4|| Apologize

24.9K 2K 8
                                    

Apologize

•••••

Gina menutup mulutnya, perempuan itu tidak percaya atas apa yang Kana katakan. Dalam masalah seperti ini, Gina membutuhkan Lita juga untuk mengakuinya... bahwa Kana benar-benar tidak pernah menyentuh Kakaknya seperti yang Kana katakan.
"Kamu nggak akan pernah percaya, karena bagi kamu... aku nggak ada artinya, kan?" Gina melihat ada yang salah dengan diri Kana.

"Tapi kamu Suaminya-"

"Ya! Tapi aku nggak pernah bisa menyentuh atau melakukan lebih ke Lita! Aku nggak bisa kalo orang itu bukan kamu!" teriak Kana, yang langsung berpengangan pada tangan sofa. Gina mencoba mendekat tetapi Kana lebih dulu melanjutkan sesi amarahnya. "Aku nggak tau anak siapa yang Lita kandung, aku sempet marah besar ke Lita. Dan kamu tau... dia nutupin semuanya!" Baru kali ini, benar-benar kali ini Gina bisa melihat Kana yang menangis. Begitu terlihat lemah.

"Ka...Kana-"

"Cuma kamu, Gin. Dari dulu cuma kamu yang memiliki tempat dalam diriku... kamu, cuma kamu yang aku cintai."

Gina segera bergerak cepat menangkap tubuh Kana. Lelaki itu tumbang, dan untungnya terjatuh dalam pelukan Gina.

"Ya, ampun, Kana... badan kamu panas banget." Refleks Gina membopong Kana sekuat tenaga menuju kamar.

Dengan telaten, Gina membuat Kana bisa istirahat. Suhu badan Kana sangat tinggi mungkin pengaruh beban pikiran yang ia pendam sendiri. Gina menyesal, karena selalu menyalahkan Kana dalam berbagai sudut pandang. Tapi Gina juga ikut turut andil dalam kesalahan ini. Jika saja dia mau lebih ngotot untuk bersama laki-laki yang dia cintai dan mencintainya... Kana tidak akan pernah menjadi seperti ini.

Gina bisa mendengar racauan Kana dalam tidurnya. Tidak jelas, tapi cukup Gina pahami jika Kana memanggil-manggil namanya. Yang bisa Gina lakukan adalah membenahi keadaan apartemen itu, dan menyiapkan makanan untuk Kana yang sakit.

Fokus Gina memang terbagi-bagi, dia tidak bisa lagi memenuhi keinginan agar Kana harus mencintai Lita. Namun, Gina tidak bisa menyalahkan siapa-siapa saat ini, yang Gina bisa lakukan hanya membungkam kenyataan ini dan menemani sahabatnya yang sungguh kacau.

Gina beranjak menuju kamar Kana. Dia segera berinisiatif agar bubur tidak dingin, Kana harus mengisi perutnya. Gina sangat yakin jika Kana pasti melupakan apa saja yang berkaitan dengan kesehatan saat banyak masalah.

"Kana...," Gina mengguncang tubuh Kana pelan. Dan lelaki itu menggeliat lemah sebelum benar-benar membuka mata.

"Makan dulu, ya." Tawaran Gina dihadiahi anggukan pelan. Sontak senyum Gina merekah.

Gerakan tangan Gina rutin menyuapi Kana. Tanpa Gina sadari, Kana menyukai perlakuan Gina. Ini yang Kana inginkan, bisa menatap wajah Gina saat perhatian perempuan itu hanya untuknya.

Satu suapan, lalu kegiatan itu selesai. Ada rasa kecewa karena Kana ingin lebih lama, tapi dia sadar betul Gina akan teguh selama statusnya masih sebagai Suami Kakaknya.

"Eum, sebentar, ya. Aku angkat telepon dulu," izin Gina yang takut Kana merasa tidak nyaman. Kana memberikan izinnya, tanpa harus perempuan itu minta, sebenarnya.

"Iya, Dam?"

"..."

"Oh, iya. Ada orderan yang nggak bisa ditanganin sama Anin, soalnya dia harus pergi nemenin Ibunya yang lagi sakit."

DAWET (BACA LENGKAP DI DREAME)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora