Part 14

717 77 7
                                    

Menunggu proses pembedahan yang dilakukan pada Shinhye, Yonghwa merasa sekujur tubuhnya kaku. Ia tidak siap dengan segala kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi. Bila itu sungguh-sungguh terjadi, rasa sesalnya seumur hidupnya. Ia menyayangi gadis itu. Ia tidak mau kehilangannya. Tanpa terasa tetes air membayang di kedua belah matanya. Ia menyesal pagi tadi tidak mengacuhkannya. Seharusnya ia tanggalkan rasa kesalnya itu. Seharusnya ia bersikap seperti beberapa hari terakhir ini.
Selama 4 jam ia menunggu dengan sangat cemas, akhirnya Shinhye keluar dari ruang bedah. Jongsuk dan kedua orangtuanya menemaninya di kamar, ia hanya melihat dari kejauhan. Semoga semuanya akan baik-baik saja.

Shinhye membuka mata saat Jongsuk ada di sisinya. Ayah ibunya berada di sofa di ruangan itu.
"Shinhye-ya, kau bangun?" tanya Jongsuk. "Abeo-nim, Eommo-nim, Shinhye bangun." beritahunya. Segera keduanya menghampiri ranjang.
"Shinhye-ya, kau bangun?" tanya Eomma seraya memeluknya.
"Eomma." panggil Shinhye pelan.
"Syukurlah kau bangun, Nak!"
"Appa..."
"Ini, Appa. Mana yang terasa sakit?" ganti ayahnya yang memeluk. Shinhye menggeleng.
"Hanya pusing." ringisnya.
"Kalau begitu istirahatlah!" Shinhye mengangguk. Orang tuanya kembali ke Sofa, dan tidak berani mengajaknya banyak bicara dulu. Tapi merasa lega Shinhye sudah sadar, setelah beberapa jam tegang dan cemas.
"Jongsuk-ah, mana Yonghwa?" suaranya sangat pelan.
"Dia tadi ada di sini tapi sekarang sudah pulang. Ini sudah malam, Shinhye-ya."
"Apa dia baik-baik saja?"
"Ya, dia baik-baik. Tidurlah! Jangan pikirkan apa pun." Shinhye mengangguk.
Malam itu ayah Shinhye yang menunggu di Rumah Sakit, ibunya pulang dengan diantar Jongsuk. Sementara Jongsuk meminta kepada ayahnya untuk mengundur keberangkatannya hingga 2 hari ke depan. Ayahnya mengabulkan, ia mengerti pada kondisi yang dihadapinya.
🐜

