Namun, saat Joan sedang menuju parkiran sekolah ia melihat seorang perempuan yang ia rasa teman sekelasnya yang belum pulang. Bukannya menghampiri perempuan tersebut, Joan malah masa bodo dengan hal itu dan naik ke motor vespa antik kesayangannya yang terlihat sudah kuno itu. Joan mendapatkan vespa itu dari mendiang Alm. Kakeknya yang hobi mengoleksi barang antik dan kuno.

Joan menyalakan mesin motor tersebut dan melewati perempuan tadi tanpa menoleh ke arah wanita itu sedikitpun. Padahal Joan tidak melihat wajah perempuan tersebut, tapi ia tahu bahwa perempuan itu adalah Ayra. Ayra yang saat jam istirahat tadi ribut dengan pacarnya sampai menutup kencang pintu kelas dengan tangis miris.

****

Keesokannya, Joan pergi ke sekolah seperti biasanya. Joan selalu datang paling telat saat sekolah, jarang memerhatikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, kadang tidur atau main psp saat jam pelajaran. Walau begitu, Joan tetaplah Joan. Berkali-kali ditegur pun ia tak peduli, dan anehnya nilai Joan selalu bagus. Ia jarang berinteraksi dengan orang sekitar kecuali dengan 3 teman akrabnya sedari kelas 1 SMA, itu pun ia hanya bicara seperlunya. Bahkan ia bisa satu hari penuh tidak bicara satu katapun. Memang itulah sikap Joan, cuek, tidak peduli, dan tidak banyak tingkah.

Joan memasuki kelas yang ramainya seperti pasar itu, yang ternyata sedang tidak ada guru. Ia langsung duduk di singgasananya yang paling nyaman itu dan langsung mengambil posisi seperti biasa untuk bermain game.

Tring Tring Tring

Tak terasa beberapa jam berlalu, dan saatnya jam istirahat bagi seluruh siswa. Kali ini, pertama kalinya Joan pergi ke kantin saat ia SMA. Karena ia merasa perutnya keroncongan, teringat tadi pagi ia tidak sarapan terlebih dahulu.

Hm, jadi gini ya ramenya kantin sekolah kalo jam istirahat. Kalo gitu gua gausah ke kantin tadi. Ini kantin apa pasar, ribut amat. Gumamnya dalam hati.

Joan memesan bakso dan membeli es teh, lalu mencari tempat yang nyaman untuk ia singgahi saat jam istirahat makan. Namun saat ia sudah duduk, baru saja Joan akan melahap satu sendok bakso ke dalam mulutnya, ada seseorang yang menghampirinya.

"Hai Jo! Sendirian aja?" Kata seorang perempuan yang langsung duduk berhadapan dengan Joan.

"Keliatannya?." Jawabnya singkat.

"Haha, tumben banget ke kantin Jo." Kata perempuan tadi. Joan terus melahap bakso miliknya itu tanpa menghiraukan kata-kata perempuan tadi.

"Woy ca, ayo ke kelas." Kata seorang teman perempuan tersebut.

"Ayo.."

"Yaudah, aku ke kelas duluan ya Jo. Dah~." Kata perempuan itu pamit ke kelas dan memberikan kissbye kepada Joan yang membuat Joan ingin memuntahkan seluruh bakso yang sudah ia telan saat itu juga.

Centil amat jadi cewek. Gumamnya dalam hati.

"Wetsah bro, keajaiban apa yang udah melanda lu." Tiba-tiba saja ada 3 orang laki-laki menghampiri Joan dan duduk di hadapannya.

"Apaan?." Tanya Joan bingung.

"Ya ini, lu ke kantin. Haha itu keajaiban! Harus kita rayain nih!!!." Kata Rio -teman Joan yang datang bertiga tadi.

Joan tak menjawab, ia hanya sibuk melahap bakso miliknya yang belum juga habis itu. Joan memang pendiam, kalem, dan cuek, tapi bukan berarti ia tidak punya teman. Joan mempunyai 3 teman dekat, yaitu Rio, Yusuf, dan Bryan. Mereka dekat saat kelas 1 SMA, dan sekarang sudah menginjak kelas 2 SMA.

Tring Tring Tring

Bel tanda masuk pun berbunyi, saatnya Joan kembali ke singgasananya yang nyaman itu. Joan bangkit dari tempat duduknya di kantin dan pergi menuju kelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

UNPREDICTABLEWhere stories live. Discover now