chapter 17

3.3K 168 9
                                    

"Are you okay now?" Tanya Cameron sambil membaringkan tubuhku di kasur.

"Yeah.." Kataku singkat sambil menyandarkan kepalaku di tempat tidur.

"Anyway , i almost knew that boy."

"Who?"

"Your ex..." Katanya.

"Who? Well.. why you really want to know who is he?" Tanyaku bingung.

"Because its the only way that i can learn Indonesia." Katanya.

"Well.. i can teach you."

"Really?"

"Yeah. We start now." Kataku sambil bangkit dari tempat tidur.

"No, you're not well.." Katanya.

"Im okay. Now ? Or never Cam?" Kataku.

"Okay, but you promise me you okay right ?"

"Yes im alright." Kataku. "Lets start."

Setelah 3 jam berlali, aku mengajari Cameron bahasa Indonesia. Semua yang ku ajari ternyata sudah di pelajarinya.

"Sial. Jadi apa yang belom lo bisa? Semua yang gue bilang lo tau." Kataku kesal sambil menatapnya.

"Tidak tau." Katanya enteng sambil menatapku yang kesusahan.

"Jadi lo uda bisa bahasa indo kan?" Tanyaku melotot.

"I think so."

"Yauda kalo gitu , awas lo pake inggris depan gue maupun belakang gue , kalo lo ketaun pake inggris , gue denda perkata 5 rbu." Kataku sambil menampakan senyum licikku.

"Oke. Tapi.. bolehkah aku bertanya ? Siapa pria itu? Mantanmu itu."

"Kepo." Kataku singkat lalu masuk ke dalam kamar dan membantingkan badanku ke tempat tidur yang empuk itu.

Tiba tiba , telepon dari luar berbunyi , yang pastinya punya Cameron. Aku pun menempelkan telingaku di pintu kamarku ini

"Yes , maksudku iya. Iya aku pake indonesia , kenapa? Tidak , perempuan itu yang mengajarkan. Oke aku pelankan. Hah? Untuk apa? Masalah itu? Sekarang? Baiklah."

"Apa sih yang di bicarakan." Batinku penasaran.

"Em...--

Tiba tiba pintu kamarku terbuka , dengan reflek aku pura pura ingin ke kamar mandi.

"Apa?"

"Aku harus pergi sebentar." Katanya sambil mengambil kunci mobil.

"Kemana?" Tanyaku mundurkan langkah ke belakang.

"Hm.. kerja kelompok." Katanya.

"Kerja kelompok apa?"

"Jangan kepo. Kamu bisa aku tinggalin sebentar kan?" Tanyanya sambil membuka kenop pintu.

"Yaps." Kataku penasaran

"Anyway , bahasa indonesia ga se susah yang aku pikirin ya. Dadah...." Katanya lalu menutup pintu kamar ku dan pergi.

Dia pergi kemana ya?

Cameron's POV

Dengan cepat aku turun dari lantai dua dan berjalan menuju pintu depan. Dengan segera aku masuk ke dalam mobil sport merah dan melaju dengan cepat ke tempat tujuan.

Selama ini , belum ada yang tau tentang apa yang aku kerjakan. Yap , yang aku kerjakan bisa di bilang baik dan buruk. Sebenarnya , aku tidak ingin beresembunyi di balik pekerjaan ini, aku ingin menjadi normal.

"Eh Will , lo dimana?" Kataku pada seseorang yang sedang ku telepon ini

"Gue di dalam , lo masuk aja." Katanya.

Aku pun turun dari mobil dan berjalan ke dalam rumah kosong yang bewarna putih ini.

"Eh bro.. lama uda ga ketemu ya." Kata laki laki yang tangannya penuh dengan tato itu.

"Ya." Kataku singkat.

"Jeh , lo masih mau lanjutin kerjaan ini kan? Lo uda gue kasih waktu sebulan buat vakum." Lanjutnya sambil melangkah mendekat kepadaku yang bersandar di beton ini tanpa melirik ke hadapannya.

"Hm. Kalo itu yang lo mau yauda." Kataku.

"Oke. Jadi gimana? Itu cewe? Yang tinggal sekamar sama lo yakan?" Tanyanya yang membuatku berpaling kepadanya.

"Bukan dia." Kataku sambil menghela napas. "Temennya." Lanjutku.

"Oh. Kan gue cuma nanya. Bukan dia ya berarti? Padahal leh ugha tu."

"Awas aja lo sentuh dia."

"Iye iye. Jadi rahasia kita aman kan sampe sekarang?" Tanyanya lagi.

"Hm." Kataku singkat. Karena emang moodku kali ini tidak baik. Karena aku harus kembali bekerja dengan pria bajingan ini yang memaksaku bahkan sampai mengancamku.

"Jadi , lo masi pura pura polos ya sama tu cewe?"

"Hm."

"Lo pura pura gabisa indo?"

"Hm."

"Bagus lo."

"Itu kan lo yang mau buat rahasia kita aman."

"Yap. Btw , nama cewe yang kita mau gunain siapa?" Tanyanya yang membuatku menghela napas dalam-dalam

"Luna , Luna Blaise." Kataku.

"Oke , kasih gue identitasnya. Dari keluarga , temen , alamat , dan apapun itu yang tentang dia."

"Oke. Gue cabut ya." Kataku sambil mengangkat tangan kiriku dan menatap William satu detik lalu menghilang dari tempat itu.

Sorry Luna. Batinku menjerit.

Emma's POV

Kok lama sih? Dimana dia?

2 jam berlalu , Cameron belum pulang dari tempat kerja kelompoknya. Setau aku , tidak ada proyek yang harus di kerjakan. Tapi kenapa Cameron kerja kelompok?

Eh dia kaga tersesat kan? Kok gue khawatir ya? Emang gue siapanya?

Tiba tiba , pintu luar berbunyi. Cameron pulang.

"Where have you been?" Tanyaku saat menatapnya yang berwajah lesu.

"English huh?"

"Eh iya gue lupa."

"Dari kerja kelompok Emma.." Katanya sambil memberikan seulas senyuman pahit. Aku yakin, ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Aku mandi dulu ya." Katanya lalu melempar handphonenya di tempat tidur dan membuka kaos putihnya itu di hadapanku.

Sial.

Aku pun berbalik ke belakang. Pipiku memanas dan memerah. Sial sial....

"Kenapa?" Tanyanya sambil menatap punggungku.

"Gak , ga- gaapa kok. Sana buru mandi." Kataku.

Setelah itu , Cameron langsung masuk ke dalam kamar mandi, aku mendengan tawa kecilnya sebelum masuk ke kamar mandi. Shit...

Aku menatap layar handphone Cameron yang terletak di atas tempat tidur. Nama pengirimnya adalah , William.

William : Mana identitas Luna? Cepetan kirim.

Hah? Luna? Siapa William?

******

Pada penasaran siapa William? Dan apa yang mereka kerjain? STAY TUNE YAAAAAA. gue bakal nge publish secepat mngkin karena gue juga penasaran lanjutannya gimana , soalnya gue juga gatau. Hehhehehehehhe

MUAHHH LEP YUU

My Sexy Nerd [COMPLETED]Where stories live. Discover now