Chapter 12

260 24 4
                                    

Sebelum baca chapter ini, seenggaknya kalian nonton film atau last scene-nya Train to Busan ya biar lebih dapet feel-nya hehe..
I'm back for you, guys..
Happy Reading, readers.. 😇

Author's POV
Setelah mereka bertiga memasuki ruangan bioskop itu, tanpa disangka juga kursi bioskop yang sudah dipesan oleh teman-temannya Alenta letaknya dekat dengan kursi milik Martin dan Peter.

Apalagi, kursi Alenta berada di antara kursi Maddie dan Martin. Tepatnya lagi, kursi Martin berada di sebelah kiri dari kursi yang akan diduduki oleh Alenta.

Sangat kebetulan yang tidak terduga.
Tak lama kemudian, filmnya akan dimulai dan lampu di ruangan bioskop itu sudah mulai redup.

-SKIP- (Nonton Film)

Ketika film Train to Busan itu akan berakhir, tiba-tiba ada adegan yang mempertunjukkan tentang seorang ayah yang sudah terkena gigitan dari zombie.

Ketika sang ayah merasa bahwa dirinya akan berubah menjadi zombie, sang ayah langsung membawa anak perempuannya dan seorang wanita hamil yang masih selamat untuk masuk ke dalam kereta yang masih berjalan menuju stasiun Busan.

Pada saat itu, ayah tersebut berpesan kepada anaknya untuk selalu menghormati wanita hamil yang selamat tersebut.

Ketika ayah tersebut berbicara seperti itu, tangisan antara ayah dan gadis kecil itu semakin meledak-ledak.

Tak lama kemudian, ayah itu keluar dari kereta dan langsung meninggalkan gadis kecilnya yang masih mengeluarkan air mata yang cukup deras.

10 detik kemudian, ayah tersebut langsung menjatuhkan diri ke luar kereta dan nyawanya pun tidak tertolong lagi.

Alenta's POV
Kenapa film ini membuatku nangis sampai tersedu-sedu sih, batinku sambil mengusap air mataku yang masih mengalir deras.

Tiba-tiba dari sebelah kiriku, terdapat sebuah tangan yang memberikan selembar sapu tangannya kepadaku.

Siapa lagi kalo bukan Martin.

Martin ini pengen buat aku baper apa gimana sih?, batinku lagi. Kan aku juga malah baper jadinya.

"Makasih ya.." ucapku.

"Iyaa, sama-sama.." balasnya.

Setelah filmnya tamat, aku sama temen-temenku langsung keluar dari ruangan bioskop dan langsung berselfie ria.

"Ehem, gue nggak diajak nih.." ucap Peter.

"Eh, emang loe mau selfie bareng? Ayo buruan, biar minta tolong mbak penjaganya buat fotoin kita. Gimana?" balas Lily.

"Ya udah, mbak bisa minta tolong buat motoin kita nggak? Please.." ucap Maddie.

"Oh, boleh mbak.." sahut mbak si penjaga.

Ketika semua mencari posisi yang enak tapi, kenapa posisi Martin berada di dekatku ya? Semoga aja aku nggak blushing.

"1,2,3..." ucap mbak si penjaga.

Pada saat berfoto tadi, aku kok merasa kalo tangan kanannya Martin itu ngerangkul bahuku ya?

Eh, perasaanku aja kali ya. Alenta, kamu jangan ge-er.

Setelah berfoto ria, akhirnya kami bubar dan saling bepergian satu sama lain.

Aku bersama temen-temenku sedangkan Martin bersama Peter.
Martin juga melambaikan tangannya kepadaku yang menandakan bahwa dia ingin mengatakan good bye.

Aduh, Martin jangan ngelakuin itu deh.. Tapi, aku juga seneng kalo Martin say bye-bye ke aku.

Semoga kita bisa bertemu lagi ya Martin. Hari ini tidak akan pernah aku lupakan. Aku janji dan aku harap kamu memiliki pemikiran yang sama sepertiku.

Hayo, how about Martin?
Vote or Comment please. 😇

Never Thinking (Martin Garrix & Hailee Steinfeld) (Completed)Where stories live. Discover now