peter dengan nada masam.

"Bisakah kau temukan dia?" pinta Susan.

"Tentu saja. Sebelumnya, kalian bisa bersantai sejenak. Peter, aku ingin bicara denganmu. Percy dan Annabeth, kalian juga ikut"

Aslan berjalan menjauh. Peter, Percy, dan Annabeth mengikutinya. Mereka berjalan menyusuri base camp tersebut. Percy menggenggam tangan Annabeth sembari mendengarkan percakapan Aslan dengan Peter.

Sampailah mereka pada topik Perkemahan Blasteran. Mereka mengobrol macam-macam. Saat itulah terdengar suara terompet berburu dari kejauhan.

"Susan!" Peter berlari menuju sumber suara. Percy dan Annabeth berpandangan, dan ikut berlari.

Mereka berhenti di tepi sungai, mendapati Peter tengah menghadapi serigala. Susan dan Lucy di atas pohon, berteriak. Aslan menangkap salah satu serigala tersebut dengan cakarnya, sementara Percy hendak maju, namun Aslan menahannya.

"Tidak. Ini pertarungannya" cegah Aslan.

Percy menyaksikan dengan ngeri ketika serigala tersebut melompat ke arah Peter. Peter dan serigala tersebut bergulingan di tanah. Susan dan Lucy melompat turun dan menghampiri Peter, ketika tubuh serigala tersebut terguling ke samping dan Peter berdiri.

"Oh, Pete! Thanks godness!" Susan dan Lucy memeluk Peter.

Aslan melepaskan serigala di kakinya, dan serigala tersebut langsung kabur. Aslan memberi isyarat pada sang centaur. "Oreus, ikuti dia. Ia akan menuntunmu pada Jadis. Selamatkan Edmund"

"Oh, dan selamat. Peter Pevensie, sang pemusnah serigala"

~#~

I'm back. Lagi-lagi saya minta maaf karena telat update. Terima kasih yang sudah mau menunggu dengan sabar. Saya tidak mau beralasan macam-macam, jadi itu saja. Oh ya, satu lagi. Kalau ada yang mau kasih saran, bisa kok. Saya terima.

Keep vote+comment guys!

Time And SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang