2|| Tolakan

29K 2.1K 12
                                    


Tolakan

•••••

Kana kembali beralasan tidak datang ke rumah karena kesibukan kantor. Dirinya sendiri enggan menatap Gina. Dia kecewa melihat Gina yang memeluk laki-laki lain. Ingin tidak membiarkan Gina, tetapi Kana masih menahan, menyadari status dirinya sebagai Suami Lita. Jika saja kedua orang tuanya tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua Lita, mungkin Kana bisa meminang Gina. Tapi sayangnya semua rencana itu sia-sia. Rencananya gagal! Setelah keputusan perjodohan itu terjadi.

Awalnya, Kana pikir saat pintu rumah keluarga Ibu Marti dibukakan oleh perempuan yang menyandang sahabatnya sekaligus pemilik hatinya memang sengaja untuk meminang Gina. Tapi perkiraan kebahagiaan Kana dangkal, Gina memiliki kakak perempuan, mereka menganut paham tidak boleh melangkahi sang Kakak. Jadi memang, perjodohan itu tertera bagi dirinya dengan anak perempuan tertua dari keluarga Bu Marti dan Pak Marsan.

"Kenapa lagi?!" Malik sudah terlalu lelah melihat sahabat karibnya meracau. Malik menjadi saksi bagaimana perjalanan kisah hati masa SMA antara Kana dan Gina terjalin. Memang mulanya persahabatan, tapi Malik menyadarinya sejak awal.

Malik datang atas panggilan Kana yang ingin ia datang ke kafe yang biasa mereka---Kana, Gina, Malik---datangi dulu. "Kenapa sih, lo? Coba dewasa sedikit, Na! Istri lo sekarang, Lita. Jangan gila mikirin Gina yang punya hidup sendiri. Kasian tuh cewek...," ucap Malik yang langsung mengingatkan.

Kana menaruh gelas kopi yang sudah ia pesan. "Gue nggak bisa, Mal. Gue coba ikhlas, gue coba buat ngasih perasaan ini ke Lita. Tapi, nol! Yang ada di pikiran dan hati gue cuma Gina."

Malik kesal, tentu saja. Sahabatnya ini terlalu pengecut mengambil keputusan. Malik membuang tatapan dari Kana. Dia menghidupkan kesadaran terus-menerus pada Kana. "Terserah, Na. Yang jelas, pilih secepatnya siapa yang lo emang punya hati. Jangan bikin dua-duanya sakit." Malik sekarang sudah berumah tangga, maka dari itu dia mau mengambil konsekuensi dengan menasihati Kana. Sahabatnya memang terlalu bodoh.

"Udah, Kana. Gue harus balik, istri gue nyariin. Entar dikira yang iya iya gue," kata Malik yang menepuk bahu Kana karena lelaki itu belum mau beranjak juga. "Inget. Jangan nambahin sakit Lita atau Gina." Malik terus mengingatkan Kana. Seolah Kana adalah pihak yang paling patut disalahkan. Bahkan Kana adalah korban. Dia menyayangi keluarga, dengan patuh pada apa yang kedua orang tuanya inginkan. Dia mencintai sahabatnya hingga tak ingin Gina menangis hanya karena Kana egois membuat Lita sakit hati nantinya. Lalu dia---Kana---tidak ingin membohongi dirinya sendiri lebih lama.

•••••

Kana memilih tetap di apartemennya. Dia tidak memiliki semangat ke rumah keluarga Lita. Bahkan alasan untuk melihat wajah Gina sekali pun. Gina memiliki kekasih. Itu menjadi perdebatan besar di batinnya.

Kana membiarkan ponselnya sibuk berdering, sesaat. Lalu mencoba membangunkan dirinya sendiri. Beberapa panggilan dan akhirnya Kana membuka pesan yang masuk.

Ares : Lo nggak akan ninggalin acara paling bahagia dalam sejarah hidup sepupu tampan lo ini, kan?

Kana tersentak, dia baru mengingat acara penting sepupunya. Ares menikah, dan malam ini adalah pesta resepsinya. Kana selalu berjanji, jika Ares melaksanakan resepsi besarnya, Kana akan datang dan menempati barisan pertama. Dengan cepat, Kana mengetikkan pesan balasan agar Ares tidak marah.

DAWET (BACA LENGKAP DI DREAME)Where stories live. Discover now