Karen tidak mampu berkata-kata lagi. Ia terlalu tidak percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin bisa Daffa mencintainya? apa yang ia lihat dari dirinya sehingga ia bisa mencintainya? Karen bingung dengan itu semua.

"Maafkan aku Daf" Hanya itu yang dapat Karen katakan.

"Ren, aku tahu kamu udah bersama pria lain. Tapi sadarlah jika aku selalu mencintaimu. Jadi, tolong hargai perasaanku" ucap Daffa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Maafkan aku Daf. Aku gak bisa membalas perasaanmu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman" ucap Karen.

"Tapi, Ren .. Biarkan aku mencintaimu" ucap Daffa dengan memelas. Daffa sendiri tidak yakin ia bisa tidak melepaskan Karen ke pelukan orang lain begitu saja.

"Daffa. Itu mustahil!" Ucap Karen dengan sedikit membentak. Ia tidak menyangka Daffa sangat keras kepala.

Di ujung sana, ada seorang pria tampan mengepalkan tangannya. Ia melihat wanita yang berstatus calon istrinya sedang duduk berdua dengan pria lain di restoran ini. Ia pun tidak tinggal diam. Ia segera menghampiri mereka.

"Sayang.." Lirih Oliver memanggil Karen.

"Oliver!" Karen sangat terkejut. Bagaimana bisa Oliver di sini(?)

Daffa pun juga ikut terkejut. Feelingnya mengatakan, Oliver merasa cemburu dengannya. Sangat terlihat sekali di balik mata biru terang miliknya. Mata biru yang selalu mengintimidasi nya saat ia bersama Karen.

"Sayang, kamu kok gak bilang kalau teman kamu cowok?" Tanya Oliver dengan datarnya. Ia berusaha mengendalikan emosinya supaya tidak keluar.

"Hmm.. Maaf" sahut Karen dengan lirih. Ia tidak berani menatap Oliver.

"Ada perlu apa lo sampai berani ngajakin Karen keluar?" Giliran Oliver bertanya pada Daffa. Ia merasa sangat cemburu.

"Oliver, Daffa cuma ngajakin aku makan siang doang gak lebih" ucap Karen menyela Oliver. Ia jadi merasa tidak enak pada Daffa.

"Diam! Aku tanya dia bukan kamu.." Bentak Oliver membuat Karen langsung membukam bibirnya rapat-rapat.

"Oliver kalau marah, seram juga ya. Jadi takut gue" batin Karen.

"Jawab!" Oliver mendesak agar Daffa menjawabnya. Dilihatnya Daffa hanya terdiam tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.

"Gue cuma ngajakin Karen makan siang" jawab Daffa akhirnya.

"Gue dengar tadi lo ngomong apa sama Karen sampai pegang tangannya segala?" Oliver sangat marah melihat adegan Daffa yang beraninya menyentuh Karen.

"Oliver--" Karen ingin menyela Oliver tetapi Oliver membentaknya lagi.

"Aku bilang, kamu diam. Ini urusan aku sama dia" ucap Oliver. Karen tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyaksikan dua pria di depannya yang sedang memperebutkan dirinya.

"Gue cinta sama Karen" ucap Daffa jujur. Lebih baik ia jujur daripada harus terus-terusan di intimidasi oleh Oliver.

"APA LO BILANG??" Oliver menaikkan nada bicaranya. Ia terkejut sekali.

"Oliver sudah sudah!" Karen menahan tangan Oliver yang ingin menghajar Daffa. Oliver sudah dikuasai oleh emosinya.

"Salahkah gue jika gue cinta sama Karen?" Tanya Daffa dengan nada sinisnya. Ia tidak takut sama sekali dengan pria di depannya.

"Asal lo tau, Karen itu calon istri gue. Jadi lo jangan coba-coba deketin dia!" Ucap Oliver dengan nada mengancam. Oliver pun menarik tangan Karen untuk pergi menjauhi Daffa.

My Love CEOWhere stories live. Discover now