Hari itu Shinhye dikunjungi sahabat kecilnya, In Young, yang memaksa ingin menengok ke Rumah Sakit. Ia sudah gelisah sejak diberitahu Shinhye harus menginap di Rumah Sakit beberapa hari karena mengalami kecelakaan. Bersama ibunya dan Yonghwa sore itu mereka berangkat ke Rumah Sakit. Jongsuk yang tetap setia di samping Shinhye tidak kuasa menolak kunjungan mereka sementara ibunya Shinhye sangat membuka pintu lebar-lebar.
In Young sudah langsung naik ke atas tempat tidur Shinhye.
"Permisi, Oppa! Boleh aku naik ke atas kasur?" pintanya sebelum itu.
"Boleh tentu saja, ayo... Oppa gendong!" Jongsuk mengangkat tubuh mungilnya dan mendudukannya di atas kasur.
"Gomowo, Oppa!" ucap In Young.
"Iya, Sayang!" senyum Jongsuk terkesan.
Sementara ibunya sudah terlibat pembicaraan dengan ibunya Shinhye. Pada saat itulah Jongsuk mengajak Yonghwa keluar kamar.
"Aku ingin bicara."
"Ne."
"Ikutlah denganku!"
Jongsuk mengajak ke atap, ia berjalan lebih dulu, Yonghwa mengikutinya di belakang. Begitu tiba di sana, langsung Jongsuk bersuara.
"Aku sangat menyesalkan kejadian ini, tapi seperti yang orang-orang bilang, Shinhye sengaja menerjang mobil itu untuk melindungimu. Meski sangat marah aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena Shinhye sudah memilihmu. Walau aku lebih lama mengenalnya, tapi mungkin aku juga sudah mengecewakan dan menyia-nyiakannya. Andai dia memberiku kesempatan lagi, aku pun tidak akan membuang kesempatan itu. Tapi dia telah menutupnya untukku. Untuk itu aku minta kau tidak menyakitinya sebagaimana yang pernah aku lakukan dulu padanya, tidak mengecewakannya dan membuatnya menangis karena sedih. Namun jika memang kau tidak menginginkannya seperti selama ini yang aku lihat, kau tidak peduli padanya, aku minta detik ini juga tinggalkan Shinhye, jangan membuatnya berharap." tutur Jongsuk panjang.
Yonghwa merasa sedang diajak bicara oleh calon kakak iparnya. Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi untuk mencintai gadis yang sangat ia sayangi itu.
"Aku merasa setiap kali melihatmu datang mengganggu dia, aku kesal padamu. Aku rela melakukan apa pun untuk membuat Shinhye tidak menangis setiap kali bertemu denganmu. Itu yang aku rasakan padanya. Terang aku tidak ingin membuatnya sedih, dan aku kesal karena ia tidak menanggapi ungkapan hatiku. Aku memang baru menyadari perasaanku saat kau hadir dan mengganggunya. Tapi tidak berarti aku tidak tulus menyayanginya. Sebab aku tidak mau kehilangan dia. Aku tidak akan meninggalkannya apa pun yang terjadi, Lee Jongsuk-ssi. Kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjaganya. Jika kemudian ada peristiwa ini, aku pun sungguh sangat menyesal. Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanannya ini. Kau bisa pegang omonganku. Namun jika nanti ternyata aku terbukti tidak menepatinya, kau boleh lakukan apa pun padaku. Bukan hanya sekedar menenggelamkanku di sungai Han." yakin Yonghwa bersungguh-sungguh.
"Oke. Aku pegang omonganmu. Besok malam aku pergi ke Italia, mungkin aku tidak kembali. Tapi kau jangan berpikir lepas dari janjimu, sebab sekali saja kau membuatnya menangis, aku bisa langsung datang untuk menenggelamkanmu di sungai Han. Kau dengar?"
"Ya, aku mendengarnya. Walau kau sangat berlebihan tapi aku anggap itu sebagai cara kau menebus dosamu pada Shinhye. Aku hargai itu."
"Aku menitipkan dia padamu, Yonghwa-ssi! Aku sungguh menyesal dengan yang telah kulakukan padanya. Saat kau semakin dalam mengenalnya, kau paham apa yang kumaksudkan. Dia bukan yang terbaik, tapi dia istimewa. Kau akan sulit menemukannya lagi yang seperti dia." urai Jongsuk lirih.
"Terima kasih untuk kepercayaannya padaku, Jongsuk-ssi. Dan selamat jalan! Semoga kedepannya kita bisa menjadi teman." Yonghwa mengasongkan tangannya untuk berjabatan. Jongsuk menerimanya.
"Maafkan juga aku yang telah membuat kacau hari-hari kalian belakangan ini. Kau harus tahu penyesalan di belakang hari sangat menyakitkan. Semoga kau tidak salah memutuskan dan tidak ada penyesalan nantinya."
"Ne. Terima kasih untuk advise-nya. Aku akan selalu ingat itu..."
Keduanya lantas berlalu, meninggalkan atap Rumah Sakit. Jongsuk langsung pamit setelah itu.
"Mungkin ini hari terakhir aku menemanimu, Shinhye-ah. Besok malam aku sudah terbang ke Italia. Harusnya kita makan siang bersama dulu sebelum aku betul-betul pergi, sebab mungkin aku tidak akan kembali. Tapi kejadiannya malah seperti ini. Maaf aku sudah menyusahkanmu! Dan terima kasih untuk hari-hari terakhir kita. Sampaikan juga permohonan maafku pada teman-temanmu, Hacci! Semoga kita masih bisa bertemu suatu saat nanti." pamit Jongsuk panjang. Shinhye malah bengong.
"Jongsuk-ah..."
"Harusnya aku pergi kemarin, tapi kondisimu masih mengkhawatirkan. Sekarang kau sudah semakin sehat. Aku bisa meninggalkanmu."
"Jongsuk-ah, mianhe!"
"Cepat sembuh, ok? Aku menepati janjiku untuk pergi. Anyong, Shinhye-ya!"
"Jongsuk!" Shinhye speacless. Pemberitahuan Jongsuk sangat mendadak.
Jongsuk juga pamit pada ibunya Shinhye, menyalami ibunya Yonghwa dan In Young. Baru melangkah keluar.
"Kau bawa mobil?" tanya Yonghwa.
"Ya. Kau tidak perlu mengantarku! Akan aneh sekali tiba-tiba kau berbaik hati padaku. Masuklah sana!"
"Ne. Anyonghaseyo, Lee Jongsuk-ssi!"
"Anyong, Jung Yonghwa-ssi!"
Pemuda tampan itu berjalan tak menoleh lagi. Yonghwa memandangnya hingga punggungnya menghilang di balik lift yang membawanya turun. Ia menghembuskan napas.
Kejutan demi kejutan datang beruntun. Jika Jongsuk pergi, Yonghwa tak perlu risau lagi. Namun entahlah! Pada kenyataannya Shinhye meneteskan air mata saat Jongsuk pamit padanya. Yonghwa tidak segera memasuki kamar Shinhye lagi. Ia memilih duduk di kursi tunggu sambil melayangkan pandangan ke arah yang jauh. Ke hamparan rumah penduduk di bawah sana, dan langit yang melengkung serupa cendawan di musim hujan. Malam segera menjelang. Ia tidak merasa sangat tenang.
🐜

Shinhye pulang pada hari kelima, kondisinya secara umum sudah baik. Tinggal proses pemulihan di rumah. Beberapa hari belum bisa berangkat sekolah, di rumah pun tidak banyak yang bisa dilakukannya. Hanya tidur, makan dan duduk istirahat. Lukanya itu di dalam, jadi tidak tampak dari luar. Tampak luar ia terlihat segar entah di dalam sana. Untuk itu Soojung sering datang untuk memberitahukan pelajaran, sedang Yonghwa setiap kali datang hanya untuk melihatnya saja sebentar.

TBC...

Yaaa.... Jongsuk-nya udah pergi, Readers! Jadi nggak seru lagi deh.....

Sudah mendekati akhir kok... tinggal 1 part lagi, penutup.

Coba, ada ide ngga? Kira-kira endingnya yang maknyus seperti apa?

Author agak keteteran nyari ide untuk endingnya ni... Tadinya sih part ini ending, tapi kurang cantik. Terlalu menggantung.

Jadi yang mau sumbang ide, boleh comment ya! Siapa tahu bisa diakomodir dan jadi ending yang aduhai.... ok?!

Thank's untuk vote n comment-nya! Juga untuk yang tetap setia baca walau tanpa voment... I love you all! 😘😘😘

Love Is Real ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang