Part 5

530 68 8
                                    

Terburu-buru ia menyeruput minumannya, malah tak sampai tandas ia buru-buru berdiri.
"Kita pergi sekarang aja yu!" ajaknya dengan gaya yang juga tergesa-gesa.
"Ngapain sih cepet-cepet? Baru juga separo..." Seohyun mengaduk minumannya.
"Iya, gua juga belum selesai." Minhyuk menimpali.
"Dibawa ke mobil aja, di mobil dilanjut minumnya." ia memaksa.
"Lo aja sana pulang! Repot amat. Lagian pulang bareng juga tetep nggak sama-sama." kali ini Jungshin yang menepis.
"Tapi keluarnya kita bareng-bareng. Ayolah, Yonghwa-ssi. Oeh?"
"Nggak." Yonghwa tandas.
Soojung menghembuskan napasnya keras. Rautnya terlihat gelisah. Sesekali pandangannya meneleng ke salah satu pojokan.
"Bener ni nggak ada yang mau temani gua pulang? Seohyun?"
"Gua juga bawa mobil."
"Kita konvoi, Hyun-ah."
"Elo ini kenapa sih? Aneh tahu nggak, kalakuan lo hari ini..." damprat Yonghwa. Soojung meniup poninya sendiri.

Masalahnya bukan tidak berani pulang sendiri, tapi khawatir cowok misterius itu mengejarnya. Sebab kelihatannya begitulah yang akan terjadi, setelah ia gagal membawa Shinhye ke hadapannya.
"Ya udah, kalau gitu gua duluan. Dah, semua!" Soojung melangkah, setelah membayar minumannya, lurus langkahnya ke arah pintu keluar dari Cafe. Tanpa lirik kiri kanan. Anak-anak agak bingung dengan tingkahnya, tapi diabaikannya saja.

Di sudut sana, seperti yang Soojung duga, Jongsuk berdiri dan cepat-cepat menyusulnya keluar.
"Soojung-ssi!" panggilnya. Soojung pura-pura tidak mendengar. "Soojung-ssi, chakaman!" Soojung menghembuskan napas. Pelahan membalikan tubuh, seulas senyum diurainya tipis.
"Anyong, Jongsuk-ssi!" sapanya saat Jongsuk tiba di depannya.
"Ne. Mianh, aku mengganggumu!"
"Aniyo. Kita harus bicara di suatu tempat?" terkanya.
"Aku kira begitu, Soojung-ssi. Kau bersedia kan?" tatapan Jongsuk bagai mengandung magnet. Soojung tak kuasa menolak. "Tapi sebentar, barangku tertinggal di dalam."
Jongsuk berlari kembali ke dalam, pada saat itu Soojung melihat teman-temannya melongokan wajah padanya. Malah Minhyuk paling depan. Tapi belum sempat melakukan sesuatu, Jongsuk sudah kembali nongol dan tanpa kompromi membawanya pergi.
"Dhuguseo? Cowok itu, kenapa Soojung ikut dia?" Minhyuk menatap teman-temannya panik.
"Mungkin gebetannya, siapa lagi?" Yonghwa sangat tidak peka.
"Tidak mungkin. Gua nggak pernah lihat cowok itu sebelumnya." Minhyuk menggeleng keras.
"Lihat... mereka naik mobil cowok itu, Soojung tidak membawa mobilnya!" tunjuk Jonghyun kala dilihatnya Soojung meninggalkan mobilnya dan mobil lain yang membawanya melaju meninggalkan cafe.
"Mereka mau kemana?" Minhyuk makin panik. Diambilnya ponsel, ditekannya nomer kontak Soojung, tapi  tidak ada jawaban.
"Ini pasti ada yang nggak beres!" cetusnya cemas.
"Mungkin. Kalian lihat wajah Soojung tadi waktu minta kita pulang bareng? Gelisah sekali. Gua rasa dia minta perlindungan kita saat minta pulang bareng tadi.." Jungshin menganalisa.
"Maksud lo, cowok tadi nyulik dia? Cowok seganteng itu?" Yonghwa tidak percaya.
"Justru kalau Soojung ngasih respon baik, pasti bukan masalah. Dia tadi tampak aneh, mungkin bener Soojung minta bantuan kita tapi dia nggak berani ngomong sebab mungkin saja dia sudah melihat orang itu ada di ruangan ini juga." Jonghyun menperkuat analisa Jungshin.
"Ah, teleponnya tidak diangkat terus..." Minhyuk sekarang putus asa sambil setengah melempar ponselnya ke atas meja.
"Aku sejak awal melihat cowok tadi duduk di sana, sendiri dan tenang. Apa memang dia sengaja menunggu Soojung di sini?" Seohyun turut bersaksi.
"Kita harus kejar dia.." putus Minhyuk cepat sambil lantas berlari keluar. Yang lain segera mengikuti, termasuk Seohyun.
"Hyun-ah, lo pulang! Jangan ikut kita." larang Yonghwa saat menaiki mobil yang dikemudi Minhyuk. Tapi mobil mereka tidak bisa bergerak. Mobil yang membawa Soojung entah mengarah kemana. Mereka kehilangan jejak.
🐜

Soojung menyilangkan keduatangannya di dada. Pandangannya terbuang jauh ke luar jendela. Sesak dadanya terasa.
"Steaknya dihabisin, Jung-ssi!" Jongsuk menyorongkan piring dihadapannya yang sejak beberapa saat lalu sudah ia campakan. Selera makannya hilang usai Jongsuk bercerita.
Mengerti ia sekarang, kenapa nama Lee Jongsuk bagai momok yang menakutkan bagi Shinhye. Andai pun ia yang mengalami hal itu, reaksi yang sama akan ia lakukan. Atau bahkan lebih buruk lagi dari itu, dari sekedar menyembunyikan diri dari Jongsuk.
"Sekali lagi aku mohon pengertianmu, Soojung-ah! Sungguh tidak ada niat buruk di hatiku. Aku hanya ingin dia tahu betapa aku menyesal. Aku ingin memohon maaf atas apa yang telah aku lakukan dulu padanya."
Soojung masih dalam bekunya. Masih mulutnya terkunci rapat. Bukan sahabatnya sendiripun yang Jongsuk perlakukan serupa itu, kemarahannya pada Jongsuk akan sama. Sebab Jongsuk telah menginjak-injak harga diri perempuan.
"Karena aku tahu kamu teman baiknya, Soojung-ssi. Jika bukan padamu pada siapa aku harus meminta bantuan. Tolong aku, Soojung-ssi! Kumohon!"
Soojung mengatur napas, memejamkan mata dan menuding lagi Jongsuk dengan sorot nanar.
"Kamu sadar, Jongsuk-ssi, apa yang sudah kamu lakukan pada Shinhye sangat jahat dan tidak bisa dimaafkan?"
"Ne, aku tahu. Dan setahun lebih aku sudah terima hukumannya. Dan sekarang aku ingin menohon maaf padanya. Sungguh-sungguh mohon maaf. Apa itu salah?"
"Tidak. Malah sebenarnya niatmu sangat baik, tapi tolong pahami keadaan dia sekarang. Mengerti keinginannya untuk tidak lagi bertemu denganmu."
"Tidak banyak yang kuinginkan, hanya agar dia bisa melihat sendiri kesungguhanku, Soojung-ssi. Hanya itu. Setelah itu aku bisa pergi dengan langkah ringan. Tolonglah aku!"
Soojung diam, kegalauan berkecamuk dalam benak. Tapi seperti sebelumnya, bujuk rayu Jongsuk selalu mampu menyudutkan perasaan harunya pada satu pilihan. Dan meruntuhkan keakuannya yang seharusnya ia pertahankan. Terlebih ketika kemudian jemari Jongsuk menyentuh punggung tangannya, begitu lembut. Ketika sekali lagi Jongsuk meminta kesediaannya, tidak ada lagi kata yang bisa ia ucapkan selain;
"Aku tidak janji bisa meyakinkan dia, tapi cobalah untuk menungguku."
"Gomowoyo, Soojung-ssi! Aku tahu aku bisa mengandalkanmu."
🐜

Siang sudah semakin terik, mendekati tengah hari suasana kelas kembali bergairah. Jam pulang sudah semakin dekat, tak kan lama bel pulang pasti menjerit panjang. Ngantuk sudah pergi tanpa harus diusir lagi. Jika seisi kelas dapat tersenyum gembira karena Miss Joice-guru Bahasa Inggeris melempar canda, maka satu-satunya yang tak terbawa suasana cuma Soojung. Pandangannya sebentar-sebentar melirik Shinhye yang selalu bersemangat mengikuti seluruh mata ajar. Sejak pagi tadi begitu banyak kesempatan yang sengaja dilewatkannya. Lidahnya terasa kelu untuk memulai menyinggung masalah Jongsuk dan keinginannya.

Ketika kemudian bel menjerit panjang, ia sampai terhenyak karena Shinhye yang tengah lekat ditatapnya, berbalik seketika.
"Wheo, Soojung-ssi?" tanyanya, mimiknya terlihat bahagia. Haruskah ia merusak suasana hatinya yang tengah bahagia itu dengan membicarakan lagi soal Jongsuk?
Lekas dibenahinya buku-bukunya yang terserak di atas meja. Tanpa banyak bicara seperti biasanya, ia mengikuti teman-temannya ke luar kelas. Dan kebisuannya itu membuat tanda tanya di benak Shinhye bermunculan.
"Soojung-ssi, ada apa?" Shinhye menahan langkahnya. "Aku memperhatikanmu dari tadi, kau tidak banyak bicara. Apa sesuatu telah terjadi?" Soojung melengos, berusaha menghindari tatapan Shinhye. "Ayolah, Jung Soojung-ssi! Aku sungguh tidak nyaman dengan sikapmu ini..." Kali ini Shinhye memegang tangan Soojung tapi cepat ditepisnya.
"Minggir, jangan ganggu, Shinhye-ssi!" ketusnya lalu melangkah lebar-lebar.
"Soojung. Jung Soojung-ssi!" Shinhye berteriak, tapi langkah Soojung semakin cepat. Shinhye berdiri gusar di pintu gerbang menatap teman sebangkunya yang melarikan roda empatnya dengan cepat.

TBC...

Love Is Real ThereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